Menyentuh tanpa membeli
Dari segi sosial, apakah kebiasaan ini sebenarnya sopan? Ada yang mungkin bilang, “Ah, wajar aja pegang dulu biar tahu mana yang enak” atau ”Ya mau ngecek aja masih panas atau nggak”.
Sekarang coba bayangkan kalau kebiasaan ini diterapkan di restoran-restoran lain. Misalnya, kamu duduk di sebuah restoran sushi, lalu kamu pegang-pegang semua sushi yang ada di conveyor belt sebelum akhirnya menentukan pilihan. Apa yang akan terjadi? Besar kemungkinan, kamu akan diusir dari restoran sushi tersebut.
Namun entah kenapa, di dunia gorengan, aturan ini seolah tak berlaku. Menurut saya ini nggak adil. Mentang-mentang gorengan harganya murah, terus bisa seenaknya pegang sana sini?
Di sinilah timbul perdebatan tak tertulis. Apakah memegang gorengan sebelum memilih adalah bentuk dari ketelitian yang wajar, atau justru semacam pelanggaran etika kuliner jalanan? Mungkin kita perlu kode etik tersendiri untuk para pembeli.
Didekati tapi nggak pernah dipilih
Terakhir, mari kita ambil momen ini untuk refleksi hidup yang lebih dalam. Seperti gorengan yang dipegang tapi nggak dipilih, kadang dalam hidup kita juga sering merasakan hal serupa.
Banyak orang datang mendekat, menyentuh kehidupan kita, memberikan harapan seolah kita akan jadi pilihan utama mereka. Tapi pada akhirnya, mereka pergi meninggalkan kita di sana. Kita sendirian, terabaikan, merasa kedinginan, dan mulai kehilangan ‘kerenyahan’ semangat hidup. Kita semua, pada titik tertentu, pernah merasa seperti gorengan yang diabaikan.
Jadi, saat kamu melihat orang lain pegang-pegang gorengan tanpa membelinya, ingatlah baik-baik. Itu bukan hanya soal makanan, tapi mungkin juga cerminan dari kehidupan yang kadang tak selalu berjalan sesuai harapan.
Dan di lain kesempatan, kalau kamu beli gorengan, coba beri mereka sedikit apresiasi. Pilihlah tanpa perlu menyentuh semuanya. Refleksikan kepada diri sendiri bagaimana rasanya diberi harapan, lalu ditinggalkan.
Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.