Saya awali tulisan saya dengan ucapan selamat bagi kalian yang lolos SNMPTN. Kalian pantas mendapatkannya, dan selamat atas hasil yang kalian dapatkan dengan upaya apa pun, kecil atau besar. Dan yang paling penting, nggak usah dengerin orang yang nyinyir.
Mau kalian dianggap keterima karena keberuntungan atau apalah, diemin aja. Sebab, hasil yang kalian rasakan saat ini memang pantas untuk dirayakan. Sekali seumur hidup, je. Kecuali lho, kalian jalan satu semester dan nyesel. Tapi, itu udah bahasan yang berbeda dan nggak layak masuk dalam perdebatan.
Mau kritik kebahagiaan mereka atas sesuatu yang muncul dari sistem yang nggak jelas? Ya kritik sistemnya dong, gini aja masak kudu dikasih tahu.
Saya justru heran kenapa banyak orang yang tiba-tiba nyinyir dengan pencapaian kalian. Beberapa dari mereka lalu memberi petuah hidup itu berat, dan masuk kampus swasta nggak masalah. Dan yang ngomong kayak gitu biasanya orang yang nggak keterima, spoiled rich fuck, dan emang pengin cari gara-gara aja.
Orang kek gitu mah bakal ada di tiap perdebatan yang berhubungan dengan hal yang lagi relevan, jadi kalian yang keterima SNMPTN, udah nggak usah dengerin.
Tapi, kenapa sih orang-orang kek gitu selalu muncul ketika ada perayaan atau tema tertentu yang relevan, apalagi yang berhubungan dengan anak muda atau generasi di bawahnya?
Padahal kita harus akui, lolos SNMPTN itu prestasi yang patut dibanggakan. Kita akui saja, beberapa teman kita yang keterima emang effort-nya nggak main-main. Ada yang rajin belajar sampe minum Kuku Bima, ada yang jadi rajin beribadah, ada yang sampai beli jimat agar bisa lolos. Kalau mereka sampai lolos, ya nggak kaget, orang usahanya berlipat-lipat.
Kalau ada orang yang kalian kenal kebetulan lolos SNMPTN padahal kemampuannya (kalian anggap) nggak mencukupi, ya anggap aja itu karma baik yang dia terima. Loh, Tuhan kalau udah intervensi, kalian bisa apa?
Terus buat so-called orang dewasa yang nyinyirin adek-adek lugu nan lucu itu merayakan lolos SNMPTN, masalah kalian apa sih? Ini cuman masuk hal SNMPTN lho, udah dikasih petuah hidup itu berat.
Yaelah kek orang-orang nggak tahu hidup itu berat aja. Nggak usah kalian kasih tau pun orang-orang udah kek beo ngomong “Bun, hidup berjalan seperti bajingan”.
Memang kalian doang yang tau hidup itu berat? Entah kalian yang ignorant apa emang pura-pura dongok aja, kalian pasti semasa kuliah tau teman-teman kalian yang hidupnya ngenes alias miskin banget. Beberapa adek-adek yang kalian nyinyir itu bisa jadi orang yang udah ngerasain hidup yang jauh lebih berat dibanding kalian.
Lagian emang kalau tau hidup itu berat, terus ngapain? Kalian berharap orang-orang itu njuk meredam euforia karena tahu hidup akan jadi lebih berat. Kalau iya, kalian yang goblok, orang lain jangan disuruh ikut-ikutan. Nalarnya ya makin bertambah umur, hidup ya makin berat. Tanggung jawab yang diterima bertambah, otomatis hidupnya makin berat.
Justru karena hidup makin lama makin berat, kita harus membiarkan orang merayakan apa yang mereka pikir pantas untuk dirayakan. Hidup udah terlalu berat dan bangsat untuk dibawa terlalu serius.
Sebagai generasi yang lebih tua, kalian tau kan rasanya jadi muda. Masa-masa itu emang lagi masa-masa selebrasi atas hal-hal baru yang mereka raih dalam hidup, jadi ya nggak usahlah kalian jejali kegelapan yang kalian rasakan di masa kini. Nanti mereka juga dihantam realitas kok, semua ada waktunya.
Saya dulu juga kek kalian, bangsat-bangsat yang dikit-dikit ngomong hidup itu berat. Ya saya sadar sih kalau meskipun hidup saya itu berat, bukan berarti saya bisa preaching hal tersebut. Jadi udah ya, kalian orang-orang-so-called-dewasa, biarin adek-adek itu bahagia dengan SNMPTN, mereka berhak dan harus bahagia akan hal tersebut.
Let people enjoy things, asshole.
BACA JUGA Eden Hazard Main 20 Menit Jauh Lebih Bagus dari Vinicius Junior dalam 3 Musim dan artikel Rizky Prasetya lainnya.