Mahar Pernikahan Unik Itu Manfaatnya Apa, sih?

mahar pernikahan mojok.co

mahar pernikahan mojok.co

Ada banyak hal yang bisa bikin kita kepo kala teman atau saudara menikah. Mulai dari siapa pengantinnya, sampai mahar pernikahan apa yang diberikan oleh calon pengantin laki-laki. Kekepoan ini bisa jadi proses mencari referensi, terutama bagi mereka yang dalam waktu dekat akan menyelenggarakan pesta pernikahan.

Contohnya pas kondangan di pernikahan teman, kita lihat mahar nikah dikreasi sedemikian rupa dan terlihat bagu. Hari berikutnya kita bisa tanya di mana bisa pesen mahar nikah keren seperti itu. Tapi baiknya kita nanya tempat pesen itu kalau udah ada calon. Kenapa? Ya kalau belum ada calon mah ngapain kita nanya.

Berbicara soal mahar alias mas kawin, yang lucu dari mahar belakangan ini adalah nominalnya yang kadang bikin ruwet untuk dicari. Itu lho, mahar pernikahan yang nominalnya dikaitkan dengan tanggal- tanggal tertentu. Contoh, mas kawin Rp 200.517, yang merupakan representasi dari tanggal jadian calon pengantin, 20 Mei 2017. Jumlahnya sih nggak seberapa, tapi nominalnya itu loh, 17 sen? Wujudnya seperti apa aja kita nggak pernah lihat, gimana nyarinya?

Mungkin kita berpikir kayak gini, daripada harus membawa uang Rp200.517, masih mending bawa uang lima ratus ribu atau satu juta sekalian. Jumlahnya lebih besar, tapi setidaknya nggak bikin pusing. Lha sekarang di mana coba mesti cari uang 17 sen? Mungkin ada kalau mau cari di internet, tapi kan bikin repot.

Selain bikin repot, mahar pernikahan dengan nominal tak lazim ini juga patut dipertanyakan nilai gunanya. Sekarang coba bayangkan, apa iya koin 17 sen itu bisa buat beli sesuatu? Jelas tidak. Biar bisa punya nilai guna ya harus dijual. Itu pun tidak bisa langsung laku. Harus menunggu ada yang terjebak dalam mahar angka unik dulu. Alhasil, seringkali mahar dengan nominal unik ini hanya berakhir sebagai pajangan di dinding rumah saja.

Sampai di sini, saya tidak melihat manfaat lain dari mahar nominal unik selain untuk gaya-gayaan dan kepuasan si pengantin. Lha wong sudah jelas-jelas myarimya repot, nggak ada nilai gunanya, terlalu mainstream, masih aja ada orang yang melakukannya.

Beda kalau maharnya uang dengan jumlah nggak neko-neko atau emas sekalian. Bisa digunakan sewaktu-waktu kalau kepepet. Tapi jangan lupa juga kalau mahar pernikahan ini, bagaimana pun kondisinya tetap jadi hak perempuan. Laki-laki tidak berhak secuil pun menggunakannya kecuali dengan kerelaan dari pihak perempuan.

Kembali soal mahar pernikahan unik.

Saya curiga pelaku mahar unik ini adalah orang yang romantis. Cuma orang romantis yang sempat-sempatnya berpikir tentang makna filosofi di balik mahar. Lagi-lagi, momen sekali seumur hidup dijadikan alasan mereka mau repot-repot memikirkan berapa jumlah mahar yang tepat supaya mahar tersebut unik, berkesan, penuh makna, syukur-syukur viral. Minimal viral di kalangan tam ukondangan.

Sayangnya, para pelaku mahar pernikahan unik ini kurang kreatif. Nominal yang dimunculkan hanya mengikuti tren yang sudah ada, yaitu berkaitan tanggal, cuma beda kejadian aja, sih. Ada yang tanggal jadian, tanggal pertama kali ketemu, tanggal menikah, atau tanggal sunatan. Pokoknya intinya satu, tanggal. Nggak kreatif blas. Sori, Bro, tapi mahar dengan nominal tanggal ini terlalu mainstream.

Nih, saya kasih saran. Kalau kalean-kalean memang mau memberi mahar dengan nominal unik dan sarat filosofi, boleh saja. Tapi mbok rada kreatif. Jangan tanggal melulu. Unik itu nggak harus tanggal. Contohnya mahar Rp88.000, nggak umum to? Ini nominal juga bukan sembarang nominal. Ada filosofinya.

Nih ya, saya kasih tahu. Mahar Rp88.000 terdiri atas dua angka yang jadi satu, itu sama hal nya seperti aku dan kamu yang kini jadi satu. Kemudian dari angka 0 sampai 9, hanya angka 0 dan 8 yang jika dituliskan ujung-ujungnya akan bersambungan satu sama lain. Tak pernah terputus. Seperti harapan tentang hubungan kita yang semoga tak pernah terputus meski apapun yang terjadi.

Kok saya bisa detil banget jelasinnya? Ya jelas, wong itu mahar yang dulu saya pakai pas nikahan.

BACA JUGA Analisis Penampilan Perdana Dokter Reisa dari Perspektif Pembina Teater dan tulisan Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version