Di waktu luang saya iseng berselancar di Instagram, dan setelah beberapa lama scroll beranda instagram, saya menemukan konten yang cukup menarik. Konten tersebut sebenarnya cuitan dari aplikasi Threads, namun diteruskan ke Instagram. Cuitan tersebut berasal dari akun @kak_ojan cuitannya saya kutip secara verbatim “jangan menghakimi orang tuamu dengan ilmu parenting yang kamu pelajari hari ini.”
Ketika melihatnya saya benar-benar tertarik karena saat ini ilmu parenting menjadi buah bibir di mana-mana. Saking hitsnya ilmu parenting, sampai ada kelas seminarnya mulai dari offline hingga online yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Menurut Jerome Kagan, parenting adalah serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat.
Memang ilmu parenting itu sangat penting untuk kita pelajari. Sebab, dampaknya begitu terasa bagi keturunan kita kelak ke depannya. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, ilmu parenting ini bertujuan untuk membekali menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak. Bukan sebagai ajang untuk seorang anak menyalahkan orang tuanya ketika mengasuhnya saat masih kecil. Mungkin saja, cara orang tuanya bertentangan dengan teori parenting yang ia pelajari.
Tak ada cara yang benar-benar tepat
Menurut saya juga, belum ada ilmu parenting yang benar-benar baku untuk membuat si anak itu menjadi sukses. Banyak cerita dari tokoh-tokoh sukses yang orang tuanya tidak tau sama sekali soal teori ilmu parenting. Seperti pola asuh otoriter, permisif, overprotektif dan lain sebagainya. Yang mereka lakukan hanya tulus dalam membesarkan anak dengan limpahan kasih sayang serta memenuhi segala kebutuhannya baik itu sandang, pangan, dan papan. Ujung-ujungnya anaknya tetap bisa sukses juga. Banyak juga cerita yang orang tuanya sukses dan kaya, tetapi anaknya terjebak dalam dunia kelam.
Setiap orang tua adalah manusia dengan keterbatasan dan kekurangannya yang pasti mereka miliki. Mereka mungkin tidak selalu tahu apa yang terbaik untuk anak mereka atau melakukan kesalahan dalam pendekatan parenting. Namun, penting bagi kita untuk memahami dan menerima fakta bahwa setiap orang tua berusaha melakukan yang terbaik sesuai pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Alih-alih menyalahkan mereka, mari kita berusaha memahami tantangan dan tekanan yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak.
Ilmu parenting baiknya dipahami, bukan untuk menghakimi
Pada akhirnya, ilmu parenting harus dijadikan sebagai alat untuk mendukung dan memahami orang tua, bukan untuk menyalahkan mereka. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak dan mendukung orang tua dalam peran mereka sebagai pemandu dan pembimbing.
Baru-baru ini juga banyak sekali konten mengenai toxic parenting, helicopter parenting dan istilah-istilah lain yang mengacu pada kesalahan orang tua dalam mengasuh anaknya sendiri. Bukannya dipahami, orang-orang malah menyalahkan orang tuanya. Jelas hal tersebut adalah tindakan yang serampangan.
Ingat, teori yang kita pelajari belum tentu benar ketika dipraktikkan karena ada variabel-variabel yang tidak terduga. Hal tersebut dapat memengaruhi hasil yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dan hal tersebut adalah merupakan hal yang wajar terjadi dalam bidang apa pun, termasuk parenting.
Jadi jangan menghakimi cara pengasuhan orang tua kalian di masa lalu dengan kacamata kalian hari ini. Sebab, ya kebanyakan keliru karena setiap zaman memiliki cara mengasuhnya masing-masing.
Segera bertobatlah untuk kalian yang masih menyalahkan orang tua dalam mendidik kalian di masa lalu. Bagaimanapun juga ada tanggungjawab kalian yaitu untuk berjuang demi meraih masa depan yang lebih baik. Yang lalu jadikan pelajaran saja, bukan diulang-ulang macam kaset rusak.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sebenarnya, Seberapa Penting Rewarding dalam Parenting Itu?