Seperti yang sudah-sudah, perbincangan harian di kalangan masyarakat atas urusan tamplekan (baca: badminton) nggak jauh beda dengan urusan sepak bola. Baru ramai kalau timnas masuk final atau juara saja. Nah, mumpung masih hangat minggu malam yang lalu tim Thomas Cup Indonesia juara medali emas, saya merasa berhak memberikan tips buat teman-teman memilih raket badminton kesayangan.
Alasannya sederhana, saya juga cuma pemain badminton pemula, belum genap dua tahun saya rutin “cari keringat” di GOR tiap Minggu pagi. Selain itu, banyak hal teknis yang perlu diperhatikan dalam membeli raket badminton.
Raket pertama yang saya beli hanya bertahan selama beberapa bulan. Bukan karena rusak, tapi karena nggak nyaman lagi. Ibaratnya sudah nggak sevisi kayak orang pacaran. Okelah, biar nggak kelamaan, berikut ini beberapa panduan praktis memilih raket badminton buat kalian para pemain dadakan.
#1 Tetapkan tujuan
Sebelum membeli raket, pastikan dulu kamu main bulu tangkis buat apa. Sekadar rekreasi sore hari di depan rumah atau mau cari keringat agak serius dengan main rutin di gedung olahraga yang selayaknya. Nah, pertimbangan ini penting karena akan berhubungan dengan jenis dan tipe raket yang akan dibeli nanti.
Soalnya begini, olahraga itu seperti sambal, pertama kali mencoba mungkin bakal kapok karena kepedasan. Badan pegal-pegal dan sakit semua kalau baru mulai badminton. Tapi jangan berhenti, bertahanlah sebulan. Nanti badan kalian akan paham, seminggu saja melewatkan nggak olahraga, malah jadi nggak nyaman dan linu-linu sekujur badan.
#2 Beli raket paketan
Buat kita yang memang nggak main badminton sejak umur lima tahun kayak Anthony Sinisuka Ginting, keseriusan olahraga badminton kita memang nggak akan sampai juara nasional. Akan tetapi, setidaknya kita bisalah ikut turnamen lokal di komunitas bulu tangkis lokal. Dari alasan itulah menjadi penting untuk memilih raket yang tepat dan tahan lama.
Untuk pemula, nggak perlu beli raket kosongan yang harus beli senar dan tas dengan harga terpisah. Bujet 200-400 ribu saja cukup kalau ingin dapat paketan raket yang lengkap. Mulai dari badan raketnya, senar, hand grip, plus tas raket yang proper. Itu baru dilihat dari segi kelengkapan. Spesifikasi bahan raket, jenis senar, hand grip, dan tas raket juga perlu dipertimbangkan.
#3 Spesifikasi raket
Dengan alokasi dana yang saya sebutkan di atas, kalian sudah bisa memilih raket dengan bahan Hi Modulus Full Graphite. Kategori bahan ini sangat enteng untuk pemula, cukup tahan banting pula. Tahu sendiri dong kalau main bulu tangkis awal-awal kan sering tuh mukul-mukul lantai lapangan.
Jenis senarnya mungkin nggak terlalu berpengaruh. Toh biasanya kalau beli paketan raket badminton, pastinya jenis raket dengan senarnya sudah cukup kuat dan disesuaikan oleh penjual, baik offline maupun online. Pasalnya, jenis senar ini akan berkaitan dengan setting tarikan senar (string tension) yang nanti akan ditanyakan penjual. Mau diatur seberapa kencang senarnya?
#4 String tension
Dulu, saat beli raket badminton pertama, saya nggak peduli soal ini. Tetapi setelah enam bulan main, raket badminton saya mulai terasa nggak nyaman lagi. Smash kurang mantap, main net nggak akurat, sudah nggak seirama pokoknya dengan badan yang mulai menuntut permainan tingkat tinggi. Nah, pastikan raket badminton yang kamu beli minimal tahan untuk di-setting hingga string tension 30 lbs.
Untuk pemula biasanya cukup setel senar setegang 26-27 lbs saja. Nanti saat mulai terbiasa, tarikan segitu nggak akan cukup. Dengan spesifikasi raket yang mampu bertahan hingga 30 lbs, suatu saat kalian bisa upgrade tegangan senar hingga 29-30 lbs. Pukulan smash jadi lebih keras, suaranya terdengar nyaring, main netting juga makin effortless.
Nah, itulah panduan sederhana dalam memilih raket badminton untuk pemain dadakan. Semoga saja bisa berguna buat kalian semua. Kalau sudah siap dan lengkap raketnya, yuk main badminton!