Menu Warteg itu Nggak Ada yang Red Flag, kalau Punya Masalah Bilang Aja ke Warung atau Orangnya, Bos!

4 Dosa Warteg Mania yang Sebaiknya Dihentikan

4 Dosa Warteg Mania yang Sebaiknya Dihentikan (Shutterstock.com)

Sebagai orang yang selalu bertumpu pada warteg setiap harinya, karena itu adalah pilihan terbaik untuk pekerja seperti saya, saya tersinggung membaca tulisan berjudul “3 Makanan Red Flag dan Sebaiknya Dihindari di Warteg karena Nggak Dijaga Kebersihannya” yang menurut saya sangat kacau.

Kacau banget. Karena generalisir, terus bikin citranya jadi jelek banget. Saya emang nggak punya warteg, tapi sebagai orang yang sering makan dan hidup karena warteg, saya akan menulis tulisan balasan sebagai ucapan terima kasih. Enak aja, warteg dibilang punya makanan yang nggak dijaga kebersihannya.

Kebersihan makanan

Makanannya nggak bersih? Enak aja. Kalau pun ada, harusnya jangan digeneralisir. Pakai disebut spesifik segala menunya. Biar apa, dah? Jangan hanya karena sering makan di beberapa warteg, terus menemukan yang jorok, jangan malah dipukul rata. Kasian amat, ratusan ribu warteg lain yang belum pernah dicoba terus kena dampaknya.

Soal masakan yang disebut dalam tulisan tersebut, mulai dari udang sampai sayur sop. Saya membacanya justru langsung judge, asli. Tau apa judge yang terbenak di pikiran saya? Dalam pikiran saya, “Ini mah orang kaya sok-sok makan di warteg terus sok higienis.”

Saya katakan sok higienis, bukan berarti saya nggak setuju dengan makanan higienis ya. Cuman, tulisannya nggak enak banget penggunaan katanya. Sotoy juga. Soal udang, dibilang jorok karena masih menyatu sama badannya. Langsung bilang itu nggak higienis, karena kepala udang mengandung tainya sendiri.

Buseh, emang diperiksa langsung proses pembuatannya tuh? Sampai tau itu nggak higienis udangnya. Terus, emang pernah pas nyoba udangnya, ada tainya juga? Nggak pernah kan? Soal sayur sop lebih aneh lagi. Dibilang nggak bersih karena wortel dan kentang dari tanah. Ya Allah, bener-bener. Lagian, masak itu kan di suhu panas. Suhu panas itu matiin kuman, lagian apa nggak pernah tahu kalau kulit kentang itu banyak mengandung gizi, kah?

Ekspektasinya diturunin, Buos

Ekspektasi bagaimana sih yang diharapkan saat makan di warteg? Michelin Star? Udahlah, jangan ngarep yang nggak masuk akal. Nggak usah neko-neko, deh. 

Bilang aja emang nggak suka makan udang, kerang, dan sop. Pakai dibilang red flag, biar orang lain ikutan gitu? Nggak suka kok ngajak-ngajak. Kalau mau kritik ke warteg yang sering jadi tempat makan, langsung bilang lah ke yang punya. Bukan malah langsung generalisir. Kacau.

Kalau masih makan di warteg, jangan nyebelin

Buat kita yang masih bertumpu dan sering makan di warteg, jangan lah malah dijelekkan. Kalau mau dijelekkan, itu pun karena nggak suka sama personalnya, langsung sebut nama dan orangnya sekalian. Kalau emang bermasalah sama satu warung doang. Jangan malahan dipukul rata begitu. 

Jangan malah jadi menyebalkan, terus nyalahin semu. Banyak kok yang bersih dan higienis banget. Belum nemu aja. Kalau udah nemu, pasti nggak bakalan tuh kepikiran bikin tulisan menyerang menu-menu. Soalnya, ya, sibuk makan dan menikmati makanan warteg yang jadi support pekerja dan orang-orang menengah ke bawah. 

Terima kasih, warung tegal, jasamu tak akan ternoda hanya karena kepala udang doang. 

Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Hal yang Bikin Saya Jengkel Saat Beli Makan di Warteg

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version