Saya kira tinggal di Kasihan Bantul itu hanya memerlukan mental yang kuat karena harus sering klarifikasi bahwa saya nggak tinggal di pedalaman kepada teman-teman yang tinggal di kota. Selain itu, menua di jalan dan gampang sakit pinggang akibat sering nglaju juga menjadi makanan sehari-hari.
Namun, belakangan ini, saya menyadari bahwa tinggal di Kasihan juga mengharuskan saya siap menghadapi ancaman banjir saat musim hujan. Aslinya, “banjir” di sini maksudnya adalah air yang menggenang di beberapa titik jalan saja.
Namun, air yang menggenang ini benar-benar tinggi melebihi mata kaki. Bahkan dari kejauhan, aspal jalan sudah tidak lagi terlihat dasarnya. Fenomena pengendara motor yang serentak minggir menunggu air surut juga akhirnya terjadi di Kasihan.
Daftar Isi
Drainase jelek di Kasihan Bantul bikin jalan beraspal berubah menjadi danau
Setiap melintas di Perempatan Dongkelan arah ke Madukismo ketika hujan, saya benar-benar diuji kesabarannya karena drainase di area ini jelek banget. Lajur lambat yang digunakan pengendara motor digenangi air yang cukup tinggi. Meskipun saya sudah memelankan laju kendaraan, tetap saja ada pengendara yang melibas genangan tersebut dengan kecepatan tinggi! Duh, dikira hal tersebut nggak bahaya apa?
Selain di Perempatan Dongkelan, saya menghitung selama menempuh perjalanan pulang ke rumah, saya sudah terjebak lima genangan air. Genangan paling parah itu terdapat di Jalan Bibis. Sepanjang Jalan Bibis lubang jalannya memang parah, aspalnya pun cuma tambal sulam, kalau cuaca cerah mungkin pengendara masih bisa menghindar, tapi kalau musim hujan? Duh, pengendara yang lewat sini cuma bisa mengandalkan insting dan keberuntungan!
Dengan penerangan jalan yang minim, saat musim hujan, Jalan Bibis jadi momok seram bagi banyak pengendara, termasuk saya. Saking parah dan seramnya, saya sering menurunkan kedua kaki untuk meminimalisir tergelincir dan menyalakan lampu peringatan di motor agar pengendara belakang memahami kondisi yang saya alami. Yah, beginilah Kasihan Bantul.
Kendaraan rawan tergelincir, punya kapal bisa jadi solusi
Perempatan Dongkelan dan Jalan Bibis tadi sudah menjadi bukti bahwa daerah ini perlu ditandai sebagai daerah rawan saat musim hujan. Masalahnya tidak hanya pada drainase yang jelek, tetapi juga kontur jalan yang berpasir.
Keadaan ini membuat pengalaman berkendara di Jalan Bibis jadi semakin menyeramkan karena menyebabkan pengendara mudah tergelincir karena material pasir dan kerikil terbawa air sampai ke tengah jalan.
Dua poin tadi kemudian membuat saya berpikir, apakah langkah paling tepat yang bisa dilakukan adalah menukar kendaraan bermotor dengan kapal setiap musim hujan melanda? Toh, kalau dipikir-pikir, kapal memang lebih aman karena dapat mengapung. Secara tidak langsung, air yang tergenang karena tidak bisa terserap tadi juga malah mempermudah realisasi moda transportasi ini!
Naik kapal bisa meminimalisir terjerumus ke lubang jalan
Saya benar-benar serius terkait usulan moda transportasi kapal di Kasihan Bantul! Masalahnya, saya sendiri, yang notabenenya warga Kasihan, setiap musim hujan selalu waswas akibat dari kondisi jalan yang buruk tadi. Makanya, saya membayangkan, jika menggunakan kapal, ketika melintas di Jalan Bibis, saya nggak perlu merasa ketakutan bakal terjerumus ke lubang jalan yang dalam, lha wong mengapung, penak to?
Ya, sebenarnya opsinya cuma dua: jalannya diperbaiki atau warga naik kapal. Masalahnya, perbaikan jalan di wilayah ini rasanya masih jauh panggang dari api, kebanyakan cuma swadaya masyarakat dan hasil perbaikannya itu nggak bertahan lama. Jadi, bagaimana, warga Kasihan Bantul apakah sepakat kalau lebih baik kita menggunakan moda transportasi kapal saja setiap musim hujan? Naik kapal aja, naik kapal juga enak!
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Panduan Memahami Kecamatan Kasihan Bantul: Meskipun Aneh, tapi bukan Pedalaman!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya