Kelakuan Orang-orang Tiap Melihat Genangan Air

Kelakuan Orang-orang Tiap Melihat Genangan Air Terminal mojok

Kata pujangga, hujan selalu datang bawa kenangan. Tiap rintik yang jatuh ke bumi adalah mesin waktu yang memutar kisah-kisah lama. Mengurai duka bagi yang terluka dan menambah sendu bagi yang rindu. Padahal ya, hujan mah gitu-gitu saja dari dulu. Sok-sokan diromantisasi. Noh jemuran diangkat! Lagi pula, yang betul itu hujan datang bawa genangan, bukan kenangan. Iya apa iya?

Soal genangan air ini, jalan depan rumah saya termasuk yang langganan genangan air tiap kali hujan turun. Beceknya itu, loh, bikin illfeel. Sayang, duit saya nggak sebanyak Nia Ramadhani. Coba kalau duit saya sebanyak blio, tak aspal jalan sa’omah-omahe sisan. Biar hujan nggak lagi bawa genangan, tapi kenangan, seperti kata pujangga. Tuh, kan. Nia Ramadhani lagi. Kapokmu kapan?

Nah, saking seringnya lihat genangan air, saya sampai membuat daftar hal-hal apa saja yang biasanya orang lakukan tiap kali melihat genangan air.

#1 Jadi laut-lautan

Kalau yang ini biasanya dilakukan oleh anak-anak. Anaka-anak itu paling nggak bisa lihat ada genangan air, langsung cus bikin kapal-kapalan dari kertas. Setelah jadi, ditaruh di atas genangan, deh. Makin luas permukaan genangan airnya, makin asyik mainnya. Gitu saja sudah bahagia banget. Ngaku deh, waktu kalian belum ribet mikirin utang juga sering kayak gitu, kan? Hehehe. Makanya buku tulis zaman sekolah dulu cepat banget habis, ya.

#2 Diciprat-cipratin

Nyiprat-nyipratin genangan memang biasanya dilakukan oleh bocil. Tapi ternyata orang dewasa juga melakukan hal sama, loh. Caranya saja yang beda. Nggak percaya? Coba deh berkendara di jalanan selepas hujan turun. Pasti ada saja pengendara yang menggeber laju kendaraannya pas melintasi genangan air. Airnya jadi nyiprat ke mana-mana. Tapi tentu saja, sebagai makhluk berakal budi, sungguh tak elok bila kita berprasangka bahwa mereka sengaja melakukannya. Mungkin saat itu mereka memang nggak melihat ada genangan air. Maklum, waktu itu matanya sedang ditaruh di dengkul.

#3 Dibom

Biasanya, ngebom genangan air dilakukan oleh bocil yang akhlakless. Lihat ada genangan bukannya melipir minggir, malah sengaja ambil ancang-ancang. Setelah itu ngebom alias melompat ke dalam genangan dengan tiba-tiba hingga membuat airnya nyiprat sampai ke Lebanon. Habis itu kabur sambil ketawa ngakak. Puas lihat temannya bersumpah-serapah gara-gara bajunya jadi basah dan kotor.

Ngebom genangan juga bisa dilakukan dengan cara melempar sesuatu ke dalamnya. Biasanya sih batu. Habis dilempar langsung pura-pura nggak tahu. Mungkin dari kebiasaan itulah kemudian muncul peribahasa lempar batu sembunyi tangan. Mungkin, lho, ya…

#4 Buat cuci sandal

Masih jadi misteri kenapa genangan air sering kali jadi sasaran untuk mencuci sandal. Padahal, air pasti melimpah ruah di kamar mandi. Tinggal byuuur, beres. Lha, kok malah milih cuci di genangan. Ah, mungkin mencuci sandal di genangan ini semacam panggilan jiwa. Jadi refleks saja gitu. Akhirnya jadilah itu sandal dicelupin, diputar, lalu digoyang-goyang biar sisa air genangan bisa tuntas. Violaaa… sandal kinclong seketika, Bund.

#5 Jadi kuali

Di tangan anak-anak, genangan air bisa menjelma jadi kuali. Tunggu, jangan-jangan kalian nggak tahu apa itu kuali? Bukan. Kuali itu bukan biji bunga matahari. Itu kuaci. Kalau kuali itu adalah belanga tempat memasak. Kenapa? Belanga nggak tahu juga? Wadah, Ngab~

Awalnya, anak-anak bakal mengambil daun-daun yang ada di sekitar mereka. Lalu, daun itu ditumpahkan di atas genangan, terus diaduk-aduk pakai ranting pohon. Kadang mereka menyebutnya soto, kadang sop. Suka-suka hati mereka sajalah.

Dari daftar 5 perlakuan ini, kita belajar bahwa sesuatu yang kecil dan terlihat nggak berharga seperti genangan, justru bisa mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang tertentu. Siapa? Ya mereka-mereka yang nggak ribet dengan definisi bahagia. Wong aslinya bahagia memang sesederhana itu, kok. Kitanya saja yang kebanyakan syarat. Eh, kok kita?

BACA JUGA Dear Pengendara Mobil, Nggak Usah Ngebut di Atas Jalan Tergenang Air, dong! dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version