Pada tanggal 29 Juli, Dunia memperingati Hari Harimau Sedunia, atau bisa disebut dengan International Tiger Day setiap tahunnya. Penetapan tanggal 29 Juli sebagai Hari Harimau Sedunia ini berawal dari International Tiger Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) untuk konservasi harimau International pertama pada November 2010 di Saint Petersburg, Rusia. Penetapan Hari Harimau Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dunia terhadap upaya konservasi. Selain itu, peringatan ini juga bertujuan untuk mengingatkan masyarakat dunia bahwa populasi harimau di dunia mengalami penurunan yang drastis tiap tahunnya.
Pertemuan yang mempertemukan 13 negara dengan populasi harimau terbanyak ini juga menyepakati Global Tiger Recovery Program (GTRP), sebuah program yang berisi upaya seluruh negara di dunia untuk menyelamatkan populasi dari ancaman kepunahan. Menurut data World Wildlife Fund for Nature (WWF), harimau merupakan spesies yang paling terancam punah di antara seluruh spesies yang tergabung dalam keluarga kucing besar. Sejak awal abad ke-20, lebih dari 95 persen populasi harimau di dunia telah mengalami kepunahan.
Saat ini, populasi diperkirakan hanya tersisa 39 ribu ekor yang masih hidup di alam bebas. Dari keseluruhan populasi yang masih hidup tersebut, kini hanya tersisa enam subspesies dari sembilan subspesies yang ada di dunia. Enam subspesies tersebut adalah harimau Bengal, Siberia, China Selatan, Malaya, Indochina, dan Sumatera. Sedangkan yang telah mengalami kepunahan adalah Bali, Jawa, dan Kaspian.
Penyebab kepunahan
Pada zaman dahulu, kepunahan spesies hewan murni disebabkan oleh peristiwa alam, seperti bencana alam dan seleksi alam. Namun, kepunahan spesies hewan yang terjadi sekarang dipercepat oleh campur tangan manusia. Bahkan, hampir semuanya terjadi karena ulah tangan manusia. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan spesies harimau mengalami kepunahan:
Hilangnya habitat secara tak terkendali akibat deforestasi
Sebagai hewan yang hidupnya berkelompok dalam jumlah yang besar, harimau tentu membutuhkan habitat yang sangat luas untuk memudahkan mereka dalam mencari makanan atau mangsa. Namun kini, habitat mereka telah mengalami penyempitan luas pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Menurut data terakhir, deforestasi yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan menghilangkan hutan seluas 12 – 15 juta hektar setiap tahunnya. Bila hal tersebut tetap dibiarkan begitu saja, bukan harimau saja yang akan mengalami kepunahan, namun seluruh spesies yang ada di hutan.
Berkurangnya jumlah spesies mangsa
Harimau termasuk apex predator atau hewan pemangsa yang berada di puncak rantai makanan. Hal ini tentu membuat hidup harimau sangat bergantung oleh hewan lainnya. Namun, akibat ulah tangan manusia yang melakukan deforestasi membuat mereka kehilangan habitat dan mangsanya. Akibatnya, mereka kekurangan makanan hingga berujung mati kelaparan. Bahkan, rakusnya manusia dalam memanfaatkan alam, seperti berburu hewan yang juga mangsa bagi harimau secara berlebihan membuat keadaan tersebut menjadi semakin buruk.
Perburuan liar dan perdagangan satwa liar
Mudahnya akses manusia untuk masuk ke dalam hutan mengakibatkan keinginan manusia untuk berburu hewan liar demi keuntungan pribadi menjadi meningkat. Bahkan, di berbagai negara masih terdapat pasar tradisional yang memperjualbelikan organ-organ hewan liar secara ilegal. Terlebih lagi, kulit harimau yang memiliki corak belang khas dapat dijadikan berbagai benda yang bernilai tinggi. Selain itu, tulang harimau masih dianggap sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal tersebut tentu menjadikan hewan ini semakin terancam punah dari muka bumi ini.
Pentingnya bagi ekosistem hutan
Deforestasi hutan hingga perburuan harimau yang dilakukan oleh manusia justru akan merugikan manusia sendiri. Hal inilah yang sering terlupakan oleh manusia. Hutan tidak hanya menjadi tempat tinggal harimau saja, hutan juga menjadi bagian yang sangat penting dari Bumi yang manusia tinggali. Nah, harimau merupakan salah satu spesies yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan dan keseimbangan ekosistem hutan.
Sebagai apex predator atau pemangsa tingkat satu dalam rantai makanan di hutan, harimau berperan untuk menjaga jumlah populasi mangsanya agar tetap stabil. Hal inilah yang menyebabkan hewan yang berada di bawahnya dalam rantai makanan tidak mengalami kelebihan populasi. Pasalnya, jika terjadi kelebihan populasi akan mengakibatkan ketersediaan sumber daya alam di hutan menjadi menurun, sehingga manusia tidak dapat memanfaatkan keanekaragam hayati dan berbagai macam tumbuhan yang ada di hutan lagi.
Selain itu, hutan yang ada akan mengalami kerusakan akibat ketidakseimbangan rantai makanan. Kerusakan inilah yang pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Manusia akan kehilangan udara yang segar, air yang bersih, hingga suhu udara yang sejuk. Maka dari itu, mari kita bersama menyelamatkan spesies ini dari ancaman kepunahan.
Mari kita jaga habitat mereka dan berhenti melakukan perburuan liar. Perketat dan pertegas lagi aturan tentang segala hal yang berkaitan dengan hutan. Jangan lupa juga untuk selalu menambah wawasan mengenai segala hal yang ada di alam bebas dengan membaca artikel. Salam Lestari!
BACA JUGA Reptil dan Tarantula Adalah Pilihan Tepat ketimbang Pelihara Hewan Lain dan tulisan Reza Firnanto lainnya.