Martabak Manis Porsi Jumbo: Sedikit Enaknya, Banyak Eneknya

Martabak Manis Porsi Jumbo: Sedikit Enaknya, Banyak Eneknya

Martabak Manis Porsi Jumbo: Sedikit Enaknya, Banyak Eneknya (Rismannaidih via Wikimedia Commons)

Sekarang ini lagi tren makanan dan minuman dibikin porsi jumbo, tak terkecuali martabak manis jumbo. 

Siapa di antara kalian yang tidak tahu martabak manis? Saya yakin, mayoritas pembaca Terminal Mojok pasti sudah tahu mengenai makanan yang kerap disebut pula terang bulan itu. Untuk masalah kalian gemar memakannya atau tidak, itu persoalan lain. Namun, satu hal yang pasti: kepopuleran martabak manis di Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi.

Belakangan ini, cukup ramai para food vlogger yang membagikan video mereka tengah menyantap martabak manis di media sosial. Akan tetapi, banyak dari mereka yang menikmati martabak manis dalam versi yang tak biasa atau boleh dibilang, versi upgrade-nya. Ya, upgrade dalam hal porsi yang jadi lebih besar. Dengan kata lain, para content creator tersebut kebanyakan memilih untuk menikmati martabak manis dalam porsi jumbo.

Setelah menyaksikan video-video tersebut, hati saya tergerak untuk melakukan hal serupa. Namun, setelah menikmati sendiri seporsi martabak manis jumbo, saya cenderung memiliki reaksi yang berbeda dengan para food vlogger. Jika kebanyakan dari mereka tampak sangat menikmati hidangan tersebut, saya malah sebaliknya. Bahkan, saya malah menyebut martabak manis jumbo sebagai makanan yang sedikit enaknya, banyak eneknya.

Sedikit enaknya

Sebelum membahas bagian tidak enaknya, mungkin akan lebih baik jika saya bicara mengenai bagian enaknya dulu. Bagi saya, martabak manis jumbo memang memiliki penampilan yang sangat menggiurkan. Jauh sebelum mencicipinya, saya sudah dibuat ngiler dengan penampakan martabak yang diolesi mentega dan diberi topping menggoda. Oh, iya, dalam kasus saya, saya selalu membeli martabak manis dengan topping keju. Bagi saya, itulah versi terbaik dari terang bulan.

Dan ketika semalam saya membeli martabak manis topping keju berukuran jumbo, saya sungguh sulit mendeskripsikan betapa menggiurkannya makanan tersebut. Sesuai namanya, keju parut yang ditaburkan ke dalam martabak saya memang banyak dan menggunung. Begitu pula kental manis dan olesan mentega yang diberikan. Semuanya mampu membuat saya beberapa kali menelan air liur dan ingin segera menyantapnya.

Ketika suapan pertama masuk ke dalam mulut saya, saya mesti mengakui bahwa martabak manis porsi jumbo memang merupakan sebuah upgrade dari porsi biasa. Jumlah topping yang tak biasa betul-betul mampu menaikkan kelezatannya ke level yang lebih tinggi. Kunyahan demi kunyahan pun saya lewati dengan kenikmatan yang tidak ada obatnya. Akan tetapi, semakin banyak saya mengunyah, semakin saya menyadari bahwa level tertinggi kelezatannya hanyalah di beberapa kunyahan awal.

Bagaimana dengan kunyahan-kunyahan setelahnya?

Martabak manis jumbo lama-lama bikin enek

Konon katanya, segala yang berlebihan itu tidak baik. Pernyataan tersebut menurut saya juga berlaku pada martabak manis. Dengan ukuran porsi yang bisa dikatakan “berlebihan” itu, lama-kelamaan saya malah kurang bisa menikmati seluruh kelezatannya. Saya sulit mendeskripsikannya, tetapi saya merasakan ke-enek-an seiring waktu berjalan. Mungkin karena porsi keju, kental manis, ataupun olesan mentega yang masuk ke dalam mulut saya memiliki takaran yang tak biasa.

Kebetulan, karena kemarin saya tidak menikmati martabak itu seorang diri, saya pun melihat beberapa teman saya juga mengalami masalah yang sama. Mereka mulai mengendurkan intensitas mengunyah. Ketika saya bertanya mengapa mereka tak lanjut mencicipi martabak tersebut, mereka kompak memberikan jawaban yang sama: lama-lama bikin enek.

Apabila saya mesti menerka-nerka penyebabnya, mungkin alasannya adalah karena kesamaan rasa di dalam martabak tersebut. Coba pikirkan kembali. Mentega rasanya manis. Kental manis ya sesuai namanya memiliki rasa yang manis. Begitu pun dengan gula pasir dan keju parut.

Hasilnya, ketika dikombinasikan dalam porsi yang besar, output-nya adalah sebuah makanan yang level manisnya melebihi senyuman gebetan kalian. Manis banget. Perbedaannya: manisnya senyum gebetan tidak akan membuat kalian enek. Lain halnya dengan martabak manis yang bagi saya cukup efektif membuat saya mual.

Andai saja saya mengganti topping martabak saya dengan topping lain, saya kira hasilnya juga tidak jauh berbeda. Kalau misalnya saya tidak membeli martabak manis dengan topping keju, melainkan dengan topping meses cokelat, kacang, selai Nutella, Ovomaltine, pisang, ataupun ketan hitam, semuanya juga memiliki cita rasa yang manis. Jadi, hasilnya akan tetap sama, bukan? Saya ujungnya akan tetap dibuat enek setelah melewati suapan demi suapan.

Mengonsumsi makanan manis berlebihan menyebabkan berbagai penyakit

Jangan lupakan pula dampak martabak manis ukuran jumbo dari aspek kesehatan. Berdasarkan apa yang saya dapatkan di internet, saya mengetahui bahwa mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan obesitas, diabetes, hipertensi, dan berbagai penyakit lainnya. Memang kalau sekali dua kali mencicipi makanan yang kaya akan gula, keju, cokelat, dll., tidak masalah. Namun kalau terlalu sering, ya berbahaya juga, Bosque.

Selain membikin enek dalam segi rasa dan kesehatan, terang bulan porsi jumbo juga cukup membuat saya enek tatkala melihat harganya. Pada kasus saya kemarin, saya beruntung karena membeli martabak tersebut di sebuah toko pinggir jalan yang cenderung tidak memiliki nama besar. Jadi, harganya masih berada di kisaran Rp70.000.

Namun, saya pernah melihat di media sosial, ada kedai martabak—yang sepertinya memang sudah terkenal—mematok harga lebih dari Rp100.000 untuk seporsi martabak manis jumbo. Jujur, harga segitu tentu cukup mahal bagi saya, terlebih jika dihabiskan hanya untuk membeli martabak manis. Namun, ya, terserah, disesuaikan saja dengan kemampuan dompet masing-masing.

Tidak semua makanan cocok dinikmati dalam porsi jumbo, termasuk martabak manis

Dari kasus martabak manis porsi jumbo ini, saya jadi menyadari satu hal: tidak semua makanan cocok dinikmati dalam porsi jumbo. Nasi Padang, terutama kalau dibungkus, merupakan salah satu contoh makanan yang terbukti cocok dinikmati walaupun memiliki porsi besar.

Meskipun saya selalu kaget saat melihat porsi nasi segunung yang disajikan, saya tidak pernah memiliki keluhan apa pun selama menyantap makanan tersebut sejauh ini. Mungkin, salah satu penyebabnya adalah karena adanya variasi rasa di dalam sebungkus nasi Padang; ada gurih dari kuah gulainya, pedas dari sambal hijaunya, dan sebagainya.

Kalau martabak manis? Ya seperti yang tadi saya katakan, rasanya cenderung monoton dan lama-kelamaan membuat saya enek. Itulah mengapa saya sungguh takjub dengan orang-orang yang sanggup menghabiskan seporsi martabak manis jumbo seorang diri. Kalian keren!

Tentu ini semua opini subjektif saya. Kalau kalian malah menyukai makanan tersebut, ya tidak ada masalah. Saya salut, lho!

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Dosa Saat Makan Martabak dari Perspektif Penjualnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version