Sebagai seorang kepala negara yang memimpin 200 jutaan manusia, sudah sangatlah wajar kalau kita menyebut Jokowi hanyalah manusia biasa. Punya rasa dan punya hati hingga yang pasti bisa kepeleset lidah nyebut “Padang” sebagai provinsi alih-alih sebagai ibu kota provinsi.
Netizen semuanya, tidaklah elok kita protes hanya karena Pak Jokowi salah nyebut Padang sebagai provinsi. Kita harusnya maklum, Jokowi itu pasti banyak yang diurus, tugas negara itu nggak cuma satu tapi banyak. Lagipula buat apa ribut jika seperti kata Tan Malaka yaitu terbentur, terbentur, terbentuk. Begitu pula ketika kita melihat presiden kita melakukan kesalahan. Salah, salah, tidak masalah.
“Maksudnya Provinsi Sumbar Kota Padang,” kata Heru Budi Hartono, selaku Kepala Sekretariat Presiden. Jokowi cuma keselip lidah dan itu manusiawi. Bahkan Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat aja pernah salah nyebut Thailand jadi Thighland. Atau ketika Obama datang ke Indonesia pada 2017 dan salah nyebut Megawati sebagai presiden padahal waktu itu presidennya Jokowi. Atau ketika PM Kanada Justin Trudeau yang kelupaan nyebut salah satu provinsi di Kanada. Hey para haters Jokowi, tampil di depan publik itu nggak segampang yang kamu kira.
Seharusnya kita sudah terbiasa dengan aksi salah ucap Jokowi ini. Bahkan seharusnya itu bisa menjadi ciri khas Jokowi, ingat Jokowi, pasti ingat kepeleset lidah. Sebuah brand image yang jarang dimiliki presiden Indonesia sebelumnya. Kita semua harus bangga, bukannya malah protes. Kapan lagi punya presiden yang brand imagenya unik dan manusiawi banget, sering salah ucap. Presiden mana coba yang kepikiran brand image macam itu kecuali Pak Jokowi. Salut.
Okey, kembali ke salah nyebut Padang sebagai provinsi yang seharusnya sih sudah clear ya, itu cuma salah nyebut, kok. Nggak usah diperpanjang. Sebagai rakyat kita harusnya punya kepekaan yang lebih terhadap presiden kita yang bernama Jokowi. Sebagai rakyat kita harusnya terus-terusan melihat apa yang dilakukan Jokowi selalu ada hikmahnya.
Lagipula salah ucap Jokowi ini nggak cuma soal Provinsi Padang, kok. Kalau kamu ingat ketika Jokowi bikin publik tercengang-cengang dan membuat semua orang berpikir kritis soal perbedaan kata mudik dan pulang kampung, kamu pasti ingat, kan? Atau ketika Jokowi salah nyebut kota kelahiran Bung Karno yang harusnya di Surabaya tapi malah lahir di Blitar. Atau ketika kasus terbaru soal bipang. Di balik semua itu sadarkah kita semua betapa Jokowi ini adalah presiden yang unik, dia memang salah dan di balik kesalahannya itu ada hikmah, manfaat, dan pesan yang bisa kita ambil, pelajari, dan terapkan.
Begini saudaraku, jangan jadi haters Jokowi terus, deh. Dengan adanya salah ucap Jokowi soal Provinsi Padang, kita semua jadi melek dan otak kita terbuka soal betapa pentingnya pelajaran sejarah dan buku RPUL. Pak Jokowi walau badannya lelah dan pikirannya suntuk, masih sempat-sempatnya memberikan hikmah ke kita semua lewat salah ngomongnya soal Provinsi Padang. Lantaran jika tidak begitu, mungkin dari 200 juta lebih manusia yang ada di Indonesia ini, ada saja yang mikir kalau Padang itu provinsi. Hayooo, ngaku kamu~
Berkat Jokowi salah sebut Provinsi Padang, setidaknya kita yang cuek sama hal-hal berbau geografis jadi sedikit tergerak hatinya untuk sekadar mencari tahu: memang Padang itu di mana, ada apa, dan di provinsi mana sebenarnya? Bukankah apa yang dilakukan Jokowi itu hebat sekali? Sebagai kepala negara ia rela disalahkan demi memberikan efek kejut bagi otak kita agar setidaknya peduli dengan apa yang ada di negeri kita sendiri.
Jika kita sebelumnya terlalu kebarat-baratan, tapi saat Jokowi salah sebut Padang sebagai provinsi, paling tidak kita sementara jadi orang yang paling kepadang-padangan. Dengan kita teriak Jokowi salah lalu dengan lantang dan bangga bilang bahwa Padang itu ibu kota dari Sumatera Barat. Out of the box memang Pak Jokowi.
Seenggaknya lewat Jokowi salah nyebut Padang sebagai provinsi, blio sebenarnya mau ngajak kita semua untuk mempertajam lagi Ilmu Sejarah dan memanfaatkan kembali RPUL yang tergeletak berdebu di sudut rumah kita. Jokowi tahu bahwa ngajak masyarakat Indonesia untuk belajar sejarah itu agak susah kalau lewat cara konvensional, semua itu harus dilakukan dengan cara sensasional, dan tadaaa, kita semua sekarang tahu soal Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat.
Kita semua sekarang tahu soal Bipang Pontianak atau Bipang Pasuruan yang akhirnya lagi-lagi bikin kita melek bahwa ternyata ada lho jenis makanan seperti itu. Seharusnya kita berterima kasih kepada Pak Jokowi, berkat kesalahannya, kita semua belajar dan berubah menjadi lebih tahu. Terima kasih Pak Jokowi.
Sebagai kepala negara, boleh kita menyebut Jokowi adalah presiden yang unik. Lewat kesalahan-kesalahannya ia membuat sebuah hikmah yang nggak kita sadari karena hanya termakan emosi. Padahal Jokowi lewat salah nyebut Provinsi Padang itu sebenarnya adalah sebuah pesan paling lembut untuk setidaknya menguji kita semua masyarakatnya apakah masih banyak yang pintar atau sudah pada goblok semua. Itu adalah sebuah pesan yang bertujuan untuk menguji kita, tahu nggak kita Padang itu provinsi atau ibukota? Dan terbukti, masyarakat Indonesia itu pintar-pintar, kok. Banyak yang protes ke Jokowi soal kesalahannya.
Ingat, hanya di bawah kepemimpinan Pakde Jokowi ada pesan, ujian, manfaat, dan hikmah-hikmah yang lahir dari kesalahan. Sebelumnya? Mana ada, semua itu berkat kerja Jokowi yang punya strategi khusus untuk ngetes ombak.
Adanya gelombang protes sampai ketidaksetujuan atas salah ucap Jokowi soal Provinsi Padang juga menunjukkan bahwa Indonesia memang negara demokrasi. Kalau salah tegur, diluruskan, dan dibenarkan. Banyaknya pendapat yang muncul membuktikan bahwa Jokowi juga membuka wadah demokrasi lewat kesalahannya. Super banget, kan? Kamu pasti nggak kepikiran karena sibuk jadi haters Jokowi.
Sebagai rakyat kita harusnya bangga punya presiden kayak Jokowi. Sudah sering blunder, salah ngomong, hingga ngambil keputusan kadang nggak tepat. Namun, di balik itu semua ia dengan rendah hati dan lemah lembut mengajarkan dan memberi pesan kepada kita semua bahwa jadilah rakyat yang cerdas. Setidaknya dengan banyaknya rakyat yang cerdas, beban presiden jadi nggak berat-berat amat.
Di titik ini, Jokowi kembali menerapkan strategi yang nggak pernah kita pikirkan, terjadinya kolaborasi antara rakyat yang kritis dan cerdas dengan pemimpin yang sering salah ucap dan lumayan banyak blunder. Jarang sekali presiden-presiden sebelumnya melakukan strategi macam itu, tapi Pak Jokowi berani menerapkan strategi itu. Adanya kolaborasi itu menjadi wadah untuk saling mengisi kekurangan masing-masing yang mungkin Jokowi sadar bahwa sebagai pemimpin ia memang banyak kurangnya.
Salah sebut Provinsi Padang oleh Jokowi memang bikin heboh. Namun, di balik itu, Pak Jokowi sebenarnya adalah presiden jenius yang jago ngasih hikmah di tiap kesalahannya. Layaklah memang jika beliau memimpin sampai 3 periode.
Bismillah Dirut BUMN.
BACA JUGA Tips Keluarga Berjaya Ala Presiden Jokowi dan artikel M. Farid Hermawan lainnya.