Pangkas Rambut Madura: Tetap Eksis Meski Digempur Barbershop Kekinian

Pangkas Rambut Madura: Tetap Eksis Meski Digempur Barbershop Kekinian

Pangkas Rambut Madura: Tetap Eksis Meski Digempur Barbershop Kekinian (Unsplash.com)

Seingat saya, pangkas rambut Madura di daerah tempat tinggal saya, Cebongan, sudah marak sejak tahun 2008. Dulu kalau saya mau cukur rambut, pasti selalu mencari tempat cukur rambut yang ada embel-embel “Madura”. Entah kenapa bisa begitu, yang jelas keluarga saya kalau mau cukur rambut ya ke pangkas rambut Madura.

Pangkas rambut Madura hadir dengan kaca besar yang khas dan tulisan “Pangkas Rambut Madura” yang cukup mencolok. Desain ruangannya biasanya nggak terlalu mewah. Sederhana saja, tapi tetap nyaman untuk saya.

Sekitar dua minggu lalu, saya menyempatkan diri untuk mencukur rambut. Alih-alih datang ke barbershop kekinian yang sekarang juga mulai menjamur di mana-mana, saya tetap setia pada pangkas rambut Madura.

Berasal dari kotanya wali

Jika dirunut dari mana asal orang-orang yang membuka usaha pangkas rambut Madura, berdasarkan penjelasan Mas Afi, salah satu tukang cukur rambut langganan saya, mayoritas berasal dari wilayah Madura Barat, khususnya Bangkalan. Bangkalan sendiri merupakan kota kelahiran Syekh Kholil Bangkalan yang dikenal sebagai mahaguru para ulama dan kiai di Indonesia. Menurut Mas Afi, sudah menjadi tradisi orang Bangkalan membuka usaha pangkas rambut.

Tetap eksis meski digempur barbershop kekinian

Menurut Mas Afi yang membuka usaha pangkas rambut Madura di utara pasar Cebongan, dia nggak takut dengan pesaing baru berupa barbershop kekinian. Mas Afi sendiri sudah merintis usaha sejak tahun 2011 lalu. Saya menjadi saksi bagaimana usaha milik Mas Afi relatif stabil tiap tahunnya.

Saya pun bertanya mengenai pendapatan Mas Afi dalam sebulan, blio hanya memberi keterangan yang intinya cukup untuk kiriman pada istri di kampung dan kebutuhannya di Jogja. Menurutnya, usaha pangkas rambut yang ia rintis bisa tetap berjalan sampai sekarang karena nggak dikejar target, biaya kontrakannya terjangkau, biaya operasionalnya nggak ribet, dan fasilitas dalam usahanya nggak terkesan dipaksakan. Itulah yang membedakan usaha pangkas rambut yang ia rintis dengan barbershop kekinian yang biasanya ramai di awal, namun lama kelamaan kehilangan pelanggan karena tarifnya yang juga lebih mahal.

Mas Afi menuturkan, ia memerlukan modal awal sekitar Rp20 juta untuk membuka usaha tersebut. Modal tersebut sudah termasuk pengadaan alat-alat cukur. Cukup terjangkau untuk sebuah usaha.

Tarifnya murah, tetap bisa kirim uang ke rumah

Seperti yang sudah saya senggol sebelumnya, tarif memotong rambut di pangkas rambut Madura relatif terjangkau ketimbang di barbershop kekinian. Di tempat cukur langganan saya, tarifnya hanya Rp10.000 sampai Ro13.000. Nggak percaya? Datang saja ke kiosnya Mas Afi.

Sebenarnya saya agak heran sih, dengan tarif segitu, apa cukup untuk memutar modal? Apalagi Mas Afi harus kirim uang ke kampung halamannya. Saat saya konfirmasi, blio menjawab, “Rezeki itu udah ada yang ngatur, Mas.” Mas Afi menambahkan, dia nggak terlalu pusing soal target. Yang penting ada yang datang untuk cukur rambut padanya dan tentu saja yang penting berkah!

Tempat cukur bersahabat, tiada tipu muslihat

Saya sudah beberapa kali mencoba cukur rambut ke tempat dengan embel-embel barbershop. Kesan pertama saya terhadap tempat ini adalah tarifnya yang mahal. Selain itu, nggak ada tawaran yang pasti. Jadi, saat saya cukur rambut, tiba-tiba dapat paket komplet cukur, keramas, pijat, vitamin rambut, dan pomade. Saya pun harus merogoh kocek Rp35.000.

Sementara itu di pangkas rambut Madura cuma ada paket irit. Tempatnya yang sederhana dan petugas cukur yang berpakaian sederhana pula menimbulkan kesan “bakal aman nih dompet saya.” Tiap kali datang ke tempat Mas Afi, saya cuma duduk, cukur, dan selesai. Setelah itu cukup bayar Rp10.000, paling mahal bayar Rp13.000 kalau ada improvisasi model rambut. Sungguh tempat cukur yang ramah di kantong.

Memiliki komunitas yang kuat

Satu hal lainnya yang membuat pengusaha pangkas rambut Madura tetap eksis adalah komunitasnya yang kuat. Mas Afi sendiri juga menuturkan bahwa komunitas pangkas Madura sarat akan nilai-nilai kekeluargaan.

Misalnya, ketika ada masalah soal tempat usaha, pengusaha lainnya biasanya akan saling membantu entah mencarikan tempat baru atau meminjamkan dana agar usaha temannya bisa tetap berjalan. Semua dilakukan atas nama solidaritas yang kuat.

Servis sederhana, tapi hasilnya luar biasa

Soal hasil dari pekerjaan Mas Afi, boleh dibilang saya sangat puas. Gimana nggak puas, wong saya udah langganan sama blio sejak saya masih SD. Kalau mau cukur rambut, ya pasti ke tempat pangkas rambut Madura miliknya. Meski tempatnya sederhana, harganya murah, tapi hasilnya rapi. Maka nggak heran kalau pangkas rambut Madura seperti milik Mas Afi ini masih tetap eksis meskipun barbershop kekinian ada di mana-mana.

Penulis: Wachid Hamdan Nur Jamal
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Kesamaan Garut dan Madura Selain Dikenal sebagai Penghasil Tukang Cukur.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version