Kucing Jalanan dan Kucing Ras Nggak Ada Bedanya kalau Memang Beneran Cinta

kucing jalanan mojok.co

kucing jalanan mojok.co

Apakah kalian pecinta kucing, atau kalian hanya pecinta kucing ras? Persia, Bengal, Siam, Ragdoll, Munchkin, atau Angora? Ingat kawan-kawan, kucing itu adalah binatang, sama juga dengan kita. Jika kau memang mencintai kucing, semua ras adalah sama, bahkan kucing jalanan sekali pun.

Saya jadi teringat pada suatu masa, ketika secara tidak sengaja saya ikut nimbrung di acara cat lovers di Padang. Semua anggota atau para pecinta kucing itu membawa kucing-kucingnya lengkap dengan kandang dan aksesoris lainnya. Mereka mengadakan semacam lomba dan para kucing itu diajak bermain di arena yang telah dibuat oleh panitia.

Tidak dimungkiri jika kelakuan kucing-kucing itu begitu lucu. Kelakuan kucing itu membuat saya sejenak merasa berada di surga. Hati saya luluh, tubuh saya dipenuhi kegemasan yang membuat masalah-masalah saya selama ini hilang dalam sekejap.

Tapi kebahagiaan itu tiba-tiba berubah menjadi kemarahan ketika ada seekor kocheng oyen masuk ke dalam gelanggang dan mencoba ikut bermain. Kucing itu entah dari mana datangnya, namanya juga kucing jalanan, bebas berkeliaran sebab dunia ini adalah miliknya.

Yang membuat saya kesal bukanlah karena kocheng oyen itu masuk begitu saja, tapi cara para peserta yang katanya pecinta kucing itu, mengusir si kocheng oyen. Dari raut wajah mereka menyiratkan kejijikan, karena kucing jalanan itu tidak terawat dan ada beberapa koreng di kepalanya. Mereka bahkan mengusir kucing itu menggunakan sapu. Aduh!

Melihat sikap mereka, saya jadi bertanya-tanya, apakah mereka masih pantas disebut sebagai pecinta kucing? Pecinta kucing dari Planet Mars mungkin seperti itu. Tapi ini kan Bumi, semestinya malu menyandang status pecinta kucing jika kucing yang dicintai itu harus bersih, jinak, dan menggemaskan.

Sekarang saya tanya deh, memangnya siapa sih yang tahu kalau kucing itu lucu atau tidaknya? Atau kucing ras ini lebih menggemaskan dari ras lain? Ya jawabannya ada pada kita sebagai manusia. Kita lah yang mengatakan kucing ini lebih lucu, motif bulunya lebih langka, matanya lebih menggemaskan. Padahal si kucing itu sendiri tidak pernah tahu apakah dia itu lucu atau tidak. Yang mereka tahu ya makan agar tidak mati, dan beranak untuk memperbanyak keturunan.

Apakah mungking tiba-tiba kucing jalanan jantan melihat kucing Persia betina, seperti kita lelaki jelata kerempeng ini melihat Anya Geraldine? Tidak mungkin. Kucing tidak sama dengan kita para manusia ini. Begitu pun sebaliknya, mereka tidak akan pilih-pilih teman dari ras apapun, bahkan pertemanan mereka bisa melampaui ke jenis yang berbeda, baik itu anjing, burung, hamster, dan kuda. Terus kita sebagai pemilik kucing ras yang mahal-mahal itu merasa kucing Angora kita tidak pantas berteman dengan kucing jalanan atau kucing kampung?

Saya juga pernah mengalami kejadian yang membuat hati saya tidak enak. Pernah pada suatu hari, ketika alhamdulillah saya mendapat rejeki berlebih, saya pergi ke pet shop untuk membeli makanan kucing. Saya berencana membeli makanan itu untuk kucing jalanan, atau yang berkeliaran di dekat kosan saya.

Nah, karena pengalaman kucing lebih suka makanan yang basah dari pada kering, dan katanya pula makanan basah itu mahal dan terasa mewah untuk hewan peliharaan, saya belilah sekotak besar makanan basah itu.

Abang si penjaga toko itu lalu menawari saya makanan kering, “Kok makanan basah saja yang dibeli, Bang? Makanan keringnya tidak? Harus di selang selingkan pemberian makanan basah dan kering, biar kucingnya nggak kebiasaan makanan basah, mahal loh.”

Terus saya jawab, “Nggak apa-apa, kucing lebih suka makanan basah.”

Ditanya lagi, “Emang biasanya itu dicampur sama apa?”

Karena pada waktu itu saya lagi malas mengobrol, saya jawab saja, “Pake nasi.”

Si Abang dan beberapa rekannya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban saya. “Kok pake nasi, nanti sakit loh kucingnya.”

Mungkin mereka menyangka saya ini pecinta kucing baru yang tidak tahu apa-apa mengenai dunia perkucingan. Dengan suara agak keras dan tegas saya jawab, “Ini bukan untuk kucing peliharaan. Ini untuk kucing jalanan!”

Mereka terdiam. Tapi dari wajahnya tersirat sebuah ungkapan yang jika diartikan menjadi kalimat seperti ini, “Untuk kucing jalanan, kok belinya yang mahal, ya!” Setelah hari itu, saya tidak pernah lagi berbelanja di kedainya.

Bagi saya, melihat kucing memakan apa yang saya berikan itu sudah sangat cukup. Apalagi makanan yang saya berikan adalah makanan yang jarang mereka dapat. Bukankah kita sebagai manusia merasa hidup jika kita juga memberi kehidupan kepada makhluk lain. Ya, salah satunya memberi makan binatang, mau kucing, anjing, atau apapun. Jika Tuhan memberi rezeki lebih ke kita, bukankah itu berarti Tuhan mempercayakan kita untuk membaginya sedikit kepada yang lain?

Jadi bagi para orang-orang di luar sana yang memiliki gelar sebagai pecinta kucing, bahkan untuk mendapatkan gelar itu harus bergabung dengan komunitas pecinta kucing pula, saya sarankan untuk mempertayakan ulang makna dari gelar pecinta kucing tersebut. Apakah Anda mencintai kucing dari bentuk fisiknya saja, atau mencintai kucing sebagai binatang dan mahkluk yang sama seperti kita?

Dengan semakin panasnya isu rasis hari ini, mungkin kita bisa memulai untuk belajar memandang semua setara lewat mencintai kucing dengan setara. Kucing jalanan, kucing ras, harus dibelai dan dicintai dengan kadar yang sama.

BACA JUGA Surat untuk Teman-teman yang Masih Berpikir kalau Padang Itu Adalah Keseluruhan Provinsi Sumatera Barat atau tulisan Muhaimin Nurrizqy lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version