Jalur Kecamatan Lumbir Banyumas yang menghubungkan dengan Cilacap memang indah. Namun, ia berbahaya dan sangat mengancam pengendara.
Senin kemarin, saya bersama beberapa kawan menghadiri acara resepsi pernikahan. Sebenarnya, saya tidak berencana menghadiri resepsi di kediaman mempelai wanita. Hal ini lantaran jarak lokasi yang begitu jauh dari rumah saya.
Namun, karena sang mempelai laki-laki adalah kawan dekat, akhirnya saya mengiyakan undangan tersebut. Berangkatlah saya ke lokasi resepsi di Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap. Jarak tempuh dari rumah saya (Kabupaten Purbalingga) ke Kecamatan Karangpucung (Cilacap) sekitar 204 kilometer dengan perkiraan waktu tempuh 2 jam 30 menit.
Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 07:15. Kami sempat berhenti di rumah seorang kawan di Kecamatan Patikraja, yang menjadi titik kumpul. Setelah itu, rombongan kami gas tipis-tipis hingga sampai di Kecamatan Wangon. Setelah sampai sana, saya sudah menyiapkan mental dan fisik saya.
Jalur yang akan kami lalui setelah ini adalah jalan yang berpotensi membuat pengendara pusing dan istighfar di sepanjang jalan. Jalur tersebut adalah Kecamatan Lumbir yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap. Kamu tidak boleh meremehkan jalur ini jika tidak ingin menyesal sudah melewatinya. Kenapa bisa demikian?
Daftar Isi
Jalur Kecamatan Lumbir Banyumas-Cilacap yang bergelombang dan membahayakan
Sebenarnya, saya sudah cukup sering melewati jalur Kecamatan Lumbir Banyumas ini. Bahkan, saya sering diajak oleh Pak Kiai untuk menghadiri acara di pondok pesantren yang ada di daerah Majenang, Cilacap. Dan, setiap mengunjungi pesantren tersebut, saya harus menggilas jalanan di Kecamatan Lumbir Banyumas yang menantang itu.
Namun, alih-alih menggunakan kendaraan roda 2, saya selalu menggunakan mobil. Termasuk juga saat saya berkunjung ke Pantai Pangandaran yang menjadi singgasana Bu Susi Pudjiastuti.
Kemarin, untuk pertama kalinya saya menggunakan kendaraan roda 2 untuk melewati jalur Kecamatan Lumbir Banyumas ini. Sensasinya sungguh sangat berbeda.
Awal memasuki kecamatan ini, saya lumayan percaya diri untuk menarik tuas gas hingga kecepatan 80 kilometer per jam. Saya bahkan masih berencana meningkatkan kecepatan hingga kisaran 100 kilometer per jam.
Namun, belum sempat menunaikan niatan tersebut, motor yang saya kendarai menggilas jalan bergelombang. Hal ini membuat kendaraan yang saya kendarai berbelok dan hendak terpelanting. Untung saja, kedua tangan saya cukup lihai untuk mengatasi cobaan tersebut. Karena kejadian itu, saya memutuskan untuk menurunkan kecepatan agar hal serupa tidak menimpa kami.
Sangking bergelombangnya jalur Kecamatan Lumbir Banyumas, saya sampai misuh. Setelah itu saya mempertanyakan kenapa bisa jalur sekelas jalan provinsi bisa beregelombang dan tidak rata.
Cuaca panas yang menyengat serta kendaraan dengan plat B dan D yang membuat kondisi jalan semakin mencekam
Jalur Kecamatan Lumbir Banyumas akan memanjakan pengendara dengan pemandangan kebun serba hijau. Ada berbagai jenis pohon yang tumbuh di sisi kanan dan kiri jalur. Mulai dari jati, mahoni, cemara, hingga rumpun bambu. Meski penuh dengan tumbuhan yang serba hijau, saya tetap merasakan cuaca panas yang menyengat.
Bahkan, cuaca yang panas ini masih ditambah dengan kondisi jalan yang mencekam. Di sepanjang jalur Kecamatan Lumbir Banyumas, saya banyak berpapasan dengan truk dan kendaraan besar. Hal ini lantaran Kecamatan Lumbir menjadi jalur tengah yang menghubungkan 2 provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Rata-rata mobil dan truk yang melintas dari arah barat adalah berplat B dan D. Beberapa kali saya harus mengurangi kecepatan karena ada kendaraan dari lawan arah yang mengambil lajur saya untuk mendahului.
Saya, sebagai pengendara yang nggak sabaran, sering mengedip-ngedipkan lampu jarak jauh. Tujuannya agar kendaraan yang hendak menyalip mengurungkan niatnya. Ini cukup berhasil untuk mencegah sopir plat kendaraan B dan D yang hendak menyalip secara serampangan.
Jalan meliuk yang membuat pengendara istighfar di sepanjang jalan
Selain cuaca panas dan pengendara yang serampangan, jalur Kecamatan Lumbir Banyumas ini memiliki kontur yang meliuk. Bahkan, jalur yang menjadi penghubung Banyumas dan Cilacap ini memiliki tikungan tajam yang mampu mengalahkan Sirkuit Mandalika.
Pokoknya kalian nggak bakalan nemu jalan dengan kontur yang datar dan rata. Semua jalur di sini meliuk, menanjak serta menurun. Saya pun sampai merasa pusing saat menerjang jalanan di Kecamatan Lumbir. Tangan saya terasa pegal karena harus memainkan gas dan rem secara lihai dengan kontur jalan yang memacu adrenalin pengendara.
Sedikit saran, daripada mengumpat, lebih baik kalian mengucapkan kalimat istighfar saat melewati jalur Kecamatan Lumbir Banyumas. Dijamin kalian bakal mendapat pengampunan dosa karena melewati jalur yang ekstrem ini, Lur! Setelah keluar dari jalur ini, kalian bakal menjadi manusia suci yang tidak punya dosa lantaran istighfar di sepanjang jalan. Tenanan, Lur!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi