Kalau kalian menonton One Piece, pasti kalian tahu siapa itu Tenryuubito atau kaum Naga Langit. Dalam dunia One Piece, ada satu kaum yang tidak bisa tersentuh dan berada di atas semua elemen masyarakat dunia, dan Tenryuubito adalah orang-orang itu. Mereka dikenal sebagai keturunan langsung dari 20 kerajaan yang menciptakan dunia.
Mereka mungkin lemah, tapi jika berani mengusik maka konsekuensinya adalah mati di tangan aparat dunia One Piece: Marine dan World Government. Tidak tanggung-tanggung, yang turun adalah seorang admiral/laksamana. Buat yang nggak familiar dengan Marine di One Piece, seorang yang punya pangkat admiral itu pasti orang yang amat kuat. Mereka, kaum bangsawan dunia, bisa menggunakan kuasa mereka dengan seenaknya dan tanpa takut diprotes oleh rakyat kecil. Penyalahgunaan kekuasaan, dan selalu dilindungi oleh aparat yang notabenenya adalah rakyat juga. Mereka berbuat seenaknya, yang bertarung aparat dan rakyat. Familiar?
Oleh sebab itu, saya ingin menuliskan beberapa kemiripan antara Tenryuubito dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang sedang deras-derasnya mendapat hujatan dari berbagai pihak. Gimana nggak dapat hujatan, bikin undang-undang dengan dalih kesejahteraan rakyat tapi rakyatnya malah nggak pada suka. Ibarat ngajak orang makan pedas ke penderita maag, udah tau akan berbahaya tapi tetap keukeuh ngajak. Kocik.
Tidak memikirkan nasib rakyat kecil
Tentu saja yang paling jelas adalah bahwa Tenryuubito dan DPR sama-sama tidak memikirkan rakyat kecil. DPR dan Tenryuubito sama-sama tidak memikirkan rakyat kecil, yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya menikmati kehidupan dengan menggunakan power mereka dan menyalahgunakannya. Tapi, bukan berarti semua DPR dan Tenryuubito begitu, sebab beberapa kali ditemukan DPR dan seorang Tenryuubito yang ternyata masih memihak rakyat kecil. Walaupun nggak banyak-banyak amat juga sih, tapi tetap bravo untuk para Tenryuubito dan DPR yang memikirkan rakyat kecil.
Hanya memikirkan duniawi
Tenryuubito dan DPR sama-sama memiliki satu kemiripan yang sama, harta dan kekuasaan. Tenryuubito digambarkan di One Piece sebagai bangsawan dunia yang tamak dan selalu saja memikirkan hal-hal duniawi. Mereka digambarkan sebagai kaum yang kaya raya, tapi di atas penderitaan rakyat.
Bagaimana dengan DPR? Sudah tahu dan jelas, bahwa banyak anggota DPR yang juga seringkali tertangkap tangan oleh KPK melakukan tindak pidana korupsi. Orang kalau korupsi, ya, tidak mungkin alasannya untuk kesejahteraan rakyat. Tidak ada riwayatnya korupsi untuk mengentaskan kemiskinan. Tapi, ada juga DPR dan Tenryuubito yang tidak korupsi. Ya, namanya kejahatan mah oknum yee. Masalahnya, oknumnya kebanyakan wqwqwq.
Memperbudak rakyatnya
Kalau Tenryuubito itu literally benar-benar memperbudak rakyatnya beneran. Iya, memperbudak seperti masa dulu itu, loh. Kaum Naga Langit sering membeli budak di Human Auctioning House milik Donquixote Doflamingo.
Donquixote Doflamingo pun adalah keturunan bangsawan. Ngelu.
Bedanya dengan DPR, memang DPR tidak memperbudak rakyat seperti Tenryuubito, tapi dengan rancangan undang-undang yang baru. Seperti masa kolonial Hindia Belanda, dengan kebijakan tanam paksanya. Apakah banyak yang kerja? Tentu saja banyak sekali, tapi apakah hak pekerja ada? Tidak ada, wong cuman dibayar beberapa gulden saja. Yang untung tetap sama pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial sudah nggak ada, bedanya sekarang bangsa sendiri, hahahahaha.
Nggak ada akhlak
Dari dua alasan di atas, kita bisa bilang kalau kaum Naga Langit emang nggak ada akhlak. Kalau punya, tidak mungkin mereka semena-mena kepada rakyat, menindasnya, dan hanya memikirkan duniawi saja. Kalau punya akhlak, masalah rakyat pasti nomor satu dan duniawi nomor dua. Apalagi, belakangan kita tahu ada tragedi mikrofon dimatikan. Apa itu etis dan berakhlak saat sedang menyampaikan pendapat, lalu tiba-tiba dimatikan?
Pantas saja Nabi Muhammad diturunkan kepada kita untuk menyempurnakan akhlak, sebab sebenarnya manusia mah pada umumnya pintar-pintar saja. Yang kurang cuman akhlak, peradaban tanpa akhlak jadinya seperti sekarang ini. Rakyat cuman jadi korban, dibenturin dengan aparat yang notabenenya adalah rakyat juga. Sama-sama punya keluarga di rumah masing-masing, sedangkan yang buat undang-undang cuman santai.
Tapi, tak ada salahnya jika kita berharap ada orang macam Donquixote Mjosgard dan orang tuanya Doflamingo. Mereka adalah anggota Naga Langit yang insyaf. Mjosgard awalnya nyebelin sih, tapi sekarang udah sadar.
Nah, pertanyaannya, yang lain bakal nyusul, atau malah makin parah?
Sumber gambar: Akun Twitter @Arief_Munanzar
BACA JUGA Kakure Kirishitan: Sejarah Penyebaran Kristen di Jepang dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.