Glory Hunter, Efek Buruk Gelontoran Uang Tak Terbatas Sepak Bola Modern

pemain underrated program olahraga fans klub sepak bola youtube net soccer eropa sepak bola indonesia pemain muda mojok

youtube net soccer eropa sepak bola indonesia pemain muda mojok

Selain semarak perayaan kembalinya Cristiano, ada perayaan lain yang sama semaraknya tahun ini. Bedanya ini bukan di Manchester United, tapi United yang lain: Newcastle United. Kabar terbaru menyebutkan bahwa The Magpies telah beralih kepemilikan dari Mike Ashley ke konsorsium asal Arab Saudi.

Perpindahan kepemilikan ini disambut gembira oleh fans Newcastle United. Saat pengumuman ini diumumkan ratusan orang melakukan selebrasi di depan St James Park, markas Newcastle United. Teman-teman semua bisa menyaksikannya di tautan dari The Guardian berikut ini. Jujur saja, saya merasa merinding, meskipun bukan fans Newcastle.

Jika sebagian dari panjenengan semua melihat euforia ini sebagai wujud keserakahan suporter yang menginginkan dana berlimpah, Anda salah. Banyak artikel yang mengulas tentang ini. Singkatnya ini adalah bentuk sukacita karena pemilik lama Newcastle, Mike Ashley, akhirnya angkat kaki dari klub jagoan mereka.

Meskipun secara tidak langsung, Mike Ashley berjasa pada awal kedatangan, dan jasanya mendatangkan pemain-pemain dari Perancis macam Yohan Cabaye. Tetap saja kebencian suporter atas gaya kepemilikannya bisa memuncak.

Di sisi lain pemilik baru The Magpies menunjukan keseriusannya dalam mewujudkan visi Arab Saudi 2030. Visi ini memiliki tujuan tahun 2030 Arab Saudi melepaskan ketergantungannya pada minyak bumi. Usaha-usaha ini mencakup melebarkan sayap ke pariwisata hingga olahraga. Pengambilalihan ini juga mempertegas posisi mereka yang kini sejajar dengan Qatar dan Abu Dhabi dalam dunia industri sepak bola. Mengingat kedua wilayah itu telah merintis terlebih dahulu lewat PSG dan Manchester City.

Di luar urusan bisnis, saya justru tertarik pada munculnya fenomena akun-akun fans karbitan alias glory hunter. Akun-akun ini bukan hanya ada dari Indonesia, tapi juga dari luar Indonesia. Tanpa menghilangkan hormat kepada fans Newcastle United sejak zaman dahulu, saya ingin mengulas fenomena ini.

Munculnya glory hunter memang marak dalam beberapa tahun terakhir. Berbeda dengan fans pemain bola yang ikut pindah ketika sang idola hengkang, glory hunter diidentikan dengan orang yang tiba-tiba mendukung suatu klub dengan alasan tropi atau uang. Bisa dikatakan mereka ini latah dengan kejayaan sepak bola modern

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan glory hunter sampai mereka menghujat klub lain dengan sebutan miskin atau hinaan lain yang menyulut pertikaian. Alih-alih mencintai klub dan menikmati hiburan sepak bola, orang-orang macam ini hanya hobi mencari keributan.

Bukankah fans sepak bola identik dengan keributan? Ah tidak juga. Keributan fans sejati sepak bola hanya terjadi sebentar, itupun identik dengan akar perseteruan yang kuat. Misalnya MU vs Liverpool, Barca vs Madrid, Celtic vs Rangers, dan sebagainya. Berbeda dengan fans karbitan ini yang tidak mengenal akar perseteruan yang kuat. Pokoknya siapa pun klubnya, pasti dihujat.

Seperti yang sudah saya sebut di atas, para glory hunter ini memiliki pra-anggapan sebelum menyerang lawan bicaranya. Singkatnya begini, mereka ini punya anggapan awal di mana lawan akan merasa canggung dengan besarnya keuangan klub yang didukung. Padahal hal ini belum tentu benar.

Dalam kasus pascaakuisisi Newcastle United ini, belum genap 24 jam, banyak akun-akun baru yang mengatasnamakan “Fans Newcastle Aseli”. Padahal fans Newcastle yang sedari zaman Viduka atau Fabrizio Collocini belum tentu mengaku sebagai fans Newcasltle yang paling asli.

Mencintai klub memang masalah hati. Jika boleh jujur, banyak di antara kita saat masih kecil yang menyukai Barca, MU, AC Milan, maupun yang lainnya karena gelimang trofi. Itu wajar. Manusia selalu mengidamkan posisi kesuksesan dan sepak bola mampu memberikan hal itu.

Hanya saja, banyak di antara kita berhenti di titik itu. Titik di mana klub tersebut tidak tergantikan dengan yang lain. Entah dalam posisi paling bapuk sekali pun. Kita adalah fans, bukan jamur yang tumbuh di musim penghujan. Saat klub terpuruk lalu Anda masih mendukung klub tersebut dan tidak berpaling ke lain hati, percayalah Anda sudah bukan bocah pemburu kejayaan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version