Membandingkan Diffuser vs Humidifier, Awas Jangan Sampai Salah Beli!

diffuser vs humidifier terminal mojok

Beberapa minggu lalu, anak saya tiba-tiba terkena flu. Biasalah, namanya anak-anak rentan sekali dengan penyakit satu ini. Dalam setahun, mungkin bisa tiga hingga empat kali anak saya terkena flu. Namun, gara-gara pandemi berkepanjangan ini, semua gejala flu pada anak jadi bikin saya sebagai orang tua paranoid. Ya gimana nggak paranoid, wong gejala awal Covid-19 ya mirip-mirip dengan flu atau yang dikenal juga dengan istilah common cold.

Kebetulan di kamar kami menggunakan AC, dan jelas ruangan ber-AC cenderung kering. Padahal, flu dan batuk bisa semakin menjadi-jadi jika kita berada di ruangan dengan udara kering. Oleh karena itu, suami saya berinisiatif mencari alat yang berfungsi melembapkan udara di kamar. Kebetulan, beberapa saat lalu sedang tren penggunaan diffuser dan humidifier. Bahkan saya juga sering dapat tawaran dari beberapa teman untuk membeli essential oil plus alatnya yang katanya bisa dipakai untuk relaksasi dan meredakan beberapa gejala penyakit.

Nah, sebelum memutuskan untuk membeli, saya berinisiatif mencari tahu soal diffuser vs humidifier. Menurut saya yang orang awam ini, sih, keduanya sama saja. Sama-sama bisa nyemprotin uap air gitu. Hehehe. Namun saya salah, keduanya justru memiliki beberapa perbedaan. Oleh karena itu, supaya jamaah Mojokiyah tersayang nggak kebingungan dan nggak salah beli, saya mau berbagi sedikit perbandingan antara diffuser vs humidifier.

Pertama, dilihat dari segi fungsi, diffuser dan humidifier berbeda. Diffuser berfungsi membersihkan udara dalam ruangan dan menyemprotkan wewangian dari essential oil. Sementara humidifier berfungsi menambah kelembapan udara dalam ruangan. Karena fungsinya yang dapat melembapkan udara, humidifier ini cocok sekali untuk kita yang tinggal di daerah kering atau panas.

Jadi, jika ingin mendapatkan manfaat dari essential oil, gunakan diffuser. Namun, jika ingin melembapkan udara yang juga bermanfaat bagi kesehatan, gunakan humidifier. Bahkan, dilansir dari Alodokter, humidifier juga bermanfaat mencegah sakit tenggorokan, melembapkan kulit dan bibir yang pecah-pecah, hingga meredakan flu dan batuk. Jelas, untuk kamar yang kering karena AC dan anak saya yang sedang terkena flu, humidifier lebih mashoook.

Kedua, diffuser dan humidifier sama-sama menyemprotkan uap air. Bedanya, diffuser mampu menyemprotkan uap essential oil. Humidifier bisa menggunakan essential oil, tapi bukan yang berbahan dasar minyak, hanya essential oil berbahan dasar air.

Diffuser hanya membutuhkan sedikit air. Bahkan ada juga diffuser yang nggak memerlukan air dan fokus mengharumkan ruangan, yakni reed diffuser. Reed diffuser menggunakan stik kayu atau bambu untuk menyerap essential oil dan membuat ruangan lebih wangi sehingga kita dapat merasakan manfaat dari essential oil tersebut. Karena menggunakan stik kayu, reed diffuser ini cocok digunakan kita yang punya anak kecil karena nggak perlu colok-colok ke listrik. Selain itu, reed diffuser juga hemat. Hahaha~

Ketiga, durasi penggunaan diffuser dan humidifier tergantung pada air dalam alat. Selain itu, temperatur ruangan juga turut memengaruhi. Semakin tinggi temperatur ruangan, maka air akan cepat habis. Sebaliknya, jika temperatur ruangan rendah, air nggak akan cepat habis.

Untuk humidifier, biasanya butuh air banyak, bahkan mencapai 3 liter. Makanya bentuk humidifier cenderung lebih besar dan bulky. Sementara diffuser hanya butuh air sekitar 300-500 ml. Reed diffuser malah nggak perlu air dan bisa memberikan wangi yang tahan lama hingga berhari-hari dan berbulan-bulan.

Setelah tahu fungsi dan manfaat utama diffuser vs humidifier, akhirnya saya dan suami memutuskan membeli humidifier. Ya selain karena alasan untuk meredakan gejala flu anak, rasanya kamar kami memang lebih butuh kelembapan dibanding wangi-wangian.

BACA JUGA Ternyata Tidak Semua Orang Suka dengan Aroma Minyak Kayu Putih dan tulisan Intan Ekapratiwi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version