Menyelisik Manfaat Lek-Lekan Para Ibu yang Dibalut dengan Istilah Me Time

Menelisik Manfaat Lek-Lekan Para Ibu yang Dibalut dengan Istilah Me Time Terminal Mojok

Hari ini adalah hari-hari normal seperti biasanya untuk saya lakoni sebagai ibu rumah tangga profesional. Hanya saja, saya agak limbung kali ini. Mungkin karena saya sudah zalim pada tubuh saya, memforsir diri sampai kelelahan, dan nyaris tidak tidur semalaman. Mending kalau mengerjakan sesuatu yang menghasilkan uang seperti mengelola online shop. Lha saya hanya menghabiskan waktu nonton YouTube sembari berdalih sedang me time.

Me time yang akhirnya membawa dampak kelelahan, seharusnya tak layak disebut sebagai me time. Me time kok bikin lingkar hitam mata melebar, kantung mata menebal, dan kepala pening seperti habis dihantam palu Thor. Apakah me time saya harus sebegitu buruknya, hingga menimbulkan efek yang tidak baik untuk kesehatan diri saya?

Terpaksa saya akui bahwa yang saya lakukan tak bisa sepenuhnya disebut sebagai me time. Pilihan emosional dan kurang rasional yang saya lakukan dengan memilih berselancar di YouTube dan tidak tidur sudah sering menjadi batu sandungan selama saya berkarier sebagai ibu rumah tangga profesional. Ujung-ujungnya, mood menjadi labil dan emosi pun naik turun seperti rollercoaster. Tapi, kenapa saya mengulanginya berkali-kali? Apakah saya semacam mencandu konsep menyiksa diri?

Semoga sih tidak. Saya hanya menikmati satu-satunya waktu sunyi yang bisa saya nikmati di malam hari. Saat suami anteng dengan game-nya dan anak-anak tertidur lelap, dunia terasa amat tenang. Ketenangan yang langka itu menjadi godaan bagi saya memberikan kebebasan pada jiwa untuk menikmati hiburan termudah yang ada. Jika saya memilih berselancar di YouTube, di luar sana ada kok ibu-ibu lain yang memilih membuang kuotanya untuk menonton drakor secara maraton sampai pagi.

Karena saya sudah tak bijak dalam memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki lantaran memilih lek-lekan layaknya penjaga lilin di kisah musrik tentang pesugihan menggunakan babi ngepet, apakah saya melakukan kesalahan yang fatal? Belum tentu. Meski kegiatan yang dilakukan tidak membuat kaya, malah boros kuota, sesungguhnya ada jiwa-jiwa yang teremajakan di dalam sana.

Meremajakan jiwa dalam raga yang mulai renta dengan perut menggelambir dan pinggang yang bisa dicubit dari belakang akibat menebalnya lemak yang enggan meluruh, sangatlah penting bagi seorang ibu. Memangnya hanya urusan genital saja yang perlu dirawat keremajaannya seperti bunyi reklame produk penjaga kerapatan dan sejenisnya itu? Catat ya, merawat jiwa sungguh lebih penting! Ingat kan dengan adagium “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”? Nah, itu, tinggal dibalik saja~

Biasanya, meski lek-lekan, seorang ibu tetap mampu menjalankan tugas utamanya. Saya menduga, jiwa yang meremaja itu menimbulkan efek berupa bertambahnya tenaga kanuragan seorang ibu. Tak dapat dipungkiri, sosok ibu memang bagaikan pahlawan super yang serba bisa. Tak perlu bukti untuk ini, kan? Lihat saja pameran di media sosial tentang betapa hebatnya sosok ibu, jika tak bisa mengamati ibu sendiri.

Soal risiko kurang tidur berupa gangguan mood, turunnya imunitas, gangguan konsentrasi dan gangguan kesehatan, biarlah menjadi risiko yang akan dihadapi seorang ibu yang menyukai kegiatan lek-lekan. Meski terlihat sebagai pilihan yang kurang bijaksana, toh kegiatan utama mereka, yakni peran sebagai ibu, tidak terganggu. Lain halnya jika fungsionalitas ibu sampai terganggu. Nah, kalau sudah begini sebaiknya ibu konsultasi dengan pakar psikiatri, ya.

Maka, saat melihat seorang ibu muda dengan kantung mata sangat tebal dan lingkaran mata hitam yang lebar, tak perlu jatuh iba terlalu dalam. Apalagi sampai sok tahu lalu memberinya petuah yang tak ia minta. Beri senyum saja dari jauh, sambil menunduk sopan. Atau ya tak perlu segitunya menatap ibu muda dengan penampilan ngenes, bukannya kenapa, tidak sopan saja~

Akhirnya, saran saya bagi para ibu yang punya hobi lek-lekan seperti saya, mari kita coba bersepakat untuk tidak menggunakan diksi me time dalam melakoni hobi yang buruk ini. Mungkin daripada pakai kata me time, lebih sesuai jika kita memakai kata meremajakan kenangan. Ya, kan? Ngaku saja kalau habis berselancar di YouTube, kenangan masa remaja datang kembali merunyamkan apa yang kita percaya sebagai kemapanan dalam berumah tangga~

BACA JUGA Rahasia Keabadian Lagu ‘Kepompong’ Milik Sind3ntosca dan tulisan Butet Rachmawati Sailenta Marpaung lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini
Exit mobile version