Siapa sih yang tidak mengenal sosok Ridwan Kamil? Lulusan Institut Teknologi Bandung yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat ini memang sosok idola. Muda, tampan, dan inovatif. Jauh sebelum jadi politisi, Ridwan Kamil memang memiliki segudang prestasi, terutama dalam bidang yang ia geluti sejak kuliah, yakni arsitektur.
Membicarakan kiprah politik Bung Ridwan sudah terlalu sering. Kita semua tahu lah bagaimana dia meniti karier, mengenalkan diri, dan meraih simpati. Yang jelas, dia punya karya yang buanyak dan diapresiasi banyak pihak.
Makanya, waktu blio mencalonkan dari sebagai wali kota Bandung, saya betul-betul antusias dan tidak pikir panjang saya langsung mendukung blio. Apalagi saat itu, lawan politiknya tidak ada yang punya ide sekreatif blio dalam perencanaan desain kota. Sederet prestasi dan penghargaan dalam bidang desain dan arsitektur internasional yang ia raih tidak blio sia-siakan dan blio gunakan sebagai nilai jual dalam pemilihan wali kota Bandung saat itu.
Nggak usah jauh-jauh ke luar negeri deh, Kota Surabaya yang indah saat ini pun berasal dari desain Ridwan Kamil sebelum dilanjutkan oleh Bu Risma.
Setelah jadi wali kota Bandung pun, blio ini dekat dengan genarasi muda. Isi postingannya pun tidak saja program kerja blio selama jadi pemimpin, tapi diselingi dengan berbagai konten hiburan yang out of the box sebagai kepala daerah. Blio juga kerap kali memposting kehangatan dan keakraban blio dengan istri dan anak-anaknya. Idola banget pokoknya!
Tapi, di lapangan, kehidupan rakyat Jawa Barat itu nggak seindah postingan Ridwan Kamil. Bandung saat ini tidak seindah film Dilan. Meskipun sejak jadi Wali Kota Bandung blio sudah menyulap kawasan Asia Afrika jadi lebih indah, blio lupa membasmi kesenjangan sosial nyata terjadi di depan Gedung Merdeka, gedung yang jadi saksi sejarah Konferensi Asia Afrika 1955. Segala hal tersebut terlalu diromantisasi. Gimmick doang.
Lembang juga saat ini tidak seindah saat pembuatan film Petualangan Sherina. Sekitar 20 tahun yang lalu sih masih indah dan asri, penuh pepohonan dan sejuk. Sekarang? Kawasan Bandung Utara yang seharusnya jadi wilayah konservasi, hutannya dibabat berubah jadi hotel, apartemen, dan tempat wisata. Akhirnya, lalu lintas jadi macet banget. Bukan cuma macet, bahaya tanah longsor dan banjir mengancam kawasan Bandung dan sekitarnya.
Atas nama pembangunan, Kota Bandung dibuat seindah mungkin tanpa memperhatikan kondisi sosial ekonomi warganya. Atas nama pariwisata Kawasan Bandung Utara hutan-hutan tersebut dibangun sedemikian rupa seolah-olah lupa, kalau hutan tersebut gundul, bisa jadi bencana.
Saya tahu, itu bukan kesalahan Ridwan Kamil. Kesalahan para pendahulu blio yang mengizinkan segala jenis pembangunan di sana. Saya juga tahu semua mimpi Ridwan Kamil yang ingin menjadikan kota-kota di Jawa Barat seperti kota-kota di negara maju itu sangat mulia. Salah satu perkataan blio yang belum terwujud adalah, “Warga Kota Bekasi tercinta, sudah dimulai desain dan perencanaan, revitalisasi Kalimalang. Semoga bisa sekeren sungai Cheonggyecheon di Seoul”
Ridwan Kamil mungkin lupa, ini Indonesia. Blio juga sudah pernah melakukan klarifikasi tersebut. Intinya, semua rencana dan mimpinya masih terbentur birokrasi pemerintahan yang ribet. Semua terbentur dengan sistem pemerintahan yang belum bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Belum lagi, warganya yang memang masih sulit diatur, mulai dari membuang sampah sembarangan sampai patuh pada aturan lalu lintas. Beda dengan negara maju yang semuanya bisa diatur dan bisa diajak bekerja sama.
Pada intinya, kehidupan rakyat Jawa Barat itu tidak seindah postingan Ridwan Kamil di media sosial. Masih banyak PR yang harus dikerjakan oleh Ridwan Kamil, yang tidak bisa blio selesaikan sendiri. Seluruh perangkat pemerintahan harus bisa diajak kerja sama. Seluruh rakyat Jawa Barat pun harus mau diajak bekerja sama. nggak bisa sendirian. Dan ini berat, Milea.
Sumber gambar: Pixabay