NMAX: Motor Elit, Kampas Rem Belakang Bener-bener Sulit

Yamaha NMAX Itu Motor Overrated dan Nggak Spesial Sama Sekali, kok Bisa Penggunanya Arogan di Jalan? kendaraan dinas kades yamaha all new nmax 155 honda vario

Yamaha NMAX Itu Motor Overrated dan Nggak Spesial Sama Sekali, kok Bisa Penggunanya Arogan di Jalan? (Abdul Fitri Yono via Shutterstock.com)

Tidak ada yang memungkiri jika NMAX, sepeda motor pabrikan Yamaha ini, telah menjadi sekte baru dalam dunia biker. Tak butuh lama dari kemunculannya pada 2015, motor ini sudah memenuhi jalanan di seluruh negeri. Kalau dikumpulkan, bisa memenuhi daratan Jepang. Tentu saja saya lebay.

Para wiraniaga sepertinya tak perlu melakukan canvasing berlebihan menawarkan brosur dari satu kompleks perumahan ke perumahan yang lain, apalagi menghadang pengguna jalan di waktu sore untuk membagikan brosur.

Sejurus yang lainnya kantor samsat sepertinya hanya memproses faktur STNK/BPKB All New NMAX sakingnya banyaknya berkas yang disetor vehicle staff dealer. Akumulasi dari semua itu, saban akhir pekan bisa menyaksikan parade sekte pengguna NMAX mejeng di ruang publik, membuat barisan rapi sepeda motornya, atau melakukan touring bersama melintasi wilayah antarkabupaten.

Pada akhirnya saya juga mengganti sepeda motor dan memilih NMAX keluaran terbaru. Konon, produk laris itu ditandai adanya generasi terbaru seperti Yamaha Mio dengan segala variannyam dan di kubu seberang ada skutik Beat jebolan Honda yang terus beranak pinak. Nah, NMAX ini tampaknya menempuh jalur itu dengan adanya generasi terbaru.

Namun, alasan saya sebenarnya bukan karena asumsi itu atau ingin bergabung ke salah satu sekte, melainkan karena pertimbangan rasionalitas menempuh perjalanan pulang-pergi lintas kabupaten dari Pangkep ke Maros dari Senin hingga Sabtu, total jarak tempuhnya bolak balik sekitar 52 km.

Sepeda motor saya sebelumnya adalah skutik 110 cc yang bodinya sangat ramping itu, yang hanya menang akselerasi saat selap-selip di antara himpitan truk lintas Sulawesi. Selebihnya membuat pinggul pegel linu. Semula saya mengira shock breaker yang keras, setelah menggantinya dengan shock breaker modifikasi, hasilnya tetap sama. Pegel linu tetap saya rasakan selepas menempuh perjalanan. Pantat rasanya membeku.

Seorang teman lalu mengisahkan pengalaman kalau dirinya juga mengalami hal serupa. Hal itu disebabkan sadel sepeda motor kecil dan tidak memuat semua bagian pantat. Mendengar itu saya tidak jadi mengganti spons sadel yang lebih empuk. Jadi, sangat wajar jika pinggul jadi pegel linu usai menempuh perjalanan jauh.

Ia lalu membagikan pengalamannya menggunakan NMAX yang sadelnya lebar dan posisi kaki saat berkendara bisa selonjor. Intinya duduk bisa lebih variatif yang dapat mengurangi peluang terjadinya pegel linu karena kita bisa melakukan perubahan gaya duduk sembari terus meremas pedal gas.

Singkat cerita, saya menerima wejangan teman itu dan menyampaikan ke tetangga yang kerja di dealer Yamaha. Baru bertanya saja, ia langsung play tanpa pause menjelaskan hal ikhwal keunggulan NMAX yang, menurutnya, berdasarkan pengalamannya, sudah tidak perlu bersedih ketika ditinggal pacar. Apa hubungannya, saya nggak paham-paham amat.

Baiklah. Esoknya saya diminta datang langsung ke dealer dan melihat pilihan warna yang tersedia. Juga bisa bisa test drive mengelilingi area parkir. Sebagai pengguna awal, tentu saja ada kecanggungan. Bagian depan NMAX yang besar menghalangi pandangan melihat roda depan dan sedikit berat memainkan akselerasi jika ingin selap-selip.

“Hanya butuh waktu untuk membiasakan saja, Kak,” ujar tetangga itu.

Kira-kira sejak empat bulan lalu, ketika wejangan teman bersemayam di kepala dan, tentu saja, tak ingin tetangga itu kecewa karena sudah bicara panjang lebar jika saya batal mengambil satu unit darinya, akhirnya kuda besi saya tergantikan dengan sadel lebar yang bisa menampung semua bagian pantat.

Eureka. NMAX perlahan menjawab permasalahan yang saya hadapi. Menempuh rute yang sama saban hari tak lagi merasakan pegal linu, selap selip tanpa melihat roda depan berputar perlahan bisa saya tangani dan mulai akrab dari hari ke hari.

Jika berpapasan sekte NMAX di jalan, mereka membunyikan klakson, ada juga yang menaikkan jempol tangan. Kalau jempol kaki pastilah saya putar arah dan mengejarnya lalu menyampaikan kalau sejak kapan kode etik biker menggunakan jempol kaki. Atau, mungkin saja, mereka melihat saya sebagai anggota sekte NMAX yang belum melakukan reset pengaturan karena penampakan NMAX saya masihlah polos keluaran pabrik. Tetapi, maaf, saya menggunakan NMAX bukan untuk itu. Alasan saya jelas: mengurangi pegel linu. Titik.

Nah, sampai di sini saya mau memangkas waktu dulu. Sebelum durasi empat bulan menggunakan NMAX, di bulan pertama saya menemukan kampas belakangnya sudah aus. Terdengar bunyi gesekan besi. Loh, ini kok bisa secepat itu. Bukankah durasi penggunaan kampas paling banter setelah menempuh jarak 32.000 km. Saya lalu membawanya ke bengkel resmi, sarannya ada dua: Pertama, segera ganti kampas baru. Kedua, jangan terlalu sering gunakan rem belakang. LAH?

Memasuki bulan kedua, lagi kampas rem belakang aus, suara gesekan besi antara cakram dan besi kampas mengeluarkan bunyi serupa suara mesin gergaji memotong besi. Karena tidak ingin cakram termakan gesekan lebih lama, saya lalu berkonsultasi ke bengkel yang menjadi sekretariat salah satu sekte NMAX. Oleh montirnya diterangkan kalau itulah kekurangan NMAX. “Jangan terlalu sering gunakan rem belakang. Apalagi di jalan yang macet,” paparnya dengan senyum. Ia lalu mengusulkan untuk mengganti kampas. “Mau pakai kampas standar atau variasi?” ucapnya kemudian.

Sepulang dari bengkel saya sampaikan kepada teman yang juga menggunakan NMAX, ia malah heran kenapa bisa begitu. Padahal, menurutnya, kampas NMAX yang ia pakai awet saja. “Saya memang jarang gunakan rem belakang, rata-rata rem depan saja,” bebernya.

Jujur saja saya heran sih. Kalau memang disarankan untuk tidak pakai rem belakang, ya ngapain dikasih? Atau mungkin baiknya begini: bisa nggak cari cara biar nggak boros kampas rem?

Padahal rem belakang itu vital fungsinya, terutama di jalanan berkelok yang licin. Oh iya, perlu saya sampaikan jika jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan 24 kabupaten di Sulawesi Selayan itu memiliki tingkat kerumitannya masing-masing. Jalur dari Pangkep ke Maros bisa disebut salah satu yang paling menantang, memasuki lokus jembatan Pute dikenal paling rawan macet, pasalnya jembatan sebelahnya tak bisa digunakan karena alasan yang tidak jelas. Tapi kita tidak akan membahas hal tersebut.

Himpunan informasi yang saya juga peroleh dari googling diterangkan jika jalanan yang buruk rupanya berpengaruh pada keawetan kampas. Ceritanya melintas di jalan yang banyak lubangnya itu secara naluriah menggerakkan tangan kita untuk selalu menekan tuas rem. Nah, dalam kondisi seperti itu hanya pengendara yang memiliki kesadaran tingkat tinggi yang membiasakan menekan rem depan saja. Sedang saya yang berpikiran jika menekan satu tuas rem saja bisa selamat, apalagi kalau menekan dua tuas rem sekaligus, kan selamatnya bisa bisa dua kali.

Baiklah, penjelasan fungsi kedua rem itu sangat ideal dan berguna bagi pengguna sepeda motor. Lantas, bagaimana dengan pengguna NMAX yang setiap hari, atau jalur ke rumahnya banyak jalan menikung penuh onak dan duka? Apakah kita juga sampaikan kalau jangan terlalu sering menggunakan rem belakang agar kampas rem belakang awet? Ataukah kita mengusulkan ke sekte-sekte pengguna NMAX itu untuk melakukan advokasi ke stakeholder terkait agar mengurangi tikungan jalan, misalnya?

Teman lain yang juga baru menggunakan NMAX sekitaran dua bulan lalu mengeluhkan hal serupa. Karena ia seorang mekanik yang punya pengetahuan teknis lebih memiliki cara lain menyiasati kampas rem belakang yang cepat aus, ia modifikasi sendiri rem belakangnya.

Ia tetap menyarankan menggantinya dengan kampas baru, tetapi tidak perlu yang standar pabrikan, pakai saja kampas rem biasa yang harganya lebih murah. “Itu biasanya lebih awet,” sarannya. Selaku umat yang senang menerima pendapat baru, saya lalu mengikuti petunjuknya dan, alhamdulillah ya, sejauh ini kampas rem lumayan awet ketimbang menggunakan yang standar.

Pesan moral yang dapat dipetik dari khotbah yang singkat ini, mohon agar para pengguna NMAX senantiasa banyak berkonsultasi dengan banyak pihak yang sudah diselimuti tebalnya pengalaman. Jangan terlalu silau dengan standarisasi yang dapat menguras dompet lebih dalam dan lebih sering. Itu sih.

Penulis: F Daus AR
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Yamaha NMAX Itu Motor Overrated dan Nggak Spesial Sama Sekali, kok Bisa Penggunanya Arogan di Jalan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version