Nobita dan Sifatnya yang Saya Benci

Nobita dan Sifatnya yang Saya Benci

Nobita dan Sifatnya yang Saya Benci (Unsplash.com)

Saya suka nonton Doraemon, tapi saya nggak suka sama Nobita.

Semenjak beralih ke sinyal digital, saya dan keluarga jadi nggak bisa lagi menikmati tayangan TV. Sebab, kami masih menggunakan TV lama yang belum dilengkapi STB untuk menangkap sinyal digital. Kami juga belum sempat membelinya. Praktis, kami sekeluarga nggak bisa lagi menonton TV.

Saya dan adik kecil saya pun mulai beralih ke hiburan lain yang bisa diakses melalui gadget. Adik saya yang sudah kecanduan dengan kartun, akhirnya mencarinya melalui platform yang tersedia di gadget, misalnya YouTube. Dia mencari tayangan-tayangan yang dulu menjadi acara favoritnya saat masih bisa menonton TV, mulai dari Tom and Jerry, Upin dan Ipin, hingga Doraemon. Saya pun larut dengan tontonan adik saya ini. Ya maklum, saya kan juga nonton kartun-kartun tersebut waktu masih kecil.

Kartun Doraemon misalnya. Dulu, kartun satu ini menjadi hiburan favorit saya tiap Minggu pagi. Bercerita tentang seorang anak SD bernama Nobita yang memiliki sahabat berupa robot kucing. Robot kucing bernama Doraemon itu datang dari masa depan untuk mengubah nasib Nobita. Dia dibekali dengan kantong ajaib yang konon berisi sekitar 4000 alat ajaib yang dibawa dari masa depan untuk memudahkan kehidupan Nobita.

Walaupun suka nonton Doraemon, saya nggak begitu suka dengan sifat Nobita. Menurut saya, Nobita adalah gambaran cowok red flag.

Nobita itu pemalas, hobinya cuma tidur-tiduran di kamar dan nggak mau belajar

Sifat Nobita yang saya benci adalah pemalas. Terbukti, selama nonton Doraemon, hobinya hanya tidur-tiduran di kamar dan jarang mau belajar. Bahkan saat disuruh ibunya untuk melakukan sesuatu, dia sering mengatakan nanti dan nanti.

Nobita juga sering kali nggak mau berusaha. Untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dia mengandalkan alat-alat Doraemon. Permintaannya pun aneh-aneh. Saya masih ingat, Nobita pernah ingin berenang di laut lepas yang sepi dari manusia. Dia nggak bisa mengukur kemampuannya sendiri. Apa usahanya untuk bisa berenang di laut selain mengandalkan alat dari kantong ajaib Doraemon? Nggak ada.

Makanya di sekolah Nobita nggak pernah mendapat nilai yang memuaskan saat ujian. Mendapat nilai 0 bukan hal yang menyakitkan baginya. Dia sudah terbiasa dapat nilai segitu. Alasannya tak lain dan tak bukan ya karena dia malas belajar. Surem.

Saking teledornya, suka menghilangkan alat Doraemon

Selain pemalas, Nobita juga teledor. Setelah dipinjamkan alat Doraemon, dia sering kali lalai. Paling sering sih menghilangkan alat-alatnya Doraemon. Misalnya waktu dia diberi alat anti marah oleh Doraemon. Di tengah jalan, alat itu direbut Suneo yang akhirnya digunakan Suneo untuk kesenangannya sendiri.

Tak jarang, Nobita juga merusakkan alat Doraemon. Tercatat sepanjang episode, Nobita telah merusak alat Doraemon sebanyak 578 kali. Waduh, banyak banget. Ini menandakan bahwa selain malas, dia juga anak yang lalai dan teledor. Sudah ditolongin, malah nggak bertanggung jawab. Hadeh.

Suka menyalahgunakan alat pemberian Doraemon

Nobita juga anak yang suka menyalahgunakan alat pemberian Doraemon. Dia sering menggunakan alat Doraemon untuk kesenangan dan kepuasan pribadinya. Misalnya waktu dia dan kawan-kawannya piknik ke pantai selatan. Nobita menggunakan alat Doraemon yang bisa mengubah wujud layaknya binatang. Dia menggunakannya agar bisa berenang.

Namun yang terjadi dia justru memakainya untuk mengerjai Suneo dan Giant dengan berbagai cara. Mulai dari mengubah wujudnya menjadi singa untuk mengerjai Suneo dan menyiksa Giant menggunakan wujud ular.

Walaupun sifatnya saya benci, Nobita tetap tokoh kunci dari kartun Doraemon ini. Karena gara-gara dia, Doraemon dikirim dari masa depan untuk menemui dan membantunya. Semoga saja di masa depan Nobita bisa sukses, ya.

Penulis: Miftakhu Alfi Sa’idin
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kok Bisa Shizuka Lebih Memilih Nobita yang Suramnya Minta Ampun?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version