Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi

Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi

Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi (Pixabay.com)

Pak Zulkifli Hasan, gimana ya, mbok ya udah jangan sering-sering bikin kontroversi nggak perlu. Bapak nggak harus bertindak begitu kok, sumpah

Di negara dengan demokrasi yang sehat, masa kampanye itu biasanya (dan harusnya) diisi dengan penyampaian gagasan dan adu inovasi untuk menjawab persoalan bangsa. Ide tentang keberlanjutan, kesetaraan, pemerataan, keadilan, kesejahteraan, dan banyak gagasan lain yang mulia disampaikan dengan runtut dan konkret. Tentu semua gagasan itu bisa diwujudkan kalau penyelenggara negaranya waras.

Kontestan politik di negeri ini memang punya dan mengusung gagasannya masing-masing. Ada yang mengusung perubahan, ada keberlanjutan, dan ada yang unggul. Tapi itu hanya pemanis, hidangan utamanya ya gimmick, saling sindir, saling serang, dan saling mengungkit masa lalu. Dah muter-muter aja di situ.

Jadi pada masa kampanye, masyarakat dipertontonkan dengan kejenakaan konyol para peserta pemilu. Kalau misal pada muak, ya wajar, amat wajar malah.

Lelucon pinggir jurang yang nggak perlu

Hari-hari ada saja tingkah dan pola partai politik dan kadernya yang bikin dahi mengkerut. Terbaru ada Bapak Menteri Perdagangan kita, Zulkifli Hasan yang bikin gaduh. Dalam acara Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, sosok yang akrab disapa Zulhas ini melempar lelucon konyol dengan tone agama ketika sedang berpidato.

“Saya keliling daerah, Pak Kiai. Sini aman, Jakarta nggak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau shalat Maghrib baca, ‘waladholin… ‘, Al-Fatihah baca ‘waladholin..’ Ada yang diem sekarang, pak. Lho kok lain,” ujar Zulhas.

“Ada yang diem sekarang banyak, saking cintanya sama Pak Prabowo itu,” imbuhnya

“Itu kalau tahiyat akhir awalnya gini (menunjukan jari telunjuk), sekarang jadi gini (menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengah),” ujarnya keheranan. Dilansir dari Jawapos.com

Saya sama sekali tidak menemukan korelasi antara apa yang disampaikan oleh Pak Zulhas di forum yang isinya tukang dagang semua. Bener-bener nggak paham saya. Tentu beliau diundang di forum tersebut dengan kapasitas sebagai Menteri Perdagangan, bukan Pelawak, Comica, Penceramah, atau bahkan juru kampanye paslon capres nomor urut 2.

Maka dari itu, sangat aneh ketika Pak Zulhas menyampaikan lelucon seperti itu. Terlebih di masa-masa seperti saat ini yang mana semuanya jadi serba sensitif, harusnya pernyataan primordial soal agama benar-benar diperhatikan.

Ucapan Pak Zulhas katanya nggak boleh dipolitisasi. Lah, kocak

Para Kader PAN sendiri langsung berdalih apa yang diucapkan oleh Pak Zulhas sebelumnya sudah diucapkan oleh Ust. Adi Hidayat. Bahkan ada yang memberikan potongan video Ust Abdul Somad yang juga menyinggung persoalan pelafadzan “Amin” dan gerakan jari pada tahiyat akhir.

Padahal konteksnya berbeda. Keduanya menyampaikan hal tersebut untuk menyindir banyak orang yang sungkan atau takut mengucapkan kata amin dan gerakan jari telunjuk. Kita semua tahu, lafadz amin dan gerakan jari telunjuk sudah ada dalam ritual beribadah sebelum munculnya istilah Amin di salah satu paslon.

Tentu konteksnya jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Pak Zulhas. Dalam pernyataannya, perilaku enggan menyebut amin dan perubahan gerakan jari pada tahiyat akhir disebutnya sebagai wujud kecintaan kepada Pak Prabowo sebagai paslon Capres nomor urut 2. Ada aspek mengkultuskan tokoh dalam peribadatan yang asalnya tidak memiliki persoalan sebelumnya.

Jubir TKN Capres nomor 2, Nusron Wahid mengimbau agar pernyataan Pak Zulhas jangan dipolitisasi. Lah ini lucu. Jelas yang mempolitisasi adalah Pak Zulhas sendiri. Untuk apa beliau berbicara seperti itu di forum yang nggak ada sangkut pautnya sama agenda kampanye? Bukankah itu forum netral ya?

BTW, Bawaslu mana nih? Nggak kelihatan. Lembaganya masih ada kan? Dari kemarin main aman aja terus.

Apakah ini yang dimaksud dengan politik riang gembira? Bergembira dengan melempar lelucon yang bahkan dirinya sendiri kurang paham?

Dari dulu emang sukanya mepet jurang sih

Kalau dilihat ke belakang, Pak Zulkifli Hasan ini beberapa kali melontarkan pernyataan yang agak-agak aneh. Bahkan nirempati. Mulai dari persoalan Minyakita, harga cabai, hingga yang paling kentara adalah saat mengampanyekan anaknya ketika menyosialisasikan Minyakita.

Partai beliau ini juga nggak kalah bikin geleng-geleng. Sudahlah minim gagasan futuristik, kampanyenya cuma jualan joget-joget sambil nyanyi-nyanyi pula. Entahlah saya nggak ngerti kenapa ada partai seirit ini soal menawarkan gagasan. Sudah begitu,ada satu momen, lokasi kampanyenya yang joget-joget itu dilakukan di lingkungan Kementerian Perdagangan.

Saya sendiri tidak sumbu pendek mempersoalkan ini sebagai penistaan agama, tapi lebih kepada etika dan kapasitas Pak Zulhas itu sendiri. Beliau ini Menteri, atribut yang beliau pake ini menandakan harusnya beliau netral. Bukan malah berpidato dengan lelucon aneh begitu dengan mengultuskan salah satu paslon.

Saya jadi kasihan sama Pak Presiden. Dalam banyak kesempatan, beliau selalu berbicara tentang netralitas aparat dan lembaga negara. ASN bahkan diatur pose berfotonya. Lah kok menteri-menterinya malah berkampanye dengan seenaknya di forum-forum yang netral. Ini jelas-jelas perselingkuhan moral yang dipertontonkan dengan bangga.

Untuk Pak Zulkifli Hasan, ayolah, sebaiknya jangan sering-sering berbicara yang pinggir jurang begitu, cukup para komika saja. Partai Bapak juga kalau bisa jangan kebanyakan joget-joget. Ingat yang diikuti ini kontestasi politik, bukan kontestasi pencarian bakat.

Cukup Boger Bojinov saja yang joget, Anda nggak usah ikut-ikutan.

Penulis: Mohamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kesan Pertama Saya Menggunakan Minyakita, Minyak Goreng Subsidi Pemerintah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version