Nekat Modifikasi Honda Megapro Jadi CB100: Estetik di Mata, Masalah di Jalan

Nekat Modifikasi Honda Megapro Jadi CB100: Estetik di Mata, Masalah di Jalan

Nekat Modifikasi Honda Megapro Jadi CB100: Estetik di Mata, Masalah di Jalan (Firzafp via Wikimedia Commons)

Sebagai pecinta motor klasik, saya selalu terobsesi dengan gaya retro yang timeless. Itulah mengapa saya memutuskan untuk memodifikasi Honda Megapro tahun 2001 milik saya menjadi CB100 bergaya klasik. Proses modifikasi ini tidak main-main, semua dirombak total, mulai dari memotong sasis belakang, mengganti velg, roda, ban, hingga mengubah seluruh tampilan agar mirip motor klasik tahun 70-an.

Hasilnya? Setitik penyesalan lah.

Transformasi Total: Dari Megapro ke CB100 Klasik

Awalnya, Honda Megapro 2001 saya adalah motor standar dengan bodi besar dan dan baik-baik saja. Tapi namanya anak muda, saya ingin sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih berkarakter. Saya memutuskan untuk mengubahnya menjadi CB100 klasik dengan sentuhan “custom” yang kebetulan lagi trend waktu itu.

Pertama saya memotong sasis belakang agar tampilan lebih ringkas dan sesuai gaya klasik, dan bisa dipasang spakbor serta sadel CB yang mirip kursi warung itu.

Tak luput, saya juga melakukan penggantian kaki-kaki. Velg diganti dengan model spoke, ban dipilih yang berukuran kecil dengan pattern klasik, dan suspensi belakang diubah agar lebih pendek. Semua demi mengejar bentuk kaffah CB100.

Tangki bensin yang semula 12 liter, kini jadi 8 liter karena kudu diganti model klasik. Oh iya, waktu itu lampu bulat 5 inci sudah tertempel di depan. Nah, untuk stang saya masih pakai bawaan Honda Megapro tapi dikasih peninggi yang saya baru sadar bikin visualnya jadi aneh.

Apakah hasilnya sangat memuaskan? Ya jelas nggak. Karena budget-nya kurang, bodi masih karatan belum dicat. Masalah tangki bensin rembes juga nimbrung, memaksa saya mencium bau bensin sepanjang jalan.

Perombakan mesin Honda Megapro yang saya ubah ke CB100 dengan niat biar kinclong malah bikin tekor. Pada sesi ini saya membuat kesalahan fatal. Dengan modal yakin dan pemahaman mesin amatiran waktu itu saya pede saja membongkar mesin. Mesinnya sih berhasil menyatu lagi setelah dibongkar, tapi pas mesin hidup “jujur” suara agak kasar. Tak cuman itu, meski mesin hidup tapi pas mencoba masuk perseneling satu, motor tidak bisa jalan dan mesin brebet parah. Kacau.

Motor yang tadinya terlihat biasa terus baik-baik saja, saat itu malah terlihat menyedihkan.

Nekat menempuh perjalanan ke Gunung Api Purba Nglanggeran dengan (mantan) Honda Megapro 

Dengan modal nekat karena mau tampil necis, Saya memutuskan untuk membawa motor CB100 custom dari Honda Megapro ini sebagai teman perjalanan walaupun kondisinya masih menyedihkan untuk menonton konser musik di Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta.

Berangkat pagi dari Kudus, pukul 06.00 WIB pagi dari Kudus. Udara masih sejuk, dan suara mesin Megapro yang sudah dimodif terdengar agak serak namun bertenaga. Karena sasis sudah dipotong, posisi berkendara lebih tegak, cocok di tubuh mungil. Namun baru sampai lingkar timur, Kudus motor terasa brebet dan mesin akhirnya mati. Ternyata waktu itu aliran kran bensin mampet gara-gara kotoran bekas las-lasan.

Apakah setelah kejadian itu motor nggak mogok lagi? Tentu saja saya berhenti lagi di daerah Purwodadi. Setelah alun-alun, motor tiba-tiba mati. Awalnya kecurigaan mengarah ke kran bensin, tapi ternyata aman sentosa.

Saya cukup lama ngutak-ngatik, mencoba mengecek kelistrikan. Dan yah, kelistrikan tiba-tiba hilang. Busi nggak memercikan api. Anehnya, ketika jok yang lebih mirip bangku warteg saya copot, motor bisa menyala kayak nggak pernah ada masalah. Aneh memang, saya juga masih bingung sampai sekarang. cb100

Sebelum ke Jogja, saya harus mampir ke Solo dulu untuk menjemput seorang teman wanita. Namun baru saja sampai melewati Universitas Slamet Riyadi, suara mesin berisik sekali. Saya curiga bagian rantai keteng karena waktu itu pakai oli mesin yang terlalu encer. Alhasil ya begitu, mesin memang enteng, tapi cepat panas dan susah mereduksi panas mesin di motor tua.

Saya menepi segera membuka baut tempat men-setting rantai kamprat. Setelah beres, perjalanan berlanjut ke Manahan karena janjiannya di situ.

Baca halaman selanjutnya

Menembus jalanan, menuju Nglanggeran

Melintasi jalur menantang menuju Nglanggeran

Dari Solo, perjalanan ke Gunungkidul memakan waktu sekitar 2 jam. Medan mulai menanjak dan berkelok saat mendekati Nglanggeran. Untungnya, nggak rewel lagi, cukup tangguh meski sudah dimodif. Ban baru dengan grip yang baik membuat saya lebih percaya diri di jalanan berkelok, menikung tajam.

Saat itu yang jadi masalah bukan di motor, tapi teman saya yang malah pegangan pundak. Dengan dalil belum mahrom, dia menjaga jarak tapi beberapa kali pegangannya terlalu kencang, bahkan pas jalanan menanjak curam leher kecekik karena dia menarik hoodie yang saya pakai. Sial, saya hampir mati masuk jurang dan kehabisan nafas di saat bersamaan.

Untungnya, konser di Gunung Api Purba Nglanggeran berlangsung meriah. Saya dan teman saya tanpa sadar ikut bernyanyi, suasana alam yang eksotis, ditambah gemerlap lampu dari panggung, membuat acara semakin berkesan. Setelah puas menikmati musik, kami memutuskan pulang malam itu juga.

Perjalanan pulang lebih menantang karena gelap gulita, saya hampir tak melihat aspal jalan. Lampu bulat yang saya pasang ternyata lebih mirip lilin daripada seonggok lampu Honda Scoopy.

Untungnya, meski sempat khawatir soal keamanan, motor ini bisa diandalkan sampai akhirnya kami tiba kembali di Solo, lalu saya melanjutkan perjalanan sendirian ke Kudus.

Modifikasi motor sah-sah saja, tapi mending nggak usah

Modifikasi Honda Megapro 2001 menjadi CB100 klasik bukan sekadar mengubah tampilan, tapi juga memberinya jiwa baru dan masalah seabrek. Perjalanan ke Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi bukti bahwa motor ini.. Bikin repot!

Setiap lengkingan mesin, setiap tikungan yang dilalui, dilalui dengan rasa waswas. Jadi jika ada yang bertanya, “apakah worth it memodif motor tua seperti ini?” Jawabannya pasti…

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Honda MegaPro, Produk Gagal dengan Beragam Penyakit Turunan yang Bikin Nyesek Pemiliknya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version