Mi Javara dan Mi Daai: Mana Mi Vegan yang Rasanya Lebih Menggugah Selera?

Mi Javara dan Mi Daai: Mana Mi Vegan yang Rasanya Lebih Menggugah Selera? terminal mojok.co

Mi Javara dan Mi Daai: Mana Mi Vegan yang Rasanya Lebih Menggugah Selera? terminal mojok.co

Dengan segala varian rasa, promosi yang digembar-gemborkan, sampai dengan ragam harga yang ditawarkan, selain dijadikan alternatif utama sebagai bahan pangan, mi menjelma menjadi komoditi tersendiri bagi sebagian kalangan. Pada 2019, melalui LokaData, konsumsi mi instan penduduk Indonesia mencapai 12,6 miliar bungkus setahun. Masih melalui hasil olah data Lokadata, 92 persen atau sekitar 248,7 juta penduduk Indonesia pernah mengonsumsi mi instan.

Dalam proses perkembangannya, dengan slogan dan embel-embel “lebih sehat”, beberapa produsen mi akhirnya menciptakan mi berjenis vegan dengan komposisi berbahan baku sayuran, minim atau tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali, termasuk kandungan msg yang lebih ramah.

Sebagian orang sempat skeptis dengan kehadiran mi vegan. Lantaran, selain harganya yang lebih mahal dibanding mi instan pada umumnya, rasanya pun dikenal kurang menyesuaikan selera khalayak. Bahkan, pada titik tertentu, bisa dibilang nggak ada enaknya sama sekali.

Tentu saja hal tersebut tidak bisa digeneralisir begitu saja. Ada beberapa mi vegan yang rasanya terbilang enak. Menyesuaikan selera sekaligus harga pasaran. Setidaknya, ada dua mi vegan yang saya rekomendasikan: Mi Javara dan Mi Daai. Lantas, apa bedanya?

Mi Vegan Javara

Dari segi harga, Javara terbilang variatif dan menyesuaikan platform. Beberapa kali saya membeli di supermarket, harganya sama, Rp9.800. Namun, jika dibeli secara online, dibanderol antara Rp9.000-14.000.

Tampilan Javara terbilang unik karena dalam satu kemasan, mi ini punya tiga warna: ungu, hijau, dan kuning (sama seperti mi pada umumnya). Nggak heran kalau Javara punya tagline “Rainbow Veggie Noodle”. Bentuknya pipih/gepeng. Meski teksturnya tidak sekenyal mi instan lainnya, tetap terasa legit di mulut dan bisa membikin lidah setiap penikmatnya terus mengunyah tanpa henti.

Selain itu, setelah saya bandingkan dengan mi vegan lainnya, Javara punya durasi sedikit lama dalam memasak mi, kurang lebih 5 menit. Namun, untuk cara dan prosesnya, masih sama sebagaimana memasak mi pada umumnya.

Sedangkan dari segi rasa, saya berani jamin, Javara memang juara untuk sekelas mi vegan. Rasanya enak, gurihnya terasa dan cukup kuat. Paling penting, mi ini nggak bikin enek. Jadi, siapa pun yang pengin beralih ke mi vegan—jenis mi yang digadang-gadang aman untuk kesehatan, selama tidak dikonsumsi berlebihan—saya sangat merekomendasikan produk ini. Sedikit lebih mahal dibanding mi vegan atau mi tanpa msg lainnya, sih. Tapi, selama worth it, kenapa nggak?

Serius, deh. Satu porsi mi Javara itu cukup mengenyangkan. Dan karena mi ini nggak enek, jadi kalau kalian pengin menjajal langsung masak dua mi sekaligus, masih aman, proporsional, nggak berlebihan.

Mi Vegan Daai

Berbeda dengan Javara, mi Daai menawarkan sensasi lain. Dari sisi harga untuk satu bungkusnya, Daai lebih ekonomis. Mulai dari Rp3.000-4.500. Biasa, lain toko, lain harganya dan menyesuaikan varian rasanya.

Dari tampilan, Daai tidak berbeda jauh dengan mi instan lainnya. Berwarna kuning dan keriting. Teksturnya cukup kenyal. Tidak selegit mi Javara, tapi tetap terasa enak. Dari segi rasa, Javara lebih kaya dibanding Daai yang justru lebih dominan rasa gurih-asin alih-alih menawarkan sensasi lain atau perpaduan racikan bumbu rahasianya. Soal porsi, Daai sangat cocok untuk camilan di waktu senggang atau ketika iseng. Dua porsi dimakan sekaligus juga masih aman, kok.

Salah satu sensasi unik yang akan dirasakan ketika makan mi Daai, walaupun mi yang dimakan berjenis vegan, kalian akan merasakan rasa yang sama seperti ketika makan mi instan pada umumnya. Gurih-gurih asin gimana gitu, menyatu dalam versi lite dengan kadar yang masih bisa ditoleransi oleh lidah. Untuk semua varian rasa yang ada, sensasinya kurang lebih mirip-mirip.

Satu yang pasti, antara harga dan rasa yang ditawarkan oleh Daai, masih worth it juga. Barangkali, biar makin unik dan punya perbedaan mencolok dengan merek mi vegan lainnya, dalam waktu dekat, Daai mau memproduksi rasa pedas ala-ala Samyang juga gitu. Siapa tahu makin seru saat menyantapnya. Hehehe.

Jadi, dari penjabaran head to head ini, kira-kira mi vegan mana yang lebih sesuai dari segi harga, rasa, dan porsinya dengan selera kalian?

BACA JUGA Anak Kos, Sudah Waktunya Kalian Beralih ke Mi Instan Lemonilo sebagai Andalan Akhir Bulan! dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version