Fitur Kawasaki KLX150 Boleh Jadul, tapi Perkara Kualitas, Mantap Betul!

Kawasaki Athlete 125, Motor Ayam Jago Jadi-jadian kawasaki ninja 150 r kawasaki klx150

Kawasaki Athlete, Motor Ayam Jago Jadi-jadian (Jonathan Weiss via Shutterstock.com)

Kawasaki memang bisa dibilang terlalu konservatif saat menelurkan seri KLX. Apalagi jika melihat para pesaingnya di kelas yang sama sudah lebih “di atas” saat memberikan spesifikasi motor. Sebut saja Honda CRF 150L yang meski mesinnya belum memakai radiator, Honda bisa sedikit berbangga pas kebetulan papasan di lampu merah dengan Kawasaki KLX150 berkat pemakaian teknologi injeksi di sistem pencampuran bahan bakarnya.

Apalagi jika Kawasaki KLX150 di-compare sama Yamaha WR 155R yang tak hanya sudah menyematkan mesin injeksi dalam sepotong motornya tapi juga sudah memakai pendingin cairan alias radiator. Harusnya, kalau peka, Kawasaki kudu ketar-ketir atau setidaknya, tidurnya agak nggak tenang melihat para kompetitor itu.

Namun faktanya, sampai saat ini, Kawasaki tetap santai – mungkin sambil menyeruput segelas es teh – menghadapi persaingan segmen motor off-road di kelas 150 dengan jenama KLX sebagai andalan. KLX150 yang mesinnya nggak pakai radiator sudah gitu masih pakai karburator. Terkesan jadul, kan? Memang.

Konservatif kadang nggak buruk-buruk amat

Dalam hal ini ternyata Kawasaki masih punya alasan atas sikap konservatifnya. Seperti pernyataannya di sela acara Kawasaki Bike Week 2023 di Pantai Festival Ancol, Jin Inoue selaku Direktur Presiden PT Kawasaki Motor Indonesia. Blio bilang, “Dengan sistem karburator, motor ini akan lebih mudah dalam perawatannya dan juga modifikasi. Dan karburator juga mudah diperbaiki sendiri terutama ketika terdapat masalah atau kerusakan ketika menghadapi medan ekstrem seperti saat trabas ke hutan.”

Pun, Kawasaki juga mengklaim lewat survei yang menghasilkan rerata konsumen KLX150 sudah senang dan nyaman dengan mesin karburator.

Sikap ini mungkin muncul karena Kawasaki merasa jadi “pioner” di segmen yang memang membawanya bisa bertahan di sini. Dan mau gimana juga, faktanya, KLX 150 tetap diminati sampai sekarang. Bahkan peminat motor ini tak hanya sebatas yang hobi trabas. Lamat-lamat fungsionalnya beralih, merambah bagian lain. Sisi yang sebelumnya tak pernah disangka siapapun. Asmara.

Kini, Kawasaki KLX150 dari yang awalnya bermain di tanah, tak jarang digunakan untuk memainkan perasaan. Dan teman saya salah satu pelakunya.

Kawasaki KLX150 dipakai untuk mribik

Kawasaki KLX150 nggak melulu dipakai menerabas lebat dan terjalnya jalan hutan, melainkan juga melibas betapa sulit dan terjal medan percintaan. Dan sejujurnya, teman saya nggak pernah membawa KLX150 miliknya trabasan. Malahan dia paling anti. Pemakaian KLX150 cuman berkutat pada cinta, cinta, yang tak jarang membuatnya nelangsa.

Seakan, di tangan dia, KLX150 hanya serupa perangkat yang memudahkan untuk menyandang gelar fuckboy seutuhnya. Begitu kira-kira stigma yang cukup lekat dengan Kawasaki KLX selain motor gangster.

Ukuran ban yang sebelumnya ring 21 inci bagian depan serta belakang 18 inci diganti dengan lingkar ban 17 inci plus memakai ban aspal. Sehingga kenyamanan boncengan jadi maksimal.

“Tahu nggak, tujuan penggantiannya biar wanita yang tak bonceng nyaman. Nggak geronjalan kayak naik kuda. Dan biar tampilannya jadi supermoto. Makin keren dan menarik perhatian lawan jenis, kan?” tandasnya.

Mesin jadulnya Kawasaki KLX150 seakan nggak tersentuh, visualnya masih sama. Hanya saja di bagian karburator mendapat kebaruan. Dari standar pabrik yang masih memakai karburator tipe vacuum, sekarang diganti merk PWK Keihin dengan ukuran ventury 26 mm.

Model karburator vakum memang kurang efisien dan sering error. Sebab, karet vakum sering bermasalah dan bikin kacau stasioner.

Bagi teman saya ini, Kawasaki KLX150 semacam kesempurnaan tanpa cela. Mesin jadul, perlampuan masih bohlam, speedometer analog seakan bukan hal yang harus dinyinyirin. Dia tak masalah, dan hal itu nggak mengganggu proses mbribik yang kerap ia lakukan. “KLX150 begini saja udah mantap Mas. Yang penting keren di mata wanita.”

Fitur jadul bikin urusan perawatan mudah

Bagi dia, dengan segala keminiman fitur, merawat KLX150 adalah kemudahan yang wajib disyukuri. Dia jelas enggan dipusingkan urusan motor, sebab urusan percintaan jelas lebih memusingkan.

“Merawat mesin KLX150 itu mudah. Tinggal rutin ganti oli yang agak kental, biasanya pakai 20w 40. Nggak usah pakai oli-oli mahal, oli mineral saja cukup. Ini model mesin jadul, masih karburator dan jenis mesinnya SOHC pula.”

“Dan semisal tarikannya brebet, cukup membersihkan filter udara dan busi. Biasanya sudah normal. Pokoknya rutin servis. Selebihnya tinggal jangan lupa nyuci motor dan pakai pengkilap bodi biar makin kinclong. Biar gebetan nggak malu pas dibonceng.” Ujar dia sambil meneruskan moles bodi KLX150 yang meski sudah cukup berumur, desainnya tetap timeless.

Setelah rutinitas nge-lap Kawasaki KLX150, lantas teman saya mengambil Hape untuk kemudian foto motornya. Tak lama, story-nya WA dia muncul gambar motor KLX150 dengan caption, “Berdiam servis karbu, bergerak yang-yangan bersamamu.”

Edyan.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa Kawasaki ingin menunjukkan bahwa motor yang bagus nggak melulu soal fitur canggih dan melimpah. Sebab yang tetap dibutuhkan konsumen adalah kemudahan dan kualitas build quality. Dan sudah jelas, penyematan fitur jadul, teknologi mesin sederhana ditujukan biar para peminang motor Kawasaki KLX 150 nggak dipusingkan soal maintenance.

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Kekurangan KLX Saat Digunakan sebagai Motor Harian

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version