Memprediksi Nasib Tamini Square Jakarta Timur yang Kini Hidup Segan Mati Tak Mau

Memprediksi Nasib Tamini Square Jakarta Timur yang Kini Hidup Segan Mati Tak Mau

Memprediksi Nasib Tamini Square Jakarta Timur yang Kini Hidup Segan Mati Tak Mau (unsplash.com)

Saya jarang sekali nonton di bioskop. Tapi kalau mau nonton layar lebar, kemungkinan besar saya akan ke Cinepolis Tamini Square yang ada di Jakarta Timur. Soalnya itu adalah bioskop paling dekat dari rumah saya dan harga tiketnya sangat murah.

Kali ini, film Sore: Istri dari Masa Depan membuat saya menyambangi bioskop. Sembari menaiki lift reyot menuju ke lantai 2 tempat Cinepolis berada, saya memandangi atrium mall Tamini Square yang kosong. 

Naik makin atas, pemandangan yang saya lihat makin melompong. Hanya deretan toko tanpa pengunjung di sela-sela toko yang rolling door-nya tertutup. Ditempeli pengumuman “Di jual/Di sewakan” dengan penulisan yang pasti bikin redaktur Mojok gatal.

Tamini Square, mall yang ramai hanya di ground floor dan rooftop-nya saja

Menjadi satu-satunya mall di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, tidak membuat Tamini Square kebal dari efek domino Covid-19. Mall itu tetap saja sepi, bahkan setelah pembatasan aktivitas sosial dari pemerintah dihentikan. Lama-lama, mall itu kesannya seperti mati segan, hidup tak mau.

Kalau kamu ke Tamini Square sekarang, kamu akan menemukan ada keramaian di mall itu, tetapi hanya di lantai dasar dan rooftop-nya. Ramainya pun nggak selalu karena ada banyak orang berbelanja. Bisa jadi karena ada event komunitas, pertandingan bola, atau kebaktian dan salat berjamaah.

Tiga kegiatan terakhir yang saya sebutkan itu bisa kamu temukan di rooftop Tamini Square. Di sana ada masjid, gereja, dan lapangan mini soccer. Lapangan parkir di rooftop ibarat melting pot orang-orang dengan berbagai kepentingan. Yang semuanya bisa diidentifikasi dengan mudah hanya dengan melihat pakaiannya.

Sementara di lantai dasar, memang masih banyak toko yang buka. Paling banyak adalah toko kacamata dan arloji. Ada juga beberapa tenant FnB yang bikin area lobi jadi ramai seperti Chatime dan Shihlin.

Akan tetapi momen paling ramai yang pernah saya alami di Tamini Square adalah ketika ada event komunitas tari di atrium lantai dasar. Mereka pasang musik yang memekakkan telinga yang bikin suasana terasa “ramai” di kuping para pengunjung. 

Bisa ramai kembali karena ada stasiun LRT baru

Kondisi mall pinggiran Jakarta Timur ini memang lebih kayak gedung serbaguna daripada pusat perbelanjaan. Tapi sebetulnya, mall ini punya kesempatan bagus buat kembali ramai dengan orang belanja.

Saya selalu membandingkan Tamini Square dengan Blok M Square. Keduanya adalah pusat perbelanjaan dan tempat nongkrong yang sudah nggak diminati lagi, bahkan sebelum pandemi melanda. Namun kini Blok M Square bisa bangkit kembali dengan image yang baru. Disokong dengan Stasiun MRT yang posisinya menguntungkan buat tempat itu.

Nah, Tamini Square pun dapat keuntungan yang mirip. Stasiun LRT Taman Mini yang belum lama beroperasi itu berada tepat di seberang Tamini Square. Cocokloginya, lihat Blok M Square sukses setelah ada MRT, pastinya Tamini Square bisa kayak gitu juga dong setelah ada LRT ini? 

Nyatanya, mereka nggak apple-to-apple. Ada beberapa faktor yang bikin Tamini bernasib beda dengan Blok M Square. Salah satunya karena Blok M memang dari dulu kawasan hype. Sehingga ketika dipantik sedikit, bisa kembali nge-hype. 

Sementara sejak berdiri, Tamini nggak pernah menyandang citra yang seperti itu. Tamini Square adalah mall yang praktikal. Tempat kamu bisa menemukan berbagai toko yang memudahkan hidupmu seperti toko reparasi jam dan reparasi tas. Tetapi nyaris nggak ada toko buat kebutuhan bergaya dalam hidup.

Selain itu, kini ada ancaman pula dari stasiun LRT. Sesuatu yang awalnya kita kira adalah peluang bagus buat Tamini Square.

Stasiun LRT malah bangun pusat perbelanjaan sendiri, jadi ancaman buat Tamini Square

Di beberapa stasiun LRT memang lazim ada spot komersial. Biasanya diisi sama minimarket atau fast food. Namun Stasiun LRT Taman Mini beda sendiri. Di sana bakal ada pusat perbelanjaan serta rumah sakit. Agak laen, ya.

Awalnya, stasiun ini membuka spot komersial hanya di sekeliling eskalator yang menghubungkan peron dengan jalan raya. Spot itu pun hampir semuanya diisi sama brand-brand FnB. Wajar dong, di sekitar stasiun ada tempat jajan makanan. 

Namun ternyata, mereka punya rencana yang lebih jauh. Mereka bakal membuka pusat ritel bernama Travoy Hub dan Rumah Sakit Brawijaya yang terhubung dengan stasiun. 

Dengan Stasiun LRT Taman Mini buka resto aja sudah mengancam Tamini Square, ini ditambah jadi pusat ritel pula. Apalagi desain “mall” baru ini pastinya lebih modern dan estetik dibanding Tamini yang cat bangunannya sudah pudar itu.

Apakah Tamini Square masih punya harapan?

Sebagai langganan di banyak toko di Tamini Square, tentu saya berharap mall ini nggak akan tutup. Kalau tutup, toko-toko langganan saya bisa-bisa mencar dan itu bakal menyusahkan saya.

Biar nggak tutup, mall ini mesti ramai. Tetapi melihat kondisinya saat ini, sulit membayangkan Tamini kembali ramai. Padahal letak mall ini strategis sekali, lho.

Tamini Square tak hanya terletak di dekat stasiun LRT, namun juga di sebelah halte Transjakarta koridor 9 Pinang Ranti-Pluit. Dan berada persis di perempatan besar yang dari salah satu arahnya adalah exit toll Jagorawi. Sayang sekali kalau menyerah di tengah-tengah traffic sebanyak itu.

Tentukan jati diri baru

Sebetulnya Tamini Square hanya perlu menentukan jati diri baru. Sebagai apa ia mau memosisikan diri di kawasan ini. Nggak bisa lagi jadi mall palugada seperti dulu. Karena persaingan dengan online shop sangat ketat sekarang. 

Tamini juga sudah nggak bisa hanya mengandalkan FnB karena lagi-lagi saingannya juga banyak. Bukan cuma resto-resto di stasiun LRT, tapi juga ada Green Terrace & The Amboja yang sudah jadi pusat makan-makan di daerah sini.

Mungkin jadi sentra buku second seperti Blok M? Atau jadi pusat optik mengingat sekarang pun yang masih banyak bertahan adalah toko kacamata? Jadi destinasi untuk release inner child macem Playtopia oke juga tuh.

Intinya, Tamini Square masih punya kesempatan kalau pengelolanya bisa menentukan jati diri baru. Sambil mengamati pergerakan traffic setelah mall Stasiun LRT Taman Mini beroperasi nanti. Apa yang kurang dari mereka, bisa segera disikat sama Tamini Square. 

Dalam strategi ini, endurance sangat berperan penting. Tapi toh mall pinggiran Jakarta Timur ini kan sudah diambil alih sama Lippo Group. Mestinya mereka punya fuel yang cukup untuk bertahan dong, sambil menyusun rencana agar kembali berjaya.

Penulis: Karina Londy
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mal Jakarta Timur seperti dari “Planet yang Lain” Dibanding Mal Jakarta Selatan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version