Kaum Eldia di Serial ‘Attack on Titan’ Memang Layak Dibenci, Didiskriminasi, dan Terus Dianggap Iblis

kaya braus Gabi braun terminalmojok

Gabi braun terminalmojok

Sewaktu membaca manga maupun menonton anime Attack on Titan, saya selalu membela orang-orang Eldia. Ya gimana nggak ngebelain, wong mereka tampak menderita seumur hidup. Yang di Pulau Paradis, menderita dikepung Mindless Titan. Yang di Marley, dianggap rendahan dan kerap didiskriminasi sama orang asli Marley. Bahkan parahnya, orang Eldia di Marley juga bisa-bisanya membenci sesama kaum Eldia yang ada di Pulau Paradis. Hanya orang yang nggak punya hati nurani kalo nggak membela kaum Eldia.

Di episode 11 musim empat, kita bisa lihat Gabi—orang Eldia dari Marley—jijik banget sama semua orang Eldia di Pulau Paradis. Bukan jijik lagi, tapi malah sampai menganggap mereka najis. Levelnya mungkin sama kayak penganut cabang salah satu agama di Endonesyah yang auto ngepel lantai rumah kalo ada orang dengan agama sama tapi beda cabang singgah ke rumah. Sekilas miris, kan? Awalnya saya juga begitu, sampai akhirnya otak saya menerima sudut pandang kaum Marley.

Kaum Eldia memang salah sejak awal. Mereka itu kerajaan kejam yang hobi menindas negara-negara lain dengan kekuatan Titan Shifter di masa lalu. Mereka adalah bangsa penjajah yang membunuh ribuan nyawa dengan semena-mena. Kejahatan model begitu mana bisa dimaafkan? Lantas ketika Raja Kaum Eldia milih tobat dan pergi ke Pulau Paradis dengan banyak pengikutnya, dipikir dunia bakal auto memaafkan, begitu? Ya nggak lah. Kebencian dan hasrat balas dendam kudu dipelihara baik-baik dengan segala cara, termasuk menindas kaum Eldia yang nggak ikut pergi ke Pulau Paradis.

Ya wajar kalo pemerintahan Marley menceritakan kisah turun temurun tentang kekejaman kaum Eldia di masa lalu, semata-mata biar kebencian tetap terjaga. Soal kaum Eldia yang saat ini hidup nggak ada hubungannya sama dosa leluhur mereka, ya nggak penting. Pokoknya mereka itu kaum Eldia, leluhur mereka jahat, mereka kudu dibenci. Titik. No debat.

Terasa nggak adil? Welah, mbok pikir cuma Marley yang menggunakan sistem kayak begini? Tetangga jauh mereka, sebut saja Endonesyah, juga kayak gitu, kan? Orang-orang Endonesyah membenci PKI karena masa lalu mereka. Membenci dan mendiskriminasi orang-orang yang terduga anggota PKI atau keturunannya. Pokoknya kalo keturunan anggota PKI kudu dijauhi dan sah-sah saja kalo dikeplaki secara berjamaah. Nggak penting orang itu bersalah apa nggak, yang jelas dia keturunan PKI. Urusan PKI saat ini masih ada apa nggak itu dipikir keri, yang penting kebencian terhadap mereka kudu dipelihara.

Ya sama kayak Marley dan Eldia, kan? Orang-orang Endonesyah nggak bakal mau memaafkan PKI apa pun yang terjadi, sama persis kayak kaum Eldia yang bakal senantiasa dianggap iblis.

Makanya, wajar saja kalo kaum Eldia itu dibenci sampai saat ini. Mereka harus menderita seterusnya karena dosa leluhur di masa lalu. Bahkan saya rasa kalo ada orang Eldia yang mengungsi ke Endonesyah, mereka juga nggak bakal bernasib lebih baik. Citra penjahat dari nenek moyang sudah cukup untuk kita mengucilkan mereka.

Kalo kemudian ada yang bilang, “Lha kan mereka yang saat ini nggak salah?” Welah, katakan itu sama Zulia Mahendra yang dianggap sampah bertahun-tahun, dikucilkan, dipersulit dapat kerja, dan menderita depresi berat karena dia adalah anak dari Amrozi, pelaku Bom Bali 1. Emangnya ada yang mau deket-deket sama orang kayak begitu? Yang salah ayahnya, tapi kita tetep bakal ngejauhin anaknya juga, kan? Hanya orang super baik, tabah, lapang dada, dan berjiwa ksatria yang mau duduk dan merangkul orang macam Mahendra ini.

Nggak hanya di Endonesyah, bahkan di seluruh dunia juga kayak gitu. Masih ingat gimana perjuangan Shah Rukh Khan bersuara bahwa dia bukanlah teroris hanya karena beragama Islam dan hidup di Amerika Serikat? Sekalipun doi berusaha keras di film berjudul My Name is Khan, tetap saja dunia menganggap semua orang Islam adalah teroris. Sebaik-baiknya orang Amerika, bakal merinding disko misal tau ada orang Islam yang duduk di sebelahnya.

Hanya orang ajaib yang mau memaafkan dan menerima orang semacam anak pelaku terorisme atau kejahatan lainnya. Yang lain ngapain? Ya menjaga kebencian agar terus terjaga, dong. Bahkan dalam kasus PKI, justru pemerintah itu sendiri terlibat menjaga kebencian. Propaganda dibikin. Setelah banyak orang kemakan propaganda, tinggal manfaatkan saja demi kepentingan politik. Weh, bakal dipandang heroik di mata masyarakat jika pas kampanye selalu bersuara, “Basmi komunisme. Basmi PKI sampai ke akar!” Asli menang. Auto jadi Presiden dan menjabat dua periode!

Pemanfaatan propaganda model begini nyatanya sukses dilakukan Bolsonaro buat memenangkan suara dari masyarakat Brazil sehingga doi jadi Presiden. Semasa kampanye, doi selalu menggembar-gemborkan anti-komunisme, dari yang masuk akal sampai ke yang mengada-ada, dan tentu saja dimakan habis oleh masyarakat. Cara yang sama juga berhasil dilakukan Trump selama masa kampanye dan menjadikannya Presiden Amerika Serikat, bukan?

Marley juga demikian. Saat negara-negara lain di dunia melakukan hal kayak gitu (propaganda demi menjaga kebencian), masa pemerintahan Marley memilih jalan anti-mainstream dengan memaafkan dosa kaum Eldia di masa lalu? Ya nggak lah. Penduduk Marley harus tau betapa bangsat dulu orang Eldia menjajah dunia. Kekejaman mereka nggak bisa dong dimaafkan begitu saja hanya karena orang Eldia mendadak pindah ke pulau kecil bernama Paradis. Ya elah kalo kebencian bisa hilang gitu aja dengan cara migrasi ke pulau seberang, pasti proyek reklamasi pulau bakal berjalan mulus dan terjadi di mana-mana. Tinggal bikin dosa besar, terus tobat dan pindah ke pulau lain. Urusan kelar.

Ya nggak bisa gitu, dong. Pindah ke Pulau Paradis dengan sebagian kaum Eldia, membangun tembok, membuat amnesia semua pengikut di Pulau Paradis, nggak serta-merta bikin kekejaman dilupakan. Udah gitu pake ngancem bakal meratakan dunia dengan jutaan Titan Kolosal kalo kedamaiannya diusik, pulak. Itu maunya gimana, sih? Mau tobat kok pake ngancam? Ya wajar kalo semua kaum Eldia tetap dimusuhi sampai anak cucu.

Oleh karena itu, mendiskriminasi orang Eldia di Marley itu ya sah-sah saja dilakukan sebagai upaya pembalasan dendam. Urusan itu adalah dosa leluhur mereka, atau secara khusus dosa raja mereka yang super pekok, wis rasah dipikir sik.

Sumber gambar: YouTube Anime Compilations.

BACA JUGA Zeke Yeager, Tokoh AOT Paling Santuy walau Punya Banyak Dosa. Yolo! dan tulisan Riyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version