Jalan Solo-Jogja adalah rute utama yang menghubungkan dua tempat yang dulunya bersatu dalam wadah Kerajaan Mataram Islam ini. Sebagai orang yang dulu sempat jadi mahasiswa Solo tapi magang di Jogja, saya lumayan sering bolak-balik melewati rute yang satu ini.
Namun, meski sudah lumayan familiar dengan jalannya, saya justru nggak suka dengan jalan ini. Setelah saya tanya beberapa kenalan, mereka juga mengeluhkan hal yang sama, bahkan jadi perbincangan yang tak pernah basi. Yakni bahwa perjalanan melewati jalan Solo-Jogja itu memang terasa membosankan dan lama buanget!
Daftar Isi
Kondisi Jalan Solo-Jogja monoton dan bikin ngantuk
Dari beberapa perbincangan tadi dan pemikiran pribadi, saya berkesimpulan bahwa penyebab utama dari fenomena ini adalah pada kondisi sekitar jalan yang monoton. Pemandangannya itu-itu saja: kalau nggak bangunan semrawut khas Indonesia, ya sawah-sawah.
Memang ada variasi pemandangan yang menarik di sejumlah titik, Tugu Wayang atau Markas Kopassus yang jalannya grenjel-grenjel misalnya. Tapi keberadaannya seolah tetap tak bisa mengalahkan monotonnya suasana perjalanan.
Ditambah lagi, rute jalannya yang relatif lurus terus juga membuat potensi yang lebih besar untuk munculnya rasa ngantuk di perjalanan. Dan, setelah saya baca-baca sekilas, ternyata sudah ada sejumlah penelitian yang membahas bahwa jalanan lurus memang bikin ngantuk karena menstimulus lebih sedikit gerak sensorik.
Bisa dibilang kalau Jalan Solo-Jogja ini adalah kombinasi lengkap antara bikin ngantuk dan monoton. Apalagi kalau dilalui dengan berkendara sendiri, beh.
Pikiran ingin segera sampai
Dari yang saya alami, dua faktor tadi kemudian bikin pikiran jadi salah persepsi. Otak seolah tak menikmati suasana jalan dan terus berkata “ayolah, ndang o tekan”. Beberapa kali pun saya dibuat kaget dengan rute jalan yang ternyata masih jauh, padahal ingatan saya sudah berpikir bahwa sebentar lagi sampai.
Sebagai contoh, saya yang sudah bosan dengan kondisi jalan pernah merasa bahwa setelah kota Klaten maka sebentar lagi akan masuk ke wilayah Jogja. Apalagi setelah satu-dua jembatan, yang pikir saya jadi pembatas kedua tempat itu, sudah terlewati. Beberapa saat kemudian, saya dibuat melongo karena baru sadar bahwa posisi perjalanan baru masuk Prambanan dan toko Bakpia Pathok 25 Bandara Jaya masih jauh.
Salah persepsi ini yang memang bikin bahaya. Ya, walau sedikit terobati dengan hadirnya Kabupaten Klaten yang menawarkan selingan suasana perkotaan sebagai penyegaran.
Baca halaman selanjutnya
Ngobrol bisa jadi solusi
Pada akhirnya, rasa bosan dan ngantuk di Jalan Solo-Jogja hanya bisa dikalahkan dengan distraksi yang lebih menyenangkan. Maka, beruntunglah kalian yang berkendara bersama-sama sambil karaoke dan ngobrol seru di perjalanan. Berdasarkan pengalaman saya, ini jadi obat ampuh agar perjalanan jadi tak begitu membosankan di Jalan Solo-Jogja, bahkan dijamin akan terasa lebih cepat.
Bagi yang sendiri? Wah, saya tidak kelewat berani untuk menyarankan sambil dengerin lagu pakai earphone atau TWS. Apalagi kalau pakai headphone, agaknya terlalu berbahaya. Saran saya ya bersabar, berhentilah sesekali, istirahat kalau ngantuk, atau lebih mindful atau sadar di jalan. Coba lawan pikiran ingin segera sampai itu dengan lebih sadar kondisi jalan. Kiat satu ini pernah saya jalankan dan bisa dikatakan cukup berhasil.
Atau kalau tidak, cobalah berpura-pura menyukai Jalan Solo-Jogja. Berteriaklah sekencang-kencangnya sepanjang jalan dengan kalimat, “wahahaha, aku suka jalan ini!” Hanya saja yang terakhir ini lebih berakibat ke capek tenggorokan daripada membuat perjalanan lebih singkat.
Penulis: Atif Kasful Haq
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jalan Solo, Ruas Jalan yang Berpotensi Bikin Bingung Mahasiswa Baru Jogja