Ketika Timnas Jepang Dihuni Tokoh-tokoh ‘Sakti’ dalam Manga Sepak Bola

Ketika Timnas Jepang Dihuni Tokoh-tokoh “Sakti” dalam Manga Sepak Bola terminal mojok.co

Ketika Timnas Jepang Dihuni Tokoh-tokoh “Sakti” dalam Manga Sepak Bola terminal mojok.co

Dalam manga Blue Lock, mereka menyampaikan sarkas bahwa JFA tidak becus mengelola timnasnya dalam Piala Dunia di Rusia. Dan bukan rahasia umum bahwa manga Captain Tsubasa merupakan tulang punggung impian anak-anak akan harapan dalam sepak bola. Juga, dalam lini masa perjalanan liga, Galatama adalah sumber inspirasi mereka dalam menangani tata kelola. Dari sekian banyak hal, sepak bola adalah harapan masyarakat Jepang. Baik di dunia nyata atau dalam ranah kartun belaka.

Tak dimungkiri tersimpan impian yang membabi-buta dalam manga Giant Killing, juga terpercik harapan luar biasa dalam Fantasista yang merayakan seorang anak terjun ke pentas Eropa. Pun dalam dunia nyata, ekspansi besar-besaran pemain Negeri Tirai Bambu ke Benua Biru bukan hal baru. Dari sebuah impian, mereka mewujudkannya dengan begitu indah.

Dari beberapa impian Jepang dalam memboyong Piala Dunia, bagaimana jadinya jika tulang punggung mereka dihuni oleh anak-anak hebat yang beradu hanya dalam manga dan anime. Mulai dari jurus sakti anime Inazuma Eleven hingga digdayanya Tsubasa Ozora, inilah prediksi skuad impian Timnas Jepang yang pasti mampu menggetarkan jagat dunia atau bahkan alam semesta.

Pertama, posisi kiper. Saya hanya menyarankan dua nama dan kedua nama ini sangatlah menentukan. Posisi utama harus diisi oleh Endou Mamoru (Inazuma Eleven) karena Jepang perlu kiper memiliki skill bakuretsu punch yang mampu membendung lesatan Neymar, Ronaldo, hingga Messi. Kiper cadangan diisi oleh Genzo Wakabayashi (Captain Tsubasa). Kiper utama Hamburg SV ini saya yakin bisa menggantikan peran sentral Mamoru dengan jurus super ganbatte goalkeeper miliknya yang terbukti sahih di Bundesliga.

Kedua, posisi bek tengah. Pertama, Toru Asuka (Area no Kishi), bek muda yang didapuk menjadi nomor wahid di Prefektur Kanagawa tidak perlu dipertanyakan lagi. Selain itu, pengalaman di Timnas Jepang U-16, U-17, dan U-19 adalah kunci. Saya suka bek tengah yang taktis dan efisien. Asuka memiliki segalanya untuk menjadi palang pintu Timnas Jepang

Untuk tandemnya, mengajukan nama Tsuyoshi Akahori (Shoot!) adalah keharusan lantaran tinggi, kuat, tenang, dan duel udara bukan masalah. Hal ini untuk mengantisipasi duel udara dengan timnas lain. Cadangan sekaligus mengisi slot pemain senior, Kazuki Kuroda (Giant Killing) adalah pilihan saya. Pilihan utama bagi tim East Tokyo United ini diperlukan pengalamannya.

Ketiga, posisi bek sayap. Jepang harus sedikit naif. Dengan permainan sekelas dunia, mereka harus melupakan bertahan total. Maka, bek sayap mereka harus aktif membantu melancarkan penyerangan. Nama yang saya ajukan untuk sayap kanan jelas Hikaru Matsuyama (Captain Tsubasa). Selain tekelnya yang di atas rata-rata, pemain ini memiliki keunggulan dalam segi menembak bola.

Sedang sayap kiri, saya berharap Shinichi Nitta (Shoot!) bisa diandalkan dalam urusan passing ke depan, walau pemain yang satu ini sering terlambat untuk balik ke lini pertahanan. Untuk pemain pengganti, saya memilih Makoto Soda (Captain Tsubasa) sebagai tenaga cadangan guna membombardir lawan dengan tendangan kamisori ketika Jepang sedang tertinggal.

Keempat, gelandang bertahan. Shigeyuki Murakoshi (Giant Killing) jelas menjadi pilihan. Pernah bermain di Bayern Munich, Murakoshi bisa berperan sebagai kapten Timnas Jepang karena pengalamannya. Tandemnya saya mengajukan nama Jun Misugi (Captain Tsubasa) yang kini menjadi pemain muda berbakat sekaligus pilihan utama bagi Tokyo FC.

Atsushi Kamiya (Shoot!) adalah pilihan yang kesekian. Walau ada kabar burung yang mengatakan ia baru menemukan treknya sebagai pemain bola profesional setelah kawannya meninggal, dirasa bakatnya belum mampu menggantikan dua nama yang saya sebut terlebih dahulu. Namun, secara kualitas, tidak ada yang menyebut bahwa permainan Kamiya buruk.

Kelima, gelandang. Semua pasti ingin posisi ini untuk digemukkan. Pertama adalah gelandang serang. Teppei Sakamoto (Captain Tsubasa) sang fantasista muda dari negeri Matahari Terbit. Gelandang AC Milan ini saya yakin bisa menemukan formula yang tepat di atas lapangan sepersekian detik setelah kick-off dibunyikan. Sakamoto memiliki bakat bawaan untuk mencium larinya bola sekaligus memotong arah bola. Ditambah, ia memiliki skill di atas rata-rata untuk menjadi juru gedor ketika buntu.

Kedua, gelandang sayap. Saya berharap banyak kepada Taro Misaki (Captain Tsubasa) untuk dijadikan sebagai false nine. Bukan sebagai juru gedor, posisinya di sisi kanan bisa membantu striker untuk membuka ruang. Atau setidaknya mempermudah Sakamoto untuk menyuplai bola kepada striker. Sisi kiri saya menyebut satu nama, yakni Nosaka Yuuma (Inazuma Eleven) dengan insting mesin miliknya.

Cadangan pun saya sengaja membuat mewah seperti posisi lainnya. Sebut saja Afuro Terumi (Inazuma Eleven), Tsubasa Ozora (Captain Tsubasa), Daisuke Tsubaki (Giant Killing), dan Shingo Aoi (Captain Tsubasa) siap memanaskan persaingan jika ketiga motor penggerak penyerangan utama mati tiba-tiba. Tsubasa dan Aoi, bisa diandalkan sebagai deep-lying playmaker.

Keenam, striker. Saya kadung jatuh cinta dengan permainan menyerang ala Yoichi Isagi (Blue Lock). Ia tidak barbar asal nendang, ia mengutamakan naluriah dalam mencetak angka. Kekurangannya memang dalam segi fisik, tapi selama trio gelandang bekerja ekstra, ditambah bek kanan-kiri yang turun-naik untuk menyuplai bola, mencetak angka adalah hal yang mudah.

Sebagai striker cadangan, saya isi dengan nama-nama kenamaan semisal Kojiro Hyuga (Captain Tsubasa) yang kini bermain untuk Juventus. Juga Aizawa Kakeru (Area no Kishi) yang saya akui memiliki kemampuan mencetak angka yang baik, namun sedikit oportunis dan perannya malah seperti dummy run ketika membawa bola.

Ketujuh, posisi pelatih tentu nama Takeshi Tatsumi (Giant Killing) adalah pilihan wajib. Malang melintang di Liga Inggris, bahkan ia pernah membawa FC Eastham ke final FA Cup melawan Portsmouth. Asisten pelatihnya adalah Jinpachi Ego (Blue Lock) yang dikenal memiliki bakat melihat karakter pemain sepak bola muda.

Jepang sedikit-sedikit memulai mimpinya. Mulai dari liga, pemain profesional, klub yang berjaya di pentas Asia, hingga timnasnya. Mimpi tersebut satu per satu terwujud. Mereka tak ragu bermimpi untuk merengkuh Piala Dunia. Lalu, bagaimana dengan negara kita? Jika dirasa Piala Dunia terlampau elok, tak ada salahnya bermimpi terlebih dahulu. Sembari membereskan apa yang belum beres, baik di dalam maupun di luar.

BACA JUGA Tak Hanya Tsubasa Ozora, Kawan-kawannya juga Berhak Bermain di Eropa dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version