Teori konspirasi, apa pun bentuknya, saya nggak pernah suka dan sangat menghindari jika ada yang ngomongin soal itu. Mungkin awalnya akan saya dengar, tapi lama-lama enek juga. Kita tentu masih ingat masalah masjid di Bandung yang katanya berbentuk segitiga agar terlihat seperti (((illuminati))). Bajingan. Sudah begitu, ustaz lagi yang ngomong. Ustaz loh ini, seorang ustaz.
Namun, dari semua jenis konspirasi, yang paling kacau dan bikin saya geleng-geleng adalah teori konspirasi soal kartun anak-anak. Yo, mosok kartun anak-anak yang tujuannya untuk menghibur, untuk ditonton sebagai tayangan keluarga malah disempali teori-teori nan bangsat seperti itu. Buset, dah, emang nih teori konspirasi udah kehabisan lapak atau gimana? Sampai kartun segala ada teori konspirasinya.
Sebenarnya, teori konspirasi soal kartun ini sudah dari lama, hanya saja lama-lama semakin banyak dan mulai muncul di berbagai platform. Banyak yang dibahas oleh konten kreator. Awalnya saya menganggap ini kayak fakta gelap saja bahwa kartun “mungkin saja” memang begitu latar belakangnya.
Akan tetapi, ya, lama-lama saya tumbuh dewasa dan berpikir: apa iya benar begitu? Soalnya makin lama makin nggak masuk akal. Makin banyak kartun yang dibegitukan, makin-makin dibuat-buat teori konspirasinya. Beberapa hal yang menjadi pertanyaan sekaligus sangkalan buat saya, sebagai berikut.
Pertama, itu teori datangnya dari mana? Itu siapa yang buat dan bagaimana bisa kok jadi menyebar ke khalayak umum begitu? Bolehlah tersebar karena jenisnya informasi. Masalahnya, informasinya ini tidak valid, Bosss. Sumbernya dari mana, cuma cocoklogi doang dan bukan sumber valid yang berasal dari pihak studio yang membuatnya. Anda sudah buat orang banyak tersesat dengan teori konspirasi cocoklogi di bidang lain, sampai anak kecil yang polos pun ingin Anda ajak tersesat. WHYYY?
Kedua, itu kartun, loh. Itu kartun yang kebanyakan isinya menghibur anak-anak kecil, mulai dari balita sampai yang umur belum puluhan. Kok bisa-bisanya bikin masa kecil mereka runyam dengan teori konspirasi yang sangat seram begitu. Bukannya senang, mereka malah jadi mimpi buruk. Nurani kisanak sekalian di mana, woyyy!
Ketiga, situ punya masalah apa sih sama kartun? Kalau misalnya ya, jika saya suuzan nih, kalian semua (para pembuat teori konspirasi kartun) punya masa kecil kurang bahagia karena jarang nonton kartun, jangan dilampiaskan ke ranah itu juga. Tontonlah kartun yang dulu ingin kamu tonton, kan ada internet dan YouTube banyak menyediakan kartun. Logika Anda ngaco jika membuat teori konspirasi kartun dengan harapan anak-anak jadi takut, lalu nggak nonton kartun dan menjadi seperti Anda.
Keempat, kalau memang benar-benar nggak suka sama kartun, mau itu satu atau semua kartun, serang dengan data dan fakta valid. Atau, serang teknis atau alur ceritanya. Membuat teori konspirasi untuk jatuhin kartun itu adalah cara paling goblok. Asli. Orang yang bikin atau percaya teori konspirasi aja aneh, apalagi ini yang bikin teori konspirasi ke kartun.
Kalau memang segitunya benci kartun, atuh jangan goblok juga. Karunya aing mah dah ka maneh, asli. Jangan jadi goblok dengan membawa narasi atau teori-teori cocoklogi yang kagak ada bukti valid. Malah jadi kelihatan kayak buzzer, kan?
BACA JUGA Memahami Kartun SpongeBob dari Kacamata Filosofis Seorang Oseanografi dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.