Masuk Bareng, Kalau Lulus Juga Harus Bareng: Cita-Cita yang Sangat Mulia

lulus

lulus

Waktu masih berseragam putih abu-abu—kelas tiga lebih tepatnya—kita mulai jenuh dengan sekolah. Dengan entengnya kita bilang, “Bosan sekolah, belajar mulu. Pengen cepat-cepat lulus dan kuliah”. Tentu saja perkataan seperti itu keluar karena kita mempunyai referensi yang menyenangkan tentang perkuliahan.

Kita melihat di sinetron-sinetron yang menampilkan anak perkuliahan yang sepertinya begitu bebas. Tidak ada aturan yang mengekang seperti di masa sekolah. Anak kuliahan terlihat seperti bisa datang kapan saja di kampus tanpa terikat oleh waktu. Kalau kalian berpikir bahwa perkuliahan adalah seperti itu, kalian tidak sepenuhnya salah. Tapi saya bisa pastikan, kuliah itu tak semenyenangkan yang kalian bayangkan.

Sinetron atau FTV memberikan gambaran yang asyik tentang perkuliahan. Tentu saja agar bisa menjadi hiburan yang disukai oleh penonton. Karena sungguh sangat tidak menarik kalau FTV atau sinetron menayangkan kehidupan mahasiswa yang sesungguhnya. Sepanjang sinetron hanya akan menampilkan seorang mahasiswa yang uring-uringan mengerjakan tugas kampus—nggak ada waktu buat senang-senang. Kalau saya mendengar ada yang bilang “bosan sekolah pengen cepat kuliah”, bawaannya pengen ngetawain.

Ketika masuk kuliah, kita jadi punya teman-teman baru. Lagi-lagi kita harus beradaptasi dengan situasi. Kalau sudah saling kenal dan mulai akrab, biasanya obrolan bisa lebih santai. Kita merasa punya ikatan yang lebih dengan teman-teman baru yang kita punya. Di saat-saat seperti ini lah kita bilang “kita masuk bareng, lulus juga harus bareng yhaaa~”. Keinginan yang sangat sederhana dan mulia. Saya juga dulu waktu awal masuk kuliah seperti itu—kami ingin menunjukan bahwa kami angkatan yang kompak.

Kita biasanya bercita-cita ingin lulus dengan waktu yang cepat. Maksimal 4 tahun kuliah sudah bisa wisuda. Bahkan ada orang yang begitu optimis akan lulus dengan waktu tiga setengah tahun.

Belakangan saya tahu kalau keinginan kami yang sederhana itu ternyata terlalu naif. Menuntut ilmu di sekolah dan di perkuliahan sangat berbeda. Kalau di sekolah kita diberi target untuk menempuh pendidikan selama tiga tahun. Kita mempunyai jenjang waktu yang sama. Besar kemungkinan kita akan lulus dengan waktu yang sama. Dan hampir dipastikan kita  akan lulus dengan waktu yang bersamaan. Jangan takut untuk tidak naik kelas karena selalu ada jalan untuk itu.

Nggak naik kelas itu sesuatu yang mustahil. Kalau misalnya kamu sekolah di SMA Vormir dan tidak naik kelas—jangan khawatir—kamu bisa mengurus surat pindah ke SMA Wakanda. Dan tentu saja dengan status sudah naik kelas—sangat mudah.

Kondisi seperti itu sangat bertentangan dengan sistem perkuliahan. Kalau kuliah, nggak ada yang namanya kamu harus lulus dalam kurun waktu tertentu—semua terserah sama kamu. Kamu bisa saja lulus dengan cepat dalam kurun waktu tiga tahun misalnya dan kamu juga bisa lulus dalam kurun waktu yang tidak ditentukan alias selama yang kamu butuhkan. Walaupun tentu saja ada kampus-kampus yang mewajibkan mahasiswanya untuk lulus minimal dalam waktu tujuh tahun. Kalau lebih dari itu auto-kena DO alias dikeluarkan dari kampus.

Kita harus menyadari bahwa setiap orang itu mempunyai karakter dan prioritas yang berbeda-beda. Dan semua itu biasanya nampak ketika kita masuk kuliah. Memang benar kuliah itu tidak ada paksaan—kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, tapi resiko yah ditanggung sendiri. Ada orang yang fokus di kuliah toh, tapi ada juga yang lebih fokus ke organisasi atau kegiatan non-akademik. Semua itu menururt saya sah-sah saja selama tujuannya baik—berharap nanti lulus dalam keadaan sudah siap menghadapi hidup yang sesungguhnya.

Beda halnya kalau kamu pergi ke kampus misalnya tapi di dalam kelas hanya main handphone doang, tiap hari hanya titip absen, tugas nggak dikerjakan. Bukan karena kamu punya kegiatan yang lebih penting, tapi karena kamu malas. Yang kamu lakukan di kampus hanya sebatas itu tapi masih berani mengaku sebagai anak muda harapan bangsa. Lawak betul!

Kalau kuliahmu terbengkalai karena hal seperti itu, berarti memang kamunya saja yang nggak becus. Ingat, jangan banyak tingkah kalau masih dibiayain sama orangtua—tahu dirilah. Orangtuamu banting tulang buat bayarin kuliahmu, kamunya malah malas-malasan.

Selain karena kita sudah mempunyai prioritas yang berbeda, lulus dari kampus itu tidak semudah lulus dari SMA. Kalau di SMA kamu masih bisa dapat bocoran soal ujian, jangan harap bisa melakukannya di kampus. Yah walaupun ada yang menawarkan jasa pembuatan skripsi dan tentu saja harganya tidak murah. Belum tentu juga kamu bisa lulus dalam mempresentasikan skripsi buatan orang lain.

Jadi sekali lagi saya bilang, kalau niat kalian kuliah cuma buat senang-senang—jangan terlalu berharap. Kuliah bukan tempat buat senang-senang dan saya jamin tidak semenyenangkan bayangan kalian. Cita-cita kalian yang ingin lulus secara bersamaan sungguh mulia. Tapi ketahuilah, hal tersebut sangatlah naif.

Exit mobile version