Mengapa Saat Baca Artikel Zodiak Kok Isinya Seperti Menggambarkan Aku Banget, Sih?

Percaya Ramalan Zodiak, tapi Tidak Percaya Agama padahal Konsepnya Mirip terminal mojok.co

Percaya Ramalan Zodiak, tapi Tidak Percaya Agama padahal Konsepnya Mirip terminal mojok.co

Saya kadang suka merasa lucu sendiri ketika membaca beberapa artikel zodiak yang menurut saya ajaib. Saya sebut ajaib karena isi artikel tersebut seolah bisa menggambarkan karakter saya secara tepat dan ngena. Padahal sebelumnya saya belum pernah duduk berduaan dengan si penulis artikel tersebut. Banyak memang saat ini artikel-artikel ajaib seperti yang saya baca. Misal, “5 Zodiak yang Sering Makan Nasi”, “7 Karakter Zodiak yang Paling Bucin” dan judul yang paling sering ngefek buat saya adalah “5 Zodiak yang Dikenal Paling Jomblo, Nomor 2 Bikin Ngenes!”

Artikel zodiak memang sangat ajaib belakangan ini. Dan pada akhirnya, hati saya pun tergerak untuk membuat artikel macam itu. Setelah saya mencoba dan melakukan riset bagaimana membuat artikel ajaib tersebut. Ternyata caranya mudah sekali, cukup buat dari hati. Tidak ada rumus dan rahasia yang rumit ketika membuat artikel zodiak-zodiakan tersebut. Kuncinya satu, manusia itu mudah mencocok-cocokkan apa yang ia baca. Maka dengan tulisan-tulisan yang bisa dibilang hanya menerka-nerka. Banyak orang yang akhirnya berkata, “kok aku banget sih ini”, “Ih, kok bener banget sihh” hingga ada yang tidak percaya dan berkata seperti ini “Halah itu cuma akal-akalannya si penulis”. Faktanya memang betul apa yang diucapkan terakhir. Sang pembuat artikel yang seolah-olah menulis karakter banyak orang dengan benar nyatanya bukanlah seorang peramal. Bukan seorang dukun apalagi calon presiden. Penulis-penulis zodiak macam saya ini hanya berpegang pada satu rahasia bahwa manusia itu mudah termanipulasi dan sering mencocokkan dirinya. Bicara soal viewer, dari pengalaman saya saat membuat artikel zodiak-zodiakan. Jumlah terkecil yang membacanya mencapai 1.000 views. Itu yang paling kecil, dan sejauh ini views terbesar artikel zodiak saya mencapai 300.000 views. Bayangkan, dalam proses pembuatannya saya tidak perlu banyak berpikir. Saya cuma perlu menulis sifat-sifat dasar manusia dan boom!  Banyak orang percaya dengan artikel ajaib yang saya buat.

Di era milenial saat ini, hal-hal berbau ramalan yang bertujuan untuk hiburan dan seru-seruan masih banyak ditemukan. Tidak cuma di media sosial, portal-portal berita online pun juga ambil bagian. Sebagai contoh, ketika kita membaca sebuah artikel dan isi artikel tersebut membahas mengenai karakter kepribadian dilihat berdasarkan zodiak ataupun golongan darah, tentu ada rasa penasaran dalam diri setiap individu yang membacanya. Dari hal tersebut ia akan mencari hal-hal yang menurutnya sesuai dengan dirinya dan ajaibnya banyak yang merasa apa yang ditulis di dalam artikel itu sama persis dengan kepribadiannya.

Yang jadi pertanyaan, apakah sang penulis artikel itu adalah seorang dukun atau peramal? Jawabannya TIDAK. Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Ternyata, ada satu pendapat dari seorang psikolog Bertram R. Forer terkait fenomena ini. Ia menyebutnya sebagai Efek Barnum. Efek Barnum merupakan fenomena psikologis yang ditemukan oleh seorang psikolog Amerika bernama Bertram R. Forer. Dan pada tahun 1956 diciptakanlah nama resmi dari fenomena psikologis tersebut dengan nama Barnum Effect oleh seorang psikolog bernama Paul Meehl dalam essainya yang berjudul Wanted- A Good Cookbook.

Efek Barnum atau Efek Forer adalah sebuah fenomena psikologis yang sebenarnya sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Efek Barnum terjadi saat seseorang percaya tentang deskripsi terhadap diri mereka sendiri yang sebenarnya deskripsi tersebut juga dapat berlaku untuk banyak orang. Hal inilah yang menyebabkan mengapa masyarakat sering merasa bahwa penjelasan semacam horoskop, membaca aura, grafologi, dan beberapa tes yang tidak ada kaitan ilmiah lebih sering dianggap sesuai dengan kepribadian mereka.

Efek Barnum ini berkaitan dengan validasi subyektif. Ketika individu dihadapkan pada dua peristiwa yang berlainan dan tidak memiliki hubungan sama sekali, individu cenderung akan mencari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya baik itu sifat, kepribadian dan pola pikir yang mereka miliki. Sebagai contoh, ketika kalian membaca artikel mengenai karakter kepribadian dilihat dari golongan darah, tentu kalian akan mencari dan mengaitkan isi artikel tersebut dengan berbagai aspek dalam diri kalian yang menurut kalian sama dengan apa yang ditulis oleh artikel tersebut. Dan secara tidak langsung, kalian telah masuk dalam fenomena psikologis ini.

Dikutip dari jurnal karya Forer berjudul The Fallacy of Personal Validation a Classroom Demonstration of Gullibility, ia telah melakukan percobaan klasik yang menunjukkan keberadaan efek Forer dilakukan pada tahun 1948. Forer membagikan teks psikologi kepada 39 mahasiswa psikologinya dan mereka diberitahu bahwa mereka akan mendapatkan deskripsi kepribadian mereka berdasarkan hasil tes tersebut. Satu minggu kemudian, Forer memberikan kepada setiap mahasiswa sebuah deskripsi yang seolah ditulis khusus untuk mereka. Kebanyakan mahasiswa merasa bahwa hasil tes kepribadian tersebut akurat, dengan rata-rata penilaian sebesar 4,26 dalam skala dari 0 hingga 5. Kenyataannya, mereka semua mendapatkan “deskripsi kepribadian” yang sama. Forer juga menyusun “hasil tes kepribadian” tersebut dari buku astrologi dan kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat yang sangat umum. Contoh kalimat-kalimatnya antara lain “kamu cenderung kritis kepada dirimu sendiri”, atau “kamu punya kapasitas yang belum sepenuhnya kamu gali”.

Forer menghubungkan efek Barnum dengan hal-hal yang mudah menipu.  Efeknya telah dikatakan untuk mengkonfirmasi apa yang disebut prinsip Pollyanna, yang menyatakan bahwa individu cenderung menggunakan atau menerima kata-kata positif daripada kata-kata negatif dari suatu umpan balik. Yah, intinya suka dipuji gitu lah hehe.

Hal yang sama sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh seorang psikolog bernama Ross Stagner. Dikutip dari sebuah  jurnal berjudul  The Gullibility of Personnel Managers karya Ross Stagner yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1958. Ia melakukan sebuah percobaan Pada tahun 1947, Ross Stagner meminta sejumlah manajer personalia untuk mengambil tes kepribadian. Setelah mereka mengikuti tes, Stagner, alih-alih menanggapi dengan umpan balik berdasarkan jawaban individu mereka yang sebenarnya, masing-masing disajikan dengan umpan balik umum yang tidak ada hubungannya dengan jawaban tes mereka. Sebaliknya hasil penilaian tes yang disajikan justru berdasarkan horoskop, analisis grafis, dan sejenisnya. Masing-masing manajer kemudian ditanyai seberapa akurat penilaiannya. Lebih dari setengah menggambarkan penilaian itu akurat, dan hampir tidak ada yang menyatakan tidak sesuai dengan dirinya.

Efeknya secara konsisten ditemukan ketika pernyataan penilaian tidak jelas. Orang dapat membaca makna mereka sendiri ke dalam pernyataan yang mereka terima, dan dengan demikian pernyataan itu menjadi “pribadi” bagi mereka. Pernyataan yang paling efektif mencakup frasa “pada waktu”, seperti “Kadang-kadang Anda merasa sangat yakin pada diri sendiri, sementara di lain waktu Anda tidak percaya diri.” Frasa ini dapat berlaku untuk hampir semua orang, sehingga setiap orang dapat membaca makna “pribadi” ke dalamnya.

Individu lebih cenderung menerima penilaian negatif tentang diri mereka sendiri jika mereka melihat orang yang menyajikan  penilaian tersebut sebagai profesional berstatus tinggi. Bukti juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan kepribadian otoriter atau neurotik atau yang memiliki kebutuhan lebih besar dari biasanya lebih mungkin untuk mewujudkan efek Barnum.

Studi menunjukkan bahwa fenomena ini bersifat universal dan telah diamati pada orang-orang dari banyak budaya dan lokasi. Pada tahun 2009, psikolog Paul Rogers dan Janice Soule melakukan penelitian yang membandingkan kecenderungan orang Barat untuk terpergaruh oleh Efek Barnum dengan kecenderungan orang-orang China. Mereka tidak dapat menemukan perbedaan yang signifikan.

Gimana, sadarkah saudara-saudara semua bahwa ramalan-ramalan atau apapun itu bisa saja ilusi yang bersifat positif atau bisa bersifat negatif. Jadi jangan menganggap penulis-penulis artikel zodiak-zodiakan itu peramal ya? Saya sering merasa tersanjung kalau disebut begitu.

Exit mobile version