Pantas Saja Warga Kediri Banyak yang Jomblo, Pantangan Pernikahannya Banyak dan Bikin Ribet!

Pantas Saja Warga Kediri Banyak yang Jomblo, Pantangan Pernikahannya Banyak dan Bikin Ribet!

Pantas Saja Warga Kediri Banyak yang Jomblo, Pantangan Pernikahannya Banyak dan Bikin Ribet! (Pixabay.com)

Kalian nggak perlu heran kalau banyak orang Kediri yang jomblo. Soalnya pantangan pernikahan Kediri itu banyak dan bikin susah

Kediri memang sering dijuluki sebagai “Kota Wingit” atau keramat. Hal itu sering dicontohkan dengan tidak ada presiden yang berani mengunjungi Kediri. Jika berkunjung, dipercaya bahwa presiden tersebut akan lengser secepatnya.

Namun, ternyata kewingitan dari Kediri bukan hanya pada masalah kekuasaan saja, tapi juga masalah asmara. Bahkan ada pantangan-pantangan tersendiri bagi warga asli Kediri perihal pernikahan.

Sebagian masyarakat masih mempercayai bila melanggar pantangan-pantangan pernikahan tersebut, kelak rumah tangganya akan berakhir di tengah jalan. Berikut ini adalah pantangan pernikahan Kediri yang bikin warganya banyak yang jomblo tak berkesudahan.

Warga Kediri dilarang menikah dengan warga Lamongan

Pantangan pernikahan pertama yang harus saya ceritakan adalah larangan bagi warga kota ini menikah dengan warga Lamongan. Mitos ini sering beredar di masyarakat, bahwa perempuan dari Kediri dilarang menikah dengan laki-laki dari Lamongan. Mitos tersebut dikaitkan dengan cerita legenda Panji Laras dan Panji Liris.

Konon, Adipati Kediri dulu memiliki putri kembar bernama Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari. Sedang di lain pihak, Adipati Lamongan, juga memiliki dua putra kembar yang bernama Panji Laras dan Panji Liris.

Singkat cerita, Adipati Kediri ingin berbesan dengan Adipati Lamongan, dengan menikahkan putri kembarnya tersebut. Adipati Lamongan menyanggupinya, tetapi ia mengajukan persyaratan, yaitu kedua putri Adipati Kediri harus memeluk Islam terlebih dahulu. Akhirnya Adipati Kediri menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh Adipati Lamongan. Kemudian berangkatlah iring-iringan dari Adipati Kediri menuju Lamongan.

Sesampainya di Kali Lamong, tanpa diduga kali tersebut meluap dan banjir. Banjir tersebut mengakibatkan Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari terpaksa mengangkat kain penutup kakinya agar tidak basah.

Sedang di seberang, sudah terdapat iring-iringan dari Panji Laras dan Panji Liris. Melihat Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari mengangkat kain penutup kakinya, menjadikan Panji Laras dan Panji Liris mengetahui bahwa kedua putri tersebut memiliki bulu kaki yang lebat. Sehingga Panji Laras dan Panji Liris mengurungkan niat untuk menikah dengan Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari.

Berita penolakan Panji Laras dan Panji Liris terdengar sampai telinga Adipati Kediri, ayah dari kedua putri tersebut. Sontak adipati marah dan segera mengirim pasukan untuk menyerang Lamongan.

Pertempuran tidak bisa dihindari dan pasukan dari Kediri berhasil mengalahkan Panji Laras, Panji Liris dan Adipati Lamongan. Sebelum wafat, Adipati Lamongan sempat berwasiat agar penduduknya kelak tidak menikahi perempuan dari Kediri.

Larangan menikah dengan orang yang tinggal di seberang sungai

Larangan pernikahan ini juga tidak asing bagi masyarakat Kediri. Terdapat larangan pernikahan antara warga Kediri yang berada di etan (timur) sungai Brantas dengan kulon (barat). Mitos ini sering dikaitkan dengan cerita legenda Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji.

Panji Asmoro Bangun terlibat hubungan asmara dengan Dewi Sekartaji. Keduanya berasal dari dua kerajaan berbeda yang dipisahkan oleh Sungai Brantas: Kerjaan Jenggala dan Panjalu

Namun kedua kerajaan tersebut saling berselisih sehingga tidak memungkinkan bagi Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji untuk melanjutkan hubungannya ke tahapan yang lebih serius. Akan tetapi, dengan kebulatan tekad cinta, mereka memutuskan untuk tetap menjalani hubungan secara diam-diam.

Sehingga Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji harus melakukan penyamaran sebagai rakyat biasa untuk bisa bertemu lagi. Mereka terpaksa menjalani hubungan cinta terlarang hanya karena konflik antar kerajaan.

Dari cerita tersebutlah adanya mitos larangan menikah antara etan kali dan kulon kali, yang dipercaya akan menjadikan cinta terlarang. Namun pantangan tersebut bisa diselesaikan dengan melakukan ritual-ritual khusus agar hubungan antara kedua mempelai bisa langgeng.

Jadi, jangan kaget kalau ada tulisan kalau masyarakat Kediri banyak yang jomblo. Lha wong mau cari pasangan saja masih ada pantangannya. Dapat pasangan susah, begitu dapat, lha nabrak pantangan. Sulit, sulit.

Penulis: Mohammad Sirojul Akbar
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kediri Semakin Maju, tapi Warga Sulit Sejahtera karena Banyak yang Digaji Tak Sesuai UMR

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version