Ketimbang Cari Cara Pakai PeduliLindungi Tanpa HP, Kenapa Nggak Pakai e-KTP Aja?

Ketimbang Cari Cara Pakai PeduliLindungi Tanpa HP, Kenapa Nggak Pakai e-KTP Aja?

Ketimbang Cari Cara Pakai PeduliLindungi Tanpa HP, Kenapa Nggak Pakai e-KTP Aja?

Beberapa hari lalu, muncul berita bahwa Pak Menkes sedang berupaya mencari cara agar aplikasi PeduliLindungi bisa diakses tanpa hape. Upaya ini muncul karena banyak data vaksinasi yang belum masuk ke aplikasi ini, sedangkan rakyat ingin segera menggunakan surat vaksin untuk beraktivitas.

Saya memahami kerisauan Pak Menkes. Aplikasi memang tak bisa dibikin dan dilepas begitu saja. Aplikasi harus selalu dirawat, terus-terusan dites untuk dicari celahnya, dan diperbaiki. Makanya, aplikasi itu sering mengalami pembaruan, karena ada celah baru yang harus segera diperbaiki.

Tapi, meski saya paham kerisauan beliau, saya tetep ngelus dada ketika mendengar pernyataan beliau. Ketimbang nyari cara agar aplikasi bisa dipake tanpa hape, kenapa nggak kepikiran pake cara lain?

Apakah Pak Menkes nggak tahu ada fitur yang namanya e-KTP?

Begini. Waktu vaksin kan kita disuruh ngisi formulir yang buanyak itu. Nah, kan di situ kita disuruh ngisi NIK kan, yang pasti ada di KTP. KEtimbang pusing-pusing, tinggal scan aja itu e-KTP, beres. Ketauan bedes ini udah vaksin atau belum, udah vaksin dua kali atau baru sekali, udah makan atau belum, dan sebagainya. Nah, tinggal scan, kelar.

Itu kalau e-KTP yang ada sekarang beneran elektronik lho, bukan batch tinggalan Papi Setnov.

Kerisauan ini seharusnya nggak perlu muncul kalau memang semuanya dipersiapkan secara bener. Iya, semuanya memang dikerjakan secara cepat dan dipaksa cepat agar semuanya membaik, tapi dikerjakan cepat dengan asal-asalan itu beda. Kita udah terlalu sering diberi pertunjukan pemerintah yang kebingungan mencari solusi yang jelas-jelas di depan mata, lama-lama ya bikin mangkel juga.

Kalau memang aplikasi PeduliLindungi tak bisa menampilkan data secara cepat, telusuri masalahnya di mana. Katakanlah memang datanya telat masuk karena internet, ya diperbaiki internetnya. Tinggal minta pihak yang ngurusi internet untuk memastikan internetnya baik-baik saja ketika data mau dikirim.

Kalau memang ada bug aplikasi yang belum ketemu, sewa QA freelancer yang banyak. Keluar duit lagi nggak apa-apa, yang penting lancar. Harusnya kalian tahu kalau aplikasi itu musti dirawat, dan butuh orang yang nggak sedikit untuk memastikan aplikasi jalan baik-baik saja. Ayolah, kalian bukan Electronic Arts, yang kalau dilaporin bug bisanya cuma bengong.

Kalau nggak, tinggal pake data e-KTP buat backup data. Kayak yang sa bilang di paragraf sebelumnya, scan e-KTP, ketauan kalau tanggal segini dia daftar vaksin di kabupaten A, faskes B, atau mall X. Gampang kan?

Ya gampang. Sebenernya banyak masalah yang bisa diselesaikan secara gampang, situ aja yang bikin semuanya keliatan susah.

Masalah tentang aplikasi PeduliLindungi ini seakan-akan nggak kelar. Padahal, masalah yang muncul ini seharusnya sudah bisa diprediksi sebelum diluncurkan. Ingat, pemerintahan ini sering banget ngeluarin kata 4.0, seharusnya paham dasar-dasar tentang teknologi yang akan dan sedang dipakai. Nyatanya, 4.0 yang didengungkan cuman lip service. Banter-banternya dipakai bahan twit Budiman Sudjatmiko dan Putri Cebong doang.

Pak Menkes sebaiknya mulai mikir ke dasar lagi, atau melihat sekeliling, ada nggak sistem yang udah ada, bisa digunakan atau diintegrasikan agar ketika aplikasi PeduliLindungi kena masalah, masyarakat tetap bisa mengakses keperluan mereka. Kalau cara yang dicari malah “gimana caranya pake aplikasi tanpa hape”, itu mah nunjukin kalau dasarnya kita nggak siap dan nggak akan pernah siap.

Lagian nyari plan B model kek gini baru setelah masalah udah berlarut-larut. Yang namanya plan B ya disiapin sebelum semuanya meluncur lah. Bisa lho, Pak, nanya staf-staf yang masih muda dan melek teknologi, sapa tahu ketemu jalan keluar. Saran ini nggak cuman buat Pak Menkes aja sih, buat semuanya juga. Jangan maksa apa-apa pake aplikasi agar keliatan canggih, kalau penyelesaian masalah masih pake cara primitif.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version