Heike Monogatari, Anime Kuda Hitam Garapan Naoko Yamada yang Tak Boleh Dilewatkan

Heike monogatari

Heike monogatari

Nama Kyoto Animation sudah cukup familiar di telinga banyak wibu. Studio yang terkenal akan serial anime slice of life, mendapat banyak pujian terkait kualitas animenya hingga sistem kerja di studionya yang lebih baik dari mayoritas studio anime lainnya. Salah satu sutradara Kyoto Animation paling terkenal saat ini adalah Naoko Yamada. Sudah mendulang kesuksesan sejak K-On menjadi tenar, nama Yamada di kenal lebih luas lagi berkat kesuksesan film Koe no Katachi (A Silent Voice).

Namun pada awal September lalu, Yamada memutuskan untuk mengundurkan diri dari Kyoto Animation. Yamada sendiri menghabiskan seluruh masa kariernya sejak 2004 di Kyoto Animation. Di sanalah dia pertama kali menjadi key animator pada anime Air, sebelum akhirnya menjadi sutradara episode Clannad dan akhirnya menjadi sutradara utama K-On. Jadi ini adalah sebuah lompatan besar yang akan di lakukan oleh sutradara Koe no Katachi ini. Yamada di sini bukan hanya akan sekedar menjadi freelancer, tapi juga langsung akan menyutradarai anime pertamanya dengan studio lain.

Heike Monogatari yang sedang tayang di BiliBili untuk area Indonesia, adalah serial anime besutan Yamada bersama studio Science Saru. Anime ini merupakan adaptasi dari epos klasik Jepang bernama Tale of Heike. Epos ini bercerita tentang Perang Genpei antara klan samurai Taira dan rival mereka, klan Minamoto. Adaptasi anime ini melakukan reinterpretasi dengan menghadirkan karakter tambahan yang tidak ada di epos tradisional.

Karakter tersebut adalah seorang anak perempuan bernama Biwa. Namanya diambil dari pemain alat musik tradisional Jepang, Biwa. Biwa memiliki kemampuan untuk melihat masa depan dengan menutup salah satu matanya. Setelah ayahnya dibunuh oleh samurai klan Taira, Biwa menemui anak pemimpin klan Taira, Taira no Shigemori untuk menyampaikan sebuah pesan. Biwa menyatakan bahwa kejatuhan klan Taira tidak lama akan terjadi dan karma akan menimpa seluruh anggota klan tersebut.

Tak disangka Shigemori menyatakan bahwa dia juga memiliki kemampuan khusus setiap kali menutup sebelah matanya. Jika Biwa bisa melihat masa depan, Shigemori bisa melihat mereka yang telah mati. Lewat kemampuan ini, Shigemori selalu dihantui korban kekejian klan Taira. Ingin mengubah nasib klannya, Shigemori mengadopsi Biwa menjadi anak angkatnya.

Namun, upaya mengubah nasib klannya tidak mudah, karena kendali klan masih di tangan ayah Shigemori, Taira no Kiyomori. Kiyomori terkenal sewenang-wenang dan bengis terhadap musuh-musuh politiknya. Di tengah banyak kesewenang-wenangan klan Taira di bawah kendali Kiyomori, musuh-musuh dari klan itu pun mulai berkumpul di balik layar. Shigemori harus berusaha menjaga keseimbangan antara melayani sang ayah, melindungi keluarga kaisar, dan berpegang teguh pada prinsip yang dia yakini.

Dari segi cerita, anime ini masih berpegang teguh pada epos tradisional dari Tale of Heike, dengan pengecualian pada penambahan karakter Biwa. Tinggal bagaimana eksekusi visual dari anime yang dapat menaikkan derajat dari cerita tradisional Jepang ini. Tentu saja, kualitas dari animasi animator yang bekerja di Science Saru tidak perlu diragukan lagi.

Secara artstyle, anime ini lebih mirip dengan karya garapan Masaaki Yuasa, pendiri studio Science Saru. Tentunya ini tidak bisa dielakkan karena Yamada bekerja dengan tim animator yang berbeda jika dibandingkan tim dari Kyoto Animation. Cuma bukan Yamada, kalau dia tidak memberikan ciri khasnya tersendiri sebagai sutradara dalam anime ini.

Ciri khas yang dimaksud adalah leg shot alias adegan yang fokus ke kaki karakter. Sebagai sutradara anime, leg shot menjadi cara Yamada paling ikonik dalam menyampaikan emosi dari karakter tanpa perlu menampilkan raut wajah mereka. Bahkan di anime yang mana Yamada hanya sekedar bekerja sebagai animator, gaya ini bisa terpampang dengan jelas. Bagi Yamada, kaki adalah pintu untuk mengetahui karakter seseorang. Sama seperti bagaimana banyak orang menilai orang lain dari tatapan matanya.

Dalam anime Yamada, kaki seorang karakter bisa berjalan dengan enteng untuk menunjukkan sifat outgoing  atau  menegangkan kaki mereka saat duduk untuk menunjukkan perasaan tertekan. Seseorang bisa menyilangkan kaki mereka saat berbicara dengan orang lain untuk memperlihatkan mereka ingin membuka konflik atau menyilangkan tangan mereka di depan kaki untuk memperlihatkan mereka gugup saat berbicara dengan orang lain. Intinya, Yamada punya 1000 cara untuk mengekspresikan karakter hanya dengan memperlihatkan kaki mereka.

Teknik yang sama pun masih digunakan Yamada dalam anime Heike Monogatari. Contohnya pada Episode 1 yang disutradarai dan di-storyboarding oleh Yamada sendiri. Episode di buka dengan adegan kaki Biwa berjalan mengikuti langkah kaki sang ayah. Beberapa detik kemudian kita di hadapkan dengan samurai dari klan Taira berusaha menangkap seseorang di hadapan Biwa dan sang ayah. Semua adegan di buat dengan menitikberatkan fokus kepada kaki karakter untuk menunjukkan berbagai edari yang empunya.

Sepanjang episode pertama pun, masih banyak adegan leg shot muncul di depan layar. Jadi walaupun artstyle anime ini beda jauh dengan karyanya di Kyoto Animation, menurut saya penggemar Naoko Yamada tak usah takut akan perbedaan gaya penyutradaraan. Malahan Kombinasi antara artstyle dari Science Saru dan gaya sutradara dari Naoko Yamada ini menurut saya akan membuat Heike Monogatari menjadi kuda hitam anime di musim gugur 2021. Buat kalian yang suka anime sejarah, artstyle unik, atau sekedar penggemar Naoko Yamada, Heike Monogatari adalah tontonan yang sangat sangat sayang untuk dilewatkan.

Sumber gambar: YouTube The Old Taco

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version