Kenapa Kalian Begitu Benci dengan si Ranking Satu? Kalian Masih Cemburu?

Kenapa Kalian Begitu Benci dengan si Ranking Satu? Kalian Masih Cemburu?

Kenapa Kalian Begitu Benci dengan si Ranking Satu? Kalian Masih Cemburu? (Pixabay.com)

“Gimana nasib orang yang dulu ranking satu? Udah sukses?”

Pernah dengar itu? Itulah yang dirasain oleh siswa yang langganan ranking satu di kelas di masa dewasanya. Prestasi, bukannya diapresiasi, tapi malah jadi bahan untuk nyinyir, meski prestasi tersebut tak pernah dibanggakan.

Saya nggak tahu apa yang ada di pikiran orang, tapi justru jadi ranking satu itu nggak enak. Bahkan bisa dibilang nggak ada enaknya. Kejayaannya benar-benar sebentar, habis itu dihajar ekspektasi dalam waktu yang lama. Tak bisa bernafas karena dihimpit ekspektasi.

Padahal ya, sebenarnya, peraih ranking satu itu nggak ada bedanya dengan yang lain. Oke, berbeda, tapi tetap saja mereka manusia. Kebetulan saja mereka juara satu, a step ahead from the rest, tapi tetap saja mereka bisa bikin kesalahan.

Sedihnya, banyak asumsi-asumsi tentang orang yang dapat ranking satu. Bahkan ketika sampai dewasa, dan jelas tak jadi orang yang sama, mereka masih mendapat stigma yang sama.

Murid yang dapat ranking satu kerap dicap sebagai murid caper

Caper atau cari perhatian adalah predikat yang kerap didapat oleh siswa yang dapat juara 1. Itu semua gara-gara biasanya anak yang juara satu itu dekat dengan guru dan menjadi kesayangan guru. Guru sering kali meminta tolong atau lebih banyak berinteraksi dengan sang juara 1. Padahal ya, biasa aja kan sebenarnya?

Maksudnya, mereka, si juara satu, jadi perhatian karena prestasi. Wajar buanget. Jadi jangan dilabelin pake caper. Mereka simply dapat atensi karena memang berprestasi. Memang guru harus memberi atensi yang sama ke semua murid, tapi agak maklumi saja jika yang pintar dapat atensi agak lebih.

Dikira pelit

Sering banget ketika ujian telah tiba, sang juara 1 jadi sasaran untuk dimintain contekan. Jujur saja, ini lucu buat saya. Lha wong mereka meraih pengetahuan dan kepintaran dari belajar, lho kok diminta cuma-cuma sama orang yang kadang nggak naruh effort sama sekali. Situ lawak?

Pun nggak semua jawaban bisa diberi oleh si paling ranking satu (menurut kalian). Mentang-mentang mereka juara satu terus tahu semuanya? Alamak. Kalau nggak dikasih tahu, terus bilang pelit, ambis, dan sebagainya.

Man, just git gud.

Harus perfect

Si ranking satu, kerap jadi orang yang diminta untuk menyelesaikan soal atau permasalahan di kelas. Kalau salah, bukannya dikasih tahu, malah kena nyinyir kawan dan kadang, guru. Lho he?

Saya nggak perlu jelasin lah. Tapi kalau kalian minta dijelasin salahnya di mana, berarti ada alasan jelas kenapa kalian nggak jadi juara kelas wqwqwq.

Si ranking satu yang kalian nyinyirin itu mungkin sekarang nggak sukses. Ada yang masih jadi pengangguran, atau karyawan level biasa. Mungkin kalian yang biasa aja malah jadi sukses dan kaya raya. Tapi ya, so what? Ranking satu memang nggak menjamin kesuksesan. Dan nggak ada satu pun hal di dunia ini yang bisa menjamin kesuksesan hingga tingkat 100 persen.

Justru kalian yang aneh, udah gede, kok masih ungkit-ungkit juara waktu masa sekolah, kalian iri?

Penulis: Tri Andini
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Untuk Orang yang Suka Nanya ‘yang Ranking 1 Pas SD Sekarang Gimana Kabarnya?’, Sini, Si Ranking 1 Menjawab

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version