Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kampus Merdeka Sesungguhnya Adalah Ketika Negara Bisa Memastikan Akses Kuliah yang Sama

Muhammad Arief Bimaputra oleh Muhammad Arief Bimaputra
2 Februari 2023
A A
Kampus Merdeka Sesungguhnya Adalah Ketika Negara Bisa Memastikan Akses Kuliah yang Sama

Kampus Merdeka Sesungguhnya Adalah Ketika Negara Bisa Memastikan Akses Kuliah yang Sama (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Semenjak diberlakukannya program Merdeka Belajar oleh Nadiem Makarim yang di dalamnya terdapat Kampus Merdeka, berbagai protes hingga kritik terus bermunculan. Hal tersebut bisa kita lihat mulai dari media sosial hingga media massa utama. Di Harian Kompas misalnya, hampir tiap hari kritik dan sanggahan malang melintang di kolom opini koran tersebut. Kritik yang masih hangat mungkin tulisan dari Agus Suwignyo yang berjudul “Guncangan Kampus Merdeka”. Beliau menyebut bahwa Kampus Merdeka dengan segala persoalannya telah menciptakan kehancuran pada praktik pendidikan nasional.

Tidak tinggal diam, pemerintah merespons kritik tersebut dengan sanggahan yang ditulis oleh Suyitno selaku Dirjen Dikti Ristek. Dalam tulisannya yang berjudul “Kampus Merdeka Berkualitas” beliau mengakui bahwa program kampus merdeka masih memiliki kecacatan, akan tetapi, juga memiliki banyak keunggulan.

Sebagai salah satu mantan mahasiswa yang merasakan dan pernah mengikuti program Kampus Merdeka, saya pikir kata merdeka dalam program tersebut adalah suatu hal yang salah kaprah. Kata merdeka dalam kampus merdeka diartikan dengan sangat dangkal dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bisa belajar di luar kampus melalui 8 cara yaitu magang, pertukaran pelajar, Asistensi mengajar, Penelitian, Proyek Kemanusiaan, Kegiatan Wirausaha, Studi/Proyek Independen, hingga membangun desa atau KKN. Yang sebenarnya 8 hal tesebut sudah sering dilakukan bahkan sebelum konsep Kampus Merdeka ala Nadiem diterapkan.

Yang membedakannya hanya kini mahasiswa bisa mendapatkan konversi SKS setelah melakukan hal tersebut. Dan kali ini, pemerintah menjelma sebagai outsourcing yang menyalurkan mahasiswa untuk magang di berbagai perusahaan mitra.

Nadiem dengan tafsir merdekanya

Program Kampus Merdeka yang diwujudkan dengan 8 program tersebut pada dasarnya telah melupakan hal yang jauh lebih penting yaitu soal kesetaraan akses. Tentu kita semua sudah tahu bahwa biaya pendidikan tinggi di Indonesia terus naik bahkan kenaikannya melampaui kenaikan gaji pokok. Hal ini menyebabkan akses menuju pendidikan tinggi semakin eksklusif hanya untuk kelas menengah atas saja, lantas di mana letak merdekanya apabila hanya segelintir orang Indonesia yang bisa mengaksesnya?

Padahal kesetaraan akses adalah hal yang seharusnya tidak boleh dilupakan oleh Pemerintah. Bahwa tujuan kemerdekaan bangsa kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu dasarnya mengapa kita semua harus memiliki akses yang sama untuk berkuliah. Upaya Nadiem dalam memperjuangkan akses yang setara dalam berkuliah melalui Kartu Indonesia Pintar-Kuliah Merdeka tidak lah cukup.

Justru dengan adanya kartu ini, Pemerintah secara gamblang menyatakan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia memang sudah terlampau mahal hingga masyarakat miskin tidak mampu mengakses dan perlu dibantu. Daripada fokus mengurus mahasiswa untuk magang dan membiayai pertukarannya ke luar negeri, seharusnya biaya itu bisa dijadikan dana untuk membuat kebijakan yang membuka akses perguruan tinggi lebih luas selain hanya melalui subsidi.

Sejauh ini Program Kampus Merdeka hanya sebatas upaya pemerintah Indonesia untuk memberikan fasilitas yang lebih nyaman bagi kelas menengah yang bisa berkuliah. Mungkin itu memang sudah sesuai dengan tafsir merdeka ala Nadiem Makarim, yang jelas itu benar-benar jauh dari kata merdeka yang sebenarnya.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Kerja Sambil Kuliah S2 demi Menutupi Hidup yang Terlanjur Medioker

Memutus lingkaran setan perguruan tinggi

Eksklusifitas perguruan tinggi telah menghasilkan masalah baru yang telah menjelma menjadi sebuah lingkaran setan. Orang-orang seperti saya yang berijazah S1 tentu memiliki kesempatan yang lebih besar dalam memperoleh upah atau gaji yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang hanya berijazah SMA. Fenomena ini disebut sebagai college earning premium.

Apabila Program Kampus Merdeka terus dilanjutkan, maka tidak heran kesenjangan di Indonesia nantinya semakin gila. Karena yang bisa kuliah semakin menikmati fasilitas pengembangan diri yang lebih layak, sementara yang miskin harus menikmati pahitnya upah yang rendah.

Belum telat bagi Nadiem untuk melakukan perubahan yang fundamental bagi pendidikan kita. Saya yakin apabila memang Pak Menteri ingin melakukan sebuah gebrakan yang lebih berdampak, maka yang harus dilakukan adalah dengan mendorong demokratisasi pendidikan tinggi. Dengan melakukan ini bahkan Pak Menteri juga tidak hanya menjadikan akses pendidikan tinggi lebih setara, melainkan juga akan menjadikan Kampus benar-benar Merdeka dengan banyaknya mahasiswa dengan latar belakang ekonomi yang berbeda-beda.

Pilihan ada di tangan Pak Menteri, menjadi menteri yang melanggengkan kesenjangan atau menjadi menteri yang memutus lingkaran setan. 

Penulis: Muhammad Arief Bimaputra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Program ‘Merdeka Belajar’ Nadiem Makarim itu Keren Abis, Cuman Monmaap Hal-hal Ini Bikin Saya Skeptis

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Februari 2023 oleh

Tags: akses pendidikankampus merdekakesenjangan sosialKuliahnadiem makarim
Muhammad Arief Bimaputra

Muhammad Arief Bimaputra

Mahasiswa HI yang suka menulis dan haha-hihi.

ArtikelTerkait

guru tk jurusan pendidikan sekolah murid siswa mojok

4 Alasan Sebaiknya Kamu Jangan Masuk Jurusan Pendidikan

4 Mei 2020
Keunggulan UIN Dibandingkan Perguruan Tinggi Negeri Lain, Biaya Kuliah Lebih Terjangkau Salah Satunya Mojok.co

Keunggulan UIN Dibanding Perguruan Tinggi Negeri Lain, Biaya Kuliah Lebih Terjangkau Salah Satunya

1 Februari 2024
Perjuangan Mahasiswa Tuban yang Harus Naik Kapal demi Kuliah: Berangkat Subuh dan Menerjang Banjir? Sudah Biasa stasiun sumberrejo bojonegoro

Perjuangan Mahasiswa Tuban yang Harus Naik Kapal demi Kuliah: Berangkat Subuh dan Menerjang Banjir? Sudah Biasa

22 Februari 2024
5 Kampus Bahasa Asing Terbaik di Indonesia yang Bisa Jadi Pilihan Lanjut Studi

5 Kampus Bahasa Asing Terbaik di Indonesia yang Bisa Jadi Pilihan Lanjut Studi

28 September 2025
pjj kurikulum darurat mendikbud nadiem makarim duganti reshuffle menteri dan najwa shihab

Nadiem Makarim Beri Pengumuman Kece soal PJJ

9 Agustus 2020
saya memang begitu orangnya, keburukan orang lain. teman lama ngontak lagi, orang datang pas butuh doang sifat teman menyebalkan bikin dijauhi teman suka ngomong sendiri suka cerita tanpa ditanya nggak mau dinasihati mojok.co

Sifat Teman Bikin Males: Suka Cerita Tanpa Diminta & Kalau Dinasihati Jawabnya ‘Tapi…’

13 April 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.