Motor Bebek Jauh Lebih Bakoh dan Bisa Diandalkan daripada Motor Matic

Motor Bebek Jauh Lebih Bakoh dan Bisa Diandalkan daripada Motor Matic Mojok.co

Motor Bebek Jauh Lebih Bakoh dan Bisa Diandalkan daripada Motor Matic (unsplash.com)

Sudah tiga tahun lebih aku setia dengan motor bebek kesayangan. Meski jauh dari kata keren, motor bebek ini bisa diandalkan dalam kegiatan sehari-hari. Namun, tetap saja, di dalam lubuk hati ini sebenarnya ada perasaan ingin memiliki motor matic. 

Keinginan itu muncul ketika melihat teman-teman perempuan bisa berkendara secara anggun dengan motor matic mereka. Di benakku pada waktu itu, motor ini sangatlah praktis, simpel, dan tentu bisa memberi sentuhan kesan feminin bagi pengendaranya. “Kapan ya, aku bisa punya motor matic juga?” batinku di dalam hati. 

Akan tetapi, keinginan itu tidak bisa langsung terpenuhi karena kondisi ekonomi. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, aku menghibur diri bahwa suatu saat motor seperti itu akan menjadi milikku. Lucunya, setelah lama menunggu, beberapa waktu lalu mimpiku terwujud. Kakak membeli motor matic dan menyuruhku untuk memakainya. 

Kaget ketika pertama kali pindah dari motor bebek ke motor matic 

Satu hal yang tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, ternyata mengendarai motor matic dan motor bebek itu berbeda! Selama ini, aku berpikir, seseorang yang bisa mengendarai motor bebek, pasti akan dengan mudah bisa mengendarai motor yang terlihat praktis itu. Ternyata, aku salah besar. 

Awalnya, aku yakin motor ini akan jauh lebih mudah dikendalikan daripada motor bebek. Tidak perlu mengganti gigi atau memikirkan kopling. Namun, ekspektasi itu langsung terpatahkan begitu aku mulai menggunakannya.

Baca halaman selanjutnya: Masalah utama muncul …

Masalah utama muncul ketika aku harus menghadapi jalan tanjakan dan turunan. Rumahku berada di daerah pegunungan punya tanjakan yang lumayan curam. Ketika pakai motor matic, rasanya seperti kurang tenaga saat nanjak dan ngelos saat nurun. Berbeda dengan motor bebek yang selama ini selalu bisa aku andalkan untuk menaklukkan jalan-jalan sulit.

Aku tidak pernah menyangka, motor matic yang diidam-idamkan justru merepotkan. Motor bebek yang selama ini menemani ternyata jauh lebih handal di medan seperti ini.

Perlu adaptasi lebih lama

Setelah beberapa kali menjajal berkendara menggunakan motor matic, aku malah merasa lebih nyaman dengan motor bebek. Saat mau bepergian, aku sering memilih motor bebek dibandingkan motor yang baru ini. Ternyata, adaptasi itu perlu, dan aku butuh waktu untuk benar-benar terbiasa. Otot-ototku sepertinya terbiasa dengan cara kerja motor bebek—mengganti gigi, merasakan kopling, dan menyesuaikan tenaga saat menghadapi tanjakan.

Aku menyesal pernah percaya dengan ungkapan  bahwa “kalau bisa mengendarai motor bebek, pasti bisa mengendarai motor matic dengan mudah.” Ternyata, ujaran itu tidak berlaku untukku. Setiap jenis motor punya tantangannya sendiri. Motor matic, meski terlihat lebih praktis, pengendaranya tetap membutuhkan adaptasi ketika menghadapi medan yang curam atau penuh dengan tanjakan dan turunan. Aku harus belajar lebih banyak, terutama saat berkendara di jalan menurun atau menanjak yang cukup ekstrem di daerahku.

Hal lain yang aku pelajari adalah pentingnya bersyukur. Dulu, aku seringkali mengeluhkan motor bebekku. Aku merasa motor itu tidak keren dan tidak sesuai dengan gaya hidup manusia berjenis kelamin perempuan pada umumnya, ternyata motor apapun sama tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal.

Penulis: Anis Susiati
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA  4 Ide Modifikasi Motor yang Norak, Sebaiknya Jangan Ditiru

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version