Kereta Api Jayakarta, Kereta yang Wajib Dicoba, Cocok buat Introvert yang Kebelet Traveling

Kereta Api Jayakarta, Kereta yang Wajib Dicoba, Cocok bagi Introvert tapi Kebelet Traveling(Moch Febrianto via Wikimedia Commons)

Kereta Api Jayakarta, Kereta yang Wajib Dicoba, Cocok bagi Introvert tapi Kebelet Traveling(Moch Febrianto via Wikimedia Commons)

Kereta Api Jayakarta adalah kereta api yang wajib kalian coba, setidaknya seumur hidup sekali

Selain bus, kereta api menjadi moda transportasi massa Indonesia. Ini dibuktikan dengan okupansi yang tinggi, terutama saat libur Lebaran, tahun baru, atau libur panjang lainnya. Banyak ceritanya, mulai dari kalah war tiket sampai dirilisnya kereta tambahan untuk mengakomodasi tingginya animo pengguna kereta api.

Salah satunya adalah Kereta Api Jayakarta. Namanya diambil dari nama Pangeran Jayakarta dari Kesultanan Banten, penguasa eks Sunda Kelapa. Mulanya, kereta api ini bernama Gaya Baru Malam Selatan Premium untuk melayani besarnya animo penumpang saat Lebaran 2017. Tepat pada 28 September di tahun yang sama, berganti nama jadi Jayakarta.

Tidak seperti rata-rata kereta Jakarta-Surabaya yang stasiun terminusnya di Stasiun Surabaya Pasaturi, Jayakarta berangkat dan mengakhiri perjalanannya di Stasiun Surabaya Gubeng. Perjalanan kereta api ini melewati jalur tengah, via Madiun, Solo Balapan, dan Lempuyangan, sampai kembali ke jalur utara begitu sampai Cirebon.

Kereta Api Jayakarta, premium rangkaian panjang

Kereta Api Jayakarta ini hanya menyediakan kelas Ekonomi. Tapi, bukan seperti ekonomi kebanyakan, tapi pakai tipe Premium yang sandaran kursinya bisa diatur. Untuk ruang kaki nggak terlalu sumpek. Yang bikin betah adalah lebih privat karena searah ke tengah kereta. Kalo pun duduk di bagian tengah (antara 10-11 kalo 20 baris atau 11-12 untuk 22 baris), lega banget.

Moda transportasi ini merupakan rangkaian panjang. Formasinya terdiri dari 13 kereta penumpang dengan kelas Ekonomi Premium, 1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit. Kalo ditotal, ada 15 kereta yang ditarik lokomotif. Makanya, ini jadi alasan pada GAPEKA 2021, semula kereta ini berhenti di Stasiun Yogyakarta alias Tugu digeser ke Lempuyangan yang punya emplasemen yang cukup.

Baca halaman selanjutnya

Cocok untuk introvert!

Cocok untuk introvert

Meski ada 13 rangkaian, tapi pengalaman saya trip dari Stasiun Surabaya Gubeng sampai Stasiun Walikukun di Ngawi relatif sepi. Saya sih ragu kalo kereta ini kayak sepi. Tapi saat mengecek konten-konten YouTube, ternyata relatif lengang, nggak padat-padat amat, itu konten vlog full trip dari Pasar Senen sampai Surabaya Gubeng. Padahal, kereta ini lewat Cirebon, Jogja, dan Solo yang merupakan kota yang relatif rame.

Eits, tapi jangan kecewa dulu. Buat kalian yang introvert, Kereta Api Jayakarta jadi opsi yang cocok kalo mau travelling. Kereta ini relatif lengang, baik saat booking di KAI Access atau begitu sudah duduk selama perjalanan. Apalagi kalo pilih kursinya nggak di blok tengah yang berhadapan. Pasti serasa kayak di kamar tidur sendiri karena terhalang kursi yang tinggi dan nggak terlalu banyak yang lalu-lalang. Cocok untuk me time selama perjalanan lah.

Tapi ada kecemasan kalo sampai rangkaian Jayakarta dipangkas kira-kira sampai 8 kereta. Pertama, kaum introvert bakal susah menikmati perjalanan karena ada orang asing di sebelahnya. Kedua, kalo terjadi lonjakan penumpang, pasti PT KAI kelabakan mengatasinya. Pastinya penumpang ngomel-ngomel gara-gara penjualan tiketnya terbatas.

Sekali dalam seumur hidup, cobalah

Terlalu klise kalo bilang “Kesempatan hanya datang sekali”. Saya bakal mengatakan: sekali dalam seumur hidup, cobalah naik Kereta Api Jayakarta meski sependek Pasar Senen-Bekasi atau Mojokerto-Surabaya Gubeng. Suasana lengangnya nggak bakal kalian temukan di kereta api lainnya. Tapi saya nggak tanggung jawab loh ya kalo kalian tiba-tiba ketagihan naik kereta ini lagi, hehehe.

Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kereta Api Matarmaja Tak Pernah Berubah, Masih Saja Sumpek dan Nggak Nyaman

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version