Kamus Bahasa Sunda yang Perlu Dipelajari Biar Kamu Lebih Nyunda

Memahami Bahasa Medan Sehari-hari biar Kamu Nggak Ngerasa Digas

Suatu hari saya sedang duduk di teras rumah sambil menunggu magrib datang. Dari seberang, terdengar tetangga bicara pada anaknya menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Sunda halus. Kebiasaan itu mulai dilakukan banyak orang tua di sekitar sini. Biar nggak ketularan bahasa kasar, mungkin.

Tapi ini nggak bagus juga buat bahasa Sunda. Mungkin nanti buyut-buyut saya nggak lagi diajari ngomong bahasa Sunda sejak orok, tapi bahasa Indonesia. Padahal bahasa daerah juga harus dijaga, dibikin lestari seperti dalam kalimat, “Utamakan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing, lestarikan bahasa daerah.”

Berbekal semangat untuk melestarikan bahasa daerah, juga dengan keyakinan bahwa ada banyak orang di luar sana yang ingin belajar Bahasa Sunda, saya menulis artikel ini untuk membantu mereka agar lebih nyunda. Nggak cuma kenal aing, sia, tèh, atuh, mah, naon, kasèp, geulis atau saha.

Artikel ini berisi kata maupun frasa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, lengkap dengan arti dan konteks penggunaannya. Dengan catatan, bahasa Sunda yang ada di artikel ini adalah basa loma (bahasa akrab) atau bahasa yang sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari buat temen seumuran atau temen nongkrong.

Nah, biar nggak banyak cang-cing-cong lagi, hayu gaskeun lur!

#1 Asa teu kudu

Asa teu kudu adalah frasa dalam bahasa Sunda yang berarti “kayaknya nggak harus gitu”. Banyak digunakan untuk mengeluh, protes, atau marah-marah terhadap sesuatu. 

Misalnya kamu baru saja putus beberapa hari yang lalu. Layaknya sapiens yang berada dalam fase mupon, kamu cukup banyak melamun tanpa memikirkan apa pun. Nah di tengah-tengah lamunanmu lalu tiba-tiba kepikiran mantan. 

Biar protesnya lebih nyunda kamu bisa menggunakan kalimat seperti ini: 

“Keur ngeunaheun ngahuleng ujug-ujug kapikiran mantan. Asa teu kudu.” (Lagi enak-enak ngelamun tiba-tiba kepikiran mantan. Kayaknya nggak harus gitu).

#2 Karhud atau Karak hudang

Karhud (karak hudang) atau “baru bangun” adalah frasa yang biasa digunakan untuk menolak ajakan secara halus atau sebagai alasan untuk keterlambatan. 

Misalnya sekolahmu sedang ikut kejuaraan sepak bola antar sekolah se-Kabupaten/Kota. Lalu teman sebangkumu, sebut saja dia A, mengajakmu nonton pertandingan di stadion. Untuk menolak ajakan A secara halus kamu bisa menggunakaan karhud daripada sibuk mencari-cari alasan yang masuk akal. 

A: “Hayu ka stadion nèmpo mèngbal, bagian sakola urang maèn.” (Hayu ke stadion nonton main bola, bagian sekolah kita main).

K: “Duh, karhud euy. Sok tiheula wè.” (Duh, baru bangun euy. Duluan aja ya).

Biasanya dengan begini, temanmu akan mengerti bahwa kamu sedang mager alias ingin rebahan sepanjang hari. 

Atau bisa juga dijadikan alasan keterlambatan, misalnya gini: 

Kamu: “A, hampura pang ngeusiankeun absèn nu urang nya. Karhud euy, moal kaburu èk maksakeun mangkat gè.” (A, tolong isiin absen punyaku ya. Baru bangun euy, nggak sempet mau maksain berangkat juga).

A: “Nya.” (Ok).

#3 Nyèmèn atau godin

Dua kata ini hanya bisa digunakan selama bulan puasa karena mereka berarti makan di siang hari saat bulan puasa secara diam-diam. Jadi mereka bisa dibilang sebagai kode untuk mengajak temanmu buka puasa lebih dulu.

“Daaak ke tas lohor godin/nyèmèn kuuy!” (Guys, nanti abis dzuhur godin/nyemen kuy!)

Ingat! Bedakan antara è pèpèt (seperti dalam tèh) dengan e (seperti dalam kembang). Soalnya nyemèn (dengan e ‘kembang) artinya melapisi sesuatu dengan semen.

#4 Wadul

Wadul berarti bohong, sedangkan ngawadul adalah melakukan sebuah kebohongan; atau bicara ngalor-ngidul sama orang lain.

Misalnya gini: 

A: “Umak, urang jadian jeung si C siah! Hebat, teu?!” (Umak, aku jadian sama si C loh! Hebat, nggak?!)

Kamu: “Lah wadul, mana nempo buktina?” (Lah bohong, mana liat buktinya?)

A: “Jig wè tanyakeun ka jalma na ai teu percaya mah!” (Tanyain gih sama orangnya kalau nggak percaya mah).

Kamu: “Di mana aya nu percaya ka tukang ngawadul” (Di mana ada yang percaya sama tukang bohongin orang lain).

#5 Ngèwa

Pernah nggak punya temen yang kelakuannya malu-maluin, nggak mencerminkan image-nya, nggak sesuai dengan umurnya? Nah semua itu dalam bahasa Sunda disebut ngèwa. Hati-hati tertukar sama ngewe ya! Nggak sopan! 

Misalnya:

“Tah si èta tong dibaturan deui lah, ngèwa kalakuan na gè. Pasèa jeung babaturan gara-gara awèwè.” (Tuh si itu jangan ditemenin lagi, malu-maluin kelakuannnya. Berantem sama temen cuma gara-gara cewek).

#6 Mamantes

Mamantes adalah memaksakan sesuatu (dalam penampilan; fashion) agar terlihat pantas padahal dia sendiri tau itu nggak pantas. 

“Ganti baju jig. Mamantes manèh mah baju koko makè calana cutbray.” (Ganti baju gih. Mamantes kamu mah baju koko pake celana cutbray).

#7 Pundung

Pernah nggak kamu merasa bete atau marah karena nggak diajak main, atau kemauanmu nggak diturutin pacar atau dijailin temen sekelasmu? Nah yes, perasaan bete itu disebut pundung dalam bahasa sunda. Biasanya orang yang pundung itu nggak bisa ditanya, diem terus.

#8 Jongjon

Jongjon adalah perasaan senang yang dirasakan karena sudah terbebas dari gangguan yang bikin kamu nggak nyaman atau nggak tenang. Jadi singkatnya, jongjon adalah perasaan senang sekaligus nyaman dan tenang. 

Contoh paling pas buat menerangkan jongjon adalah saat kamu berhasil menyelesaikan semua tugas yang datang terus setiap hari selama dua minggu berturut-turut. Saat-saat santai, libur, dan rebahan all day long setelah bertarung lawan tugas itulah yang disebut jongjon. 

Kalau dibikin jadi Instagram Story, saran saya coba gunakan kalimat ini:

Akhirnya merasakan kejongjonan maha damai. 

Tapi awas jangan sampai kajongjonan rebahannya alias lupa waktu terus lupa kewajiban buat ibadah, makan, bersih-bersih.

#9 Kamerkaan

Kamerkaan banyak dialami orang-orang yang sedang puasa, atau bisa juga sama yang melakukan mukbang. Pasalnya kamerkaan adalah keadaan di mana perut terlalu kenyang (bisa sampai menimbulkan sakit). Tau sendiri lah ya, pas waktunya buka puasa biasanya semua makanan diembat.

#10 Wayahna

Wayahna merupakan perintah agar mau bersabar meskipun sedang berada dalam keadaan yang nggak membuat hati senang atau sulit. Maka dari itu, buat kamu yang hobi dengerin curhatan temen, wayahna adalah kosa kata wajib. Kadang-kadang, ini adalah jawaban yang bikin tenang temenmu.

Misalnya temenmu tiba-tiba nelfon terus cerita panjang x lebar soal pacarnya yang selingkuh sambil nangis. Sebagai teman yang baik, saya percaya kamu pasti berusaha menenangkannya, tapi ada kalanya yang curhat nggak mau dengerin apa yang kamu bilang. Jawaban pamungkas untuk menenangkannya adalah sebagai berikut:

“Nya enggeus ikhlaskeun wè. Wayahna, si Asèp mah lain lalaki bener da ti mimiti gè” (Yaudah, ikhlasin aja. Wayahna, si Asep emang bukan laki-laki bener dari awal juga).

#11 Piraku

Piraku, tergantung intonasi saat pengucapannya, bisa digunakan untuk bertanya atau mengejek seseorang. Saat digunakan untuk bertanya, piraku sama dengan “mana mungkin” dalam bahasa Indonesia. Tapi kalau buat mengejek, artinya mirip “Aaah masaaaa siiih?”

Misalnya kamu punya temen yang terkenal suka membesar-besarkan ceritanya untuk mendapatkan pujian atau membuat orang lain kagum. Satu hari dia cerita tentang keberhasilannya mendapatkan nilai matematika—pelajaran yang jadi kelemahannya—lebih dari 80.

A: “Mak, apal teu? Peunteun ulangan matematika urang 85, siah!” (Mak, tau nggak? Nilai ulangan matematika-ku 85 loh!)

Kamu: “Piraku…Pan manèh mah bodo matèmatika, A” (mana mungkin? Kan kamu mah bodo matematika, A).

A: “Aslina ieu mah. Tadi urang nempo dina meja Pak Budi basa keur ka kantor.” (Aslinya ini mah. Tadi aku lihat di meja Pak Budi waktu lagi ke kantor).

Kamu: “Aaah, pirakuuuu waa~” (Aaah, masaaa siiih~)

A: “Jeh teu percaya sia mah.” (Jeh nggak percaya kamu mah).

#12 Alabatan atau alahbatan atau alah batan

Alahbatan, memiliki dua arti, yaitu lebih dari yang menunjukan sikap. Lalu satu lagi artinya kayak—biasa digunakan saat dua orang sahabat bertengkar.

Misalnya:

“Na aya èpès mèèr alahbatan budak manèh mah!” (Kok tubuhmu gampang banget sakit, lebih dari anak kecil kamu mah!).

“Hampura atuh Dang, alahbatan ka saha wae manèh mah kitu wungkul ge ngamuk.” (Maaf dong Dang, kayak sama siapa aja lu gitu doang marah). 

#13 Korèt atau kopèt

Koret atau kopet adalah sebutan untuk seseorang yang mempunyai sifat pelit (udah melewati batas wajar). Jadi kalau kamu punya teman yang pelitnya minta ampun, melebihi batas wajar, dan udah nggak bisa dikasih toleransi lagi. Saran saya, mulai sekarang panggil saja dia si koret atau si kopet.

Bisa juga buat ngatain, sih. Misalnya gini:

“Najis ih, korèt pisan ka babaturan tèh sia mah!” (Najis ih, pelit banget lu sama temen sendiri!)

#14 H2C

Inget nggak dulu di tivi ada acara reality show percintaan yang dipimpin oleh Desta dan Ari Daginkz. Mereka menerima klien yang ingin mengetahui kesetiaan pacarnya. Jadi sepanjang acara, mereka berpakaian mirip Sherlock Holmes lalu membuntuti pacar si klien untuk memeriksa kesetiaannya. Nah itu namanya H2C alias harap-harap cemas. 

Adakah hubungannya antara H2C yang acara tivi dengan H2C dalam bahasa Sunda? Ya nggak lah.

H2C dalam bahasa Sunda adalah hayu-hayu cicing atau bilang ayo (saat diajak mengerjakan suatu pekerjaan) tapi diem terus, nggak mau melakukan kerjaannya. Alias menyetujuinya secara lisan tapi nggak dibuktikan dengan perbuatan.

Misalnya:

“Teu baleg nu ngajak nyieun band deui tèh, ngan H2C wungkul.” (Nggak bener yang ngajak bikin band lagi teh, cuma hayu-hayu cicing doang).

#15 Rujit

Rujit berarti kotor banget (lingkungan) yang bikin orang merasa jijik saat melihatnya. Mudahnya, sungai-sungai yang dipenuhi sampah, nah keadaan sungai itu buat saya rujit. Bahkan membayangkan gimana baunya pun nggak mampu. 

Selain buat lingkungan, ada juga yang bisa digunakan buat orang, yaitu ngarujitkeun yang artinya nyusahin yang ngurusnya.

#16 Botrok

Botrok adalah pola hidup nggak beraturan, kotor, jauh pokoknya mah sama yang namanya bersih. Dengan kata lain, botrok adalah perilaku orang yang menyebabkan lingkungan sekitarnya jadi rujit. 

Misalnya temen kamu yang kamar kosnya dipenuhi sampah-sampah bekas makanan, pembalut, puntung rokok beserta abunya; lalu cucian berserakan di mana-mana. 

#17 Heubeul

Heubeul berasal dari kata baheula yang berarti zaman dulu. Bedanya, baheula berhubungan dengan keterangan waktu sedangkan heubeul berhubungan dengan sesuatu yang berasal dari zaman dulu. 

Misalnya, lagu-lagu tahun 1990 ke bawah adalah lagu heubeul. 

#18 Abong

Abong adalah ungkapan (keluhan atau protes) yang digunakan saat ada sesuatu yang nggak seharusnya, nggak pantas atau nggak baik. Misalnya saat kemarin harga masker jadi mahal banget, para penjual memanfaatkannya untuk meraup untuk sebesar-besarnya. 

Keluhan yang bisa kita gunakan dalam bahasa sunda jadi seperti ini:

“Abong masker keur marahal, sangeunahna mèrè harga tèh” (Abong masker lagi mahal, seenaknya ngasih harga teh).

#19 Cua

Ini bukan basis kotak yang cantik tapi udah jadi istri orang itu loh ya. Cua dalam bahasa sunda artinya benci, nggak suka. 

Misalnya:

“A, urang balik tiheula nya, cua mantèn aing ningali si Ontohod” (A, aku pulang dulu ya, keburu benci liat si Ontohod). 

Nah, orang-orang seperti si Ontohod ini tipe-tipe sapiens yang pikacuaeun batur (sering dibenci orang lain).

#20 Uyuhan

Uyuhan adalah ungkapan yang digunakan saat kita melihat sesuatu yang bikin heran saat mengetahuinya karena nggak masuk akal. Dewasa ini, biasa digunakan saat gibahin temen sendiri yang bucin banget, nget, nget. 

“Uyuhan si A bisa kuat bobogohan jeung kabogohna. Sakitu unggal panggih sok disiksa gè.” (Uyuhan si A bisa kuat pacaran sama pacarnya. Padahal tiap ketemu sering disiksa).

Terakhir dan paling pamungkas, satu kata—yang jika kamu gunakan dengan baik dan benar—akan membuatmu lebih Sunda daripada urang Sunda sendiri. Tapi jangan berekspektasi terlalu besar wkwkwk.

#21 Nafsu Kapegung

Nafsu kapegung adalah nafsu yang nggak bisa dilampiaskan karena ada sesuatu yang menghalanginya. Biasanya, orang yang punya nafsu kapegung dalam hatinya sering kukulutus sebagai usaha mengurangi nafsu tersebut. 

Kukulutus? Apa itu tèh, Lang? Jawabannya bisa kamu lihat di poin selanjutnya, Lur.

#22 Kukulutus

“Kukulutus adalah suatu kondisi di mana seseorang bibirnya manyun lalu marah-marah tanpa henti gara-gara kenyataan nggak sinkron dengan keinginan” -Netijen asli Sunda, beberapa tahun ke belakang. 

Dari kutipan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa kukulutus adalah keluhan seorang sapiens yang disampaikan secara cepat dan kontinyu dalam tempo waktu tertentu, misalnya sambil bersih-bersih rumah, masak, atau nyuci. 

#23 Nu pang terakhir na pisan nyaèta: Waas

Waas adalah perasaan yang muncul waktu ingat pengalaman yang membuatmu menyukainya. Kata yang satu ini berhubungan dengan panca indera juga perasaan dalam hati. Pengalaman di sini tentu saja harus punya nilai historis ya. 

“Asa waas ningali barudak leutik lulumpatan moro langlayangan, inget jaman ngora.” (Asa waas liat anak kecil lari-larian ngejar layangan putus, ingat waktu masih muda).

Contoh lain dari waas yaitu perasaan yang muncul saat kita mengunjungi tempat atau jalan yang dulu sering kamu gunakan buat menghabiskan waktu malam mingguan bareng mantan.

Selamat belajar bahasa Sunda~

BACA JUGA Teori Soal Kenapa Orang Sunda Tidak Menikah dengan Orang Jawa dan tulisan Gilang Oktaviana Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version