Nasib Malang Isuzu Panther, Dianggap Mobil Murahan dan Cuma Pantas Dijadiin Angkot

isuzu panther MOJOK.CO

isuzu panther MOJOK.CO

Isuzu Panther menjadi mobil pilihan keluarga sejak awal 90-an hingga saat ini. Mobil yang terkenal karena “anti rewel” ini masih dijual di dealer Isuzu sampai 2020 ini. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total wholesale Isuzu untuk mobil panther mencapai 216 unit.

Tentu bukan sesuatu yang mengecewakan untuk ukuran mobil “jadul” yang terus eksis hingga saat ini. Isuzu Panther dibanderol mulai Rp279,1 juta untuk tipe terendah, sedangkan tipe tertinggi Grand Touring Rp332,3 juta. Masih lumayan mahal, bukan? Kalau beli Datsun Go second bisa dapat berapa ya? Hehe

Meski “mahal”, banyak orang yang tidak paham per-otomotifan memandang Isuzu Panther sebagai mobil “murahan”. Mau tahu alasannya?

Teknologi minimalis

Varian paling mahal dari Isuzu Panther mencapai harga Rp332 jutaan. Melihat dari sisi harga, mobil tersebut tidak bisa dibilang murah juga. Yang membuatnya terlihat murah untuk banyak orang adalah kokpitnya yang minimalis. Kamu bisa menengok kokpit Expander sebagai contoh.

Tidak ada panel layar sentuh di Isuzu Panther. Kalau untuk Karimun yang dibanderol Rp150 jutaan, masih bisa dimaklumi. Nah, karena interior yang minimalis inilah, Isuzu Panther dianggap “murah”, bukan barang mewah.

Fitur keselamatan kurang

Untuk mobil berharga Rp332 jutaan, fitur keselamatan seharusnya menjadi prioritas. Namun, nampaknya Isuzu ingin mengajarkan penggunanya untuk lebih menekankan sifat kehati-hatian maksimal. Ini ide bagus. Karena sesungguhnya Isuzu ingin mengajarkan pemakai mobil ini untuk menerapkan prinsif para sufi, yakni hidup mati seseorang itu ditangan Tuhan, bukan karena fitur keselamatan.

Jadi, jangan membayangkan Isuzu Panther seperti mobil dengan fitur keselamatan aktif dan pasif lengkap. Misalnya, airbag untuk seluruh penumpang, immobilizer, ABS (Anti-lock Braking System), EBD (Electronic Brake Distribution), dan BA (Brake Assist) yang lengkap. Bahkan Hill Start Assist untuk membantu pengemudi di jalan menanjak pun nggak ada.

Lekat dengan citra angkot

Masih ingat saat fenomena banjir Jakarta beberapa waktu lalu, ada video angkot viral karena bisa menerobos banjir dengan santai? Ternyata, yang digunakan adalah Isuzu Panther.

Ya, Panther, di berbagai daerah sering dijadikan angkot dalam kota. Citranya sebagai angkot akhirnya terus melekat. Tidak heran banyak yang nggak mau tahu kalau harga mobil ini mahal. Yang penting sering melihat Panther digunakan sebagai angkot. Padahal yang digunakan adalah Panther versi lama. Ngeyel!

Bodi kotak

Bodi mobil jangkung yang mengotak menjadi ciri khas Isuzu Panther. Tak pelak, hal ini mengakibatkan pengaruh buruk untuk urusan pengendalian mobil ini. Wabilkhusus, ketika dikendarai di jalan aspal pada kecepatan cukup tinggi.

Apabila berbelok, gejala limbung amat terasa. Mungkin karena mobil ini memang didesain bukan untuk kecepatan tinggi. Namun, inilah alasan lain banyak orang tetap saja tidak percaya kalau mobil ini mahal. Karena body kotak, citra yang ditampilkan adalah murah, bekasan. Kalau bekas, pasti mahal. Padahal…300 juta, woi!

Belum memenuhi standar emisi Euro 4

Rumor yang berkembang, mobil diesel legendaris ini, sudah hampir tamat dalam waktu dekat. Isuzu Panther yang katanya Raja Diesel ini kemungkinan besar bakal behenti diproduksi dan dipasarkan pada 2021. Hal ini disebabkan berlakunya standar emisi Euro 4 untuk kendaraan diesel di Indonesia.

Karena belum memenuhi standar emisi Euro 4, gosipnya, mobil ini akan disudahkan saja. Padahal, jika punya duit 300 jutaan, saya nggak akan berpikir dua kali beli Isuzu Panther. Apalah daya, sekarang ini kudu puas pakai APV punya kantor dulu.

BACA JUGA Mengapa Emak-Emak Sebaiknya Tidak Belajar Nyetir Mobil kepada Suami dan tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version