Kata “togel” tentu tidak asing lagi, bukan? Togel termasuk judi dan bisa kena pidana. Tapi saya tidak sedang ingin membahas hukum di sini. Bukan ranah saya, hehe.
Togel adalah singkatan dari Toto Gelap. Permainannya cukup hanya dengan menebak angka. Tidak ada rumus khusus. Saya sering lihat di lingkungan sekitar saya, sehabis maghrib, banyak motor-motor berseliweran. Keluar-masuk pagar rumah agen togel. Setelah itu, mereka menunggu mereka sampai pukul 10 malam. Agen togel akan memberitahu angka yang keluar malam itu melalui WhatsApp.
Judi togel ini wujudnya kupon dan seharga seribu rupiah. Jika nomor yang dipasangkan keluar, penjudi mendapatkan uang enam puluh ribu rupiah, berlaku kelipatannya. Biasanya jumlah besar kecilnya uang diperoleh ditentukan oleh ketepatan dari jumlah angka yang dilihat dari belakang (buntut).
Teori di atas cukup membingungkan memang. Saya sudah berapa kali mewawancarai para penjudi togel tentang sistem kerja. Tapi, tetap saja membingungkan. Pokoknya, yang dikirim ke agen berupa angka-angka. Misalnya, 5 4 6 7 (ini lengkap), 6 7 (ini buntut), dan yang lainnya. Nah, kalau beruntung (sama dengan angka yang dikeluarkan bandar), angka-angka itu tinggal dikali enam puluh ribu rupiah dan kelipatannya.
Meskipun dilarang, togel terkadang sudah dipandang seperti budaya yang diwariskan. Saya pernah bertanya kepada orang-orang yang tombok togel. Sebagian dari mereka ada yang memang niat khusus agar dapat sesuai ramalan. Ada juga yang iseng atau sekadar mencari hiburan.
Faktor ekonomi tetap menjadi alasan utama. Bayangkan saja, jika menang tiap hari, berapa banyak uang yang dikumpulkan tanpa harus banting tulang? Pemikiran primitif seperti itu masih menguasai pikiran orang-orang yang jauh dari pendidikan. Eiiit, yang berpendidikan aja ikut main togel, kan, ya.
Umumnya, yang ikut memang kebanyakan tukang, kuli bangunan, tukang batu, sopir, dan pekerjaan yang upahnya di bawah standar. Terkadang, mereka hanya ingin mencari tambahan uang.
Togel aman-aman saja karena konon punya “pengaman”. Ada saja oknum penegak keadilan yang melindungi. Sudah banyak kasusnya di Indonesia. Silakan mencarinya lewat internet.
Mungkin jika ada sidak, agen togel diberi tahu. Melaksanakan skenario seakan-akan tidak ada apa-apa. Ya, tradisi “ijeh bolo dewe” kan masih digunakan sampai sekarang.
Bukan “tangan kosong” tentunya. Ada sogokan agar tidak jadi ditindaklanjuti. Bukan ingin menjelek-jelekkan kepolisian Indonesia. Saya hanya menuliskan apa yang memang terjadi dan saya turut menyaksikan.
Tidak semua oknum polisi bertindak demikian. Banyak polisi yang tetap menjalankan tugasnya.
Awalnya banyak yang iseng saja. Namun, dari sering dan sekali-kali dapat, akhirnya keterusan dan kecanduan. Kecanduan togel bisa sampai terobsesi. Jadi nggak waras. Ada yang nanya nomor ke dukun, ke orang gila, sampai tidur di kuburan biar dapat “wangsit”.
BACA JUGA Chelsea dan Angka 3: Klenik yang Bakal Lempar Mereka Keluar dari 4 Besar? atau tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.