Nganjuk tidak sepopuler daerah-daerah tetangganya. Itu mengapa banyak hal-hal baru terlambat masuk ke Kota Angin ini. Tidak terkecuali waralaba kuliner ternama, misalnya Mie Gacoan yang hingga saat ini belum juga buak di sana. Bagi warga Nganjuk yang penasaran, mereka harus menempuh puluhan kilometer perjalanan ke Kediri demi bisa mencicipi semangkuk mi pedas ini.
Sebenarnya kesalahan besar para investor kuliner tidak mencoba masuk ke pasar Nganjuk. Daerah ini mungkin kalah populer dengan sekitarnya, tapi warganya punya antusiasme yang luar biasa terhadap hal-hal baru, kuliner salah satunya. Ya bayangkan saja, kalau tidak antusias, mana mau jauh-jauh ke Kediri demi semangkuk mie.
Mungkin para pengusaha masih asing dengan Nganjuk ya, sehingga jarang ada waralaba kuliner ternama buka cabang di sana. Untuk itu, saya jelaskan dahulu seluk beluk kota dengan julukan Bhumi Anjuk Ladang ini.
Nggak pelosok-pelosok amat
Nganjuk merupakan sebuah kabupaten di Jawa Timur. Daerahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Dibanding daerah-daerah di sekitarnya, kabupaten ini mungkin kurang ternama ya. Tapi, percayalah, Nganjuk nggak setertinggal itu kok.
Nganjuk memang bukan kota metropolitan dengan UMK yang setinggi langit. Bahkan, per tahun 2024, terhitung UMK Nganjuk sebesar Rp2,2 juta saja. Meski begitu, daerah mungil ini terus menunjukkan kemajuan dalam berbagai aspek, terutama soal wisata dan geliat anak mudanya.
Tinggal di kota kecil tidak membuat warganya terkungkung dan pasrah begitu saja. Warga setempat terus mengupayakan segala hal agar bisnis lokal terus berjalan dan meningkatkan perekonomian. Warganya juga terus mengikuti tren dan perkembangan daerah-daerah sekitar serta kota besar.
Mie Gacoan cocok di lidah orang Nganjuk
Saya beri alasan lain mengapa Mie Gacoan harus punya punya outlet di Kota Angin ini, mi pedas itu sangat cocok dengan lidah warga setempat. Kesadaran ini muncul ketika saya pertama kali makan Mie Gacoan di Surabaya. Saya menyadari makanan ini begitu cocok dengan lidah orang Nganjuk. Sudah rasanya cocok, harganya relatif murah di kantong.
Alasan-alasan di atas saya rasa cukup meyakinkan untuk membuka waralaba mi pedas yang satu ini di Nganjuk. Sebenarnya ada satu alasan lain, daerah ini relatif nyaman dan tenang, jauh dari huru-hara konflik. Alasan yang terdengar sederhana memang, tapi percayalah, masyarakat cenderung lebih percaya diri untuk membelanjakan uangnya ketika situasi sekitar kondusif.
Saya yakin, kehadiran Mie Gacoan di Nganjuk, tidak hanya memuaskan rasa penasaran warga tanpa harus jauh-jauh ke Kediri. Outlet waralaba ini juga membantu memutar perekonomian daerah setempat. Jadi tunggu apalagi para pemilik modal, sudah saatnya Nganjuk punya outlet Mie Gacoan sendiri.
Penulis: Desy Fitriana
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Weleri Kendal Baik-baik Saja Tanpa Mie Gacoan, Waralaba Ini Lebih Baik Incar Daerah Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.