Panduan Berteman Tanpa Baper agar Terhindar dari Keambyaran

Panduan berteman tanpa baper orang baperan makna baper arti baper mojok.co tempat menangis di tempat umum Menelanjangi Aktivitas Menangis dari Pakar Menangis

orang baperan makna baper arti baper mojok.co tempat menangis di tempat umum Menelanjangi Aktivitas Menangis dari Pakar Menangis

Saya adalah orang yang lebih banyak punya teman laki-laki daripada perempuan. Saya juga punya sahabat laki-laki yang sudah menemani saya selama kurang lebih enam tahun ini. Oleh karena itu, saya cukup percaya diri dengan kemampuan saya yang bisa berteman dengan lawan jenis tanpa menyangkutpautkannya dengan hal-hal romantis ala roman picisan. Pun saya menentang dengan keras apabila ada orang yang ngomong laki-laki dan perempuan nggak bisa berteman secara murni.

Tentu saya menentang, wong buktinya waktu itu saya bisa dan hingga kini hubungannya baik-baik saja kok. Kepercayaan diri tersebut saya pegang dengan bangga hingga dua tahun silam. Ya, hingga akhirnya saya dikhianati oleh kepercayaan diri saya sendiri. Singkatnya, saya tiba-tiba merasa jatuh cinta dengan salah satu teman laki-laki saya. Oke, anggap saja saya menelan ludah sendiri. Hal yang klise dan agak menjijikkan, tapi benar adanya. 

Setelah waktu berlalu, akhirnya hari ini saya baru bisa menyimpulkan bahwa nggak semua lawan jenis bisa dijadikan teman tanpa roman. Dan nggak semua lawan jenis harus jadi teman tanpa roman juga sih. Kalau ada dari kalian yang begitu percaya diri dengan kemampuan berteman dengan lawan jenis, lebih baik kepercayaan diri tersebut jangan terlalu dibanggakan. Bukan apa-apa, takutnya jadi seperti saya yang malah menelan ludah sendiri.

Maka kali ini, dengan sedikit pengalaman saya, saya akan membagikan panduan berteman tanpa baper dan jatuh cinta demi menghindar dari kerumitan dunia roman yang ribet dan kadang menjijikkan.

Panduan berteman tanpa baper pertama, kenali temanmu

Oleh karena mengenal adalah koentji, maka hal ini saya letakkan di step pertama. Bagi saya pribadi, penting bagi saya untuk mengenali selera teman saya. Bagaimana tipe orang yang disuka, apa hal-hal kesukaan dan ketidaksukaannya, dan lain-lain dengan tetap menjaga garis privasi. Tentu saja supaya saya nggak sempat berharap bahwa saya adalah tipenya sebab sudah tahu duluan kalau saya memang bukan tipenya.

Dan kalau kebetulan saya adalah tipenya dan dia adalah tipe saya, bagaimana? Tentu saja saya tetap nggak boleh berharap. Sebagai perempuan sekaligus seorang manusia, saya lebih memilih dicintai duluan daripada mencintai duluan. Bukan soal dicinta atau mencinta, tapi soal siapa yang duluan saja sih.

Panduan berteman tanpa baper kedua, tanamkan dalam diri bahwa semua hal adalah wajar

Maksud saya begini, kalau saya punya teman laki-laki yang mengantar saya pulang di malam hari sebab ternyata kegiatan organisasi selesai terlalu malam, tentu saja wajar kalau saya diantar pulang. Wajar karena dia adalah teman saya sekaligus seorang laki-laki. Sebagai seorang teman, tentu dia harus berguna bagi saya di saat dibutuhkan, kan?

Kalau misalkan dia ngajak saya makan di luar, ya wajar karena dia lapar, maka saya diajak makan. Sebagai seorang teman, wajar kalau saya menemani dia, kan. Jangan keburu baper duluan karena yang dia lakukan itu memang wajar dan sepantasnya dilakukan sebagai seorang teman yang juga adalah seorang manusia.

Panduan berteman tanpa baper ketiga, lihat temanmu sebagai seorang manusia

Entah kenapa, korban friendzone yang saya tahu itu kebanyakan perempuan. Kesalahan utamanya terletak di pola pikir yang masih terpaku pada “temanku adalah lawan jenis”. Seolah mereka (termasuk saya juga, ding) lupa bahwa lawan jenis itu juga seorang individu.

Maksudnya begini, jangan terlalu terpaku dengan gender. Keterpakuan tersebut justru bikin kita baper-baper sendiri. Lihat dia sebagai seorang manusia, jangan lihat dari perbedaan gender. Dengan demikian, kemungkinan besar kita bisa berteman dengan lawan jenis tanpa kendala sebab dalam otak kita sudah tertanam bahwa dia adalah teman yang sama seperti teman yang lain. 

Bukan berarti saya memperbolehkan Anda ganti baju di depan teman lawan jenis lho ya. Mentang-mentang saya bilang jangan lihat perbedaan gender. Intinya, lihat dia sebagai seorang individu yang wajar jika dia mendengarkan ceritamu dan ikut membantu masalahmu. Jangan dilihat seolah hal yang dia lakukan itu “berbeda” dan “spesial” cuma karena dirinya adalah lawan jenis.

Panduan di atas hanya berlaku bagi orang-orang yang berambisi untuk bisa merasakan indahnya berteman dengan lawan jenis tanpa adanya acara termehek-mehek. Menurut saya pribadi sebagai seorang perempuan, seperti kebanyakan pendapat lainnya, berteman dengan lawan jenis lebih seru dan bisa lebih berguna di saat-saat tertentu. Dan lagi, roman-roman yang tidak diperlukan sebenarnya hanya mengganggu kelancaran hubungan pertemanan.

Jatuh cinta dengan teman sendiri dan akhirnya ditolak itu lebih sakit dan rumit lho. Memang kita nggak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa. Tapi, kita bisa meminimalisir kemungkinan kita jatuh cinta kepada orang tertentu.

BACA JUGA Ketemu di Dunia Maya, Tapi Baper Sampai ke Dunia Nyata? dan tulisan Vivi Wasriani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version