Surabaya pun gagal menaklukkan Honda BeAT
Seiring berjalannya waktu, saya mulai beranjak menjadi mahasiswa di Surabaya. Dengan begitu, saya mengangkut Honda BeAT ke Surabaya. Awalnya, saya berasumsi dengan segala kemacetan Surabaya, uang untuk mengisi bensin sepeda motor juga akan membengkak. Ada rasa kegetiran di hati, mengingat biaya hidup di Surabaya juga bisa terbilang mahal.
Namun, kegetiran saya seketika lenyap saat sepeda motor sampai di kos setelah menggunakan jasa pengiriman. Sesampainya di kos, saya berniat menghitung biaya pengeluaran sepeda motor dalam seminggu. Setelah seminggu, nyatanya saya hanya mengeluarkan uang bensin sebesar empat puluh ribu. Hanya naik sepuluh ribu. Harga yang masih terbilang murah dengan melihat kondisi kemacetan jalanan di Surabaya.
Tentu, harga pengeluaran yang masih terbilang murah dibandingkan pengguna motor matic lainnya. Saya pun sempat menanyakan biaya pengeluaran pada teman kuliah yang motornya matic, seperti pengguna Vario. Penuturan teman saya harus mengeluarkan uang bensin sebesar enam puluh ribu. Atau pengguna Mio dan Scoopy, teman saya menjawab kalau menghabiskan uang bensin sebesar lima puluh ribu dalam seminggu.
Bensin irit, tenaga elit
Iritnya Honda BeAT generasi kedua selain disebabkan oleh teknologi PGM-FI, juga disebabkan tenaga mesinnya yang hanya 108 CC. Tenaga mesin yang terbilang kecil dibandingkan sepeda motor matic lainnya, seperti Vario, Scoopy, Mio, NMAX, dan PCX. Kendati memiliki kekuatan mesin yang terbilang kecil, Honda BeAT generasi kedua bisa terbilang kuat.
Kekuatannya sudah saya uji ketika sering digunakan untuk bepergian ke tempat dataran tinggi, seperti Batu, Pacet, dan Cangar. Awalnya, banyak sekali teman kuliah memberi saran untuk tidak menggunakan motor saya untuk pergi ke Batu, Pacet, dan Cangar. Katanya, takut tidak kuat menanjak nanti. Cuman karena saya orang Madura yang punya modal nekat, saya hiraukan saran dari teman-teman.
Dengan modal nekat, saya berangkat ke Batu, Pacet, dan Cangar. Dan ternyata sepeda motor saya kuat menanjak, meski jalannya tanjakan dan berkelok-kelok. Ketika saya bisa sampai di Batu dan Pacet, ada rasa heran karena dengan 108 CC, bisa menaklukkan jalan menanjak. Yang paling membuat saya lebih heran adalah bisa sampai ke Cangar. Mengingat, kawan saya yang motornya Vario dan Scoopy, tidak kuat menanjak di Cangar.
Kisah serupa juga dialami oleh teman seangkatan yang juga mempunyai Honda BeAT generasi kedua. Dia sering bepergian ke Batu, Pacet, dan Cangar menggunakan sepeda motornya. Tentunya, saya dan dia punya rasa heran yang sama, bagaimana bisa dengan CC kecil, bisa membabat jalanan menanjak dan berkelok? Saya dan dia hanya punya satu jawaban: memang kendaraan yang kuat.
Anti-banjir
Kekuatan Honda BeAT generasi kedua juga saya rasakan saat menerjang banjir di Surabaya. Surabaya memang sering mengalami banjir ketika hujan deras. Sudah tidak terhitung berapa kali saya harus menerjang banjir di Surabaya. Uniknya, selama menerjang banjir di Surabaya, sepeda motor saya tidak pernah rewel. Biasanya, motor lain kalau habis menerjang banjir akan tidak hidup, sehingga harus dibawa ke bengkel.
Tetapi, tidak bagi motor saya. Padahal, motor kawan kos lainnya seperti Supra X 125 dan NMAX, harus dibawa ke bengkel akibat menerjang banjir besar. Kekuatan lainnya dari motor ini ketika menerjang banjir adalah tidak mudah mogok. Padahal, banjir yang saya terjang bisa terbilang dalam, bagi ukuran sepeda motor. Perihal itu saya sampai dibuat terheran-heran, melihat motor lainnya ada yang mogok di tengah banjir.
Bukan hanya lihai perihal menerjang banjir, Honda BeAT generasi kedua juga lihai menggocek jalanan. Sebab, dengan ukurannya yang minimalis, ia bisa lincah melewati berbagai celah di tengah kemacetan.
Dengan kelincahan Honda BeAT generasi kedua, saya berani menyalip di celah truk dan mobil lainnya saat macet di Surabaya, sekalipun ukuran celahnya tidak lebar. Berbanding terbalik ketika saya mengendarai Vario, saya tidak berani melewati celah truk dan mobil dengan ukuran tidak lebar karena saya sudah memprediksikan tidak akan cukup dengan ukuran motornya yang besar.
Maka, dengan keiritan, ketangguhan, dan kelincahannya, nikmat mana lagi yang akan engkau dustakan ketika mengendarai Honda BeAT generasi kedua?
Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Rajin Pangkal Pandai, Honda BeAT Pangkal Kaya