KIP Kuliah menjadi harapan akan kehidupan yang lebih baik
Salah satu artikel tentang KIP Kuliah yang sukses membuat saya sedih tayang di 28 Juli 2023. Saat itu, terjadi pemotongan kuota penerima beasiswa. Kenyataan ini membuat banyak mahasiswa tidak mampu resah dan khawatir. Maklum, pemalsuan data terjadi begitu masif sehingga mahasiswa dari keluarga mampu, bahkan kaya, bisa mendapatkan beasiswa.
Sementara itu, peluang mahasiswa miskin mendapatkan beasiswa mengecil. Kejadian ini melahirkan 2 pemikiran yang menurut saya sangat miris. Pertama, mahasiswa miskin jadi malas mendaftar KIP Kuliah karena merasa “sudah pasti tidak lolos”. Kedua, pandangan negatif kepada semua penerima beasiswa yang sama.
Pemikiran yang kedua ini sangat miris. Memang terjadi pemalsuan data sehingga mahasiswa kaya bisa dapat beasiswa. Namun, bukan berarti mahasiswa miskin tidak ada yang lolos. Nah, mereka yang miskin dan rapuh ini menjadi “sasaran tembak”. Bahwa semua penerima pasti sudah atau akan berbuat curang. Pemikiran ini tidak bisa ditolak begitu saja karena kuliah, apalagi mendapat beasiswa, memungkinkan mahasiswa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Perlu screening ulang biar kasus selebgram UNDIP nggak terulang
Melihat kehidupan hedon selebgram UNDIP penerima KIP Kuliah, mungkin ini saatnya ada screening ulang. Saya kok curiga, masih banyak penerima beasiswa yang sebetulnya berasal dari keluarga mampu, bahkan kaya.
Screening ulang memungkinkan pemberi beasiswa mendapatkan data yang lebih faktual. Kalau ketemu ada yang memalsukan data, ya segera cabut, dan alihkan ke mahasiswa miskin. Misalnya, untuk anak PNS miskin yang gagal mendapatkan KIP Kuliah hanya karena status pekerjaan orang tua.
Kita harus sama-sama sadar bahwa selebgram UNDIP memutuskan untuk mundur dari penerima beasiswa karena viral. Coba kalau tidak viral, apakah si mahasiswa ini punya kesadaran untuk mengembalikan sesuatu yang bukan merupakan hak dia? Kalau tidak viral, apakah dia mau mundur dengan sukarela? Saya kok curiga jawabannya “tidak”.
Selain itu, di Indonesia ini, kalau belum viral, “kejahatan” tidak akan mendapat keadilannya. Coba saja tengok masalah Bea Cukai kemarin. Kalau tidak viral, apakah mereka mau melepas hibah untuk SLB? Pasti tidak!
Jadi, sebelum viral dan semakin memalukan, lebih baik pengurus KIP Kuliah bergerak cepat. Kalau netizen yang gerak, si mahasiswa pasti dikuliti. Kalau itu yang terjadi, ya semakin menegaskan kalau negara memang tidak berdaya. Bahwa negara adalah bagian dari masalah itu sendiri.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah: Ekonomi Sulit, Gaya Selangit
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.