Film Geez & Ann diadaptasi dari novel karya Rintik Sedu dan sudah tayang di Netflix sejak 25 Februari 2021 kemarin. Gue bukan penggemar novelnya, bukan juga penikmat karya-karya penulisnya. Tapi, gue pernah baca novel itu hampir dua tahun lalu. Lebih ke penasaran aja sebenarnya. Sebab, kabar bahwa novel ini mau difilmkan udah mulai gue dengar sejak lama, bahkan sampai gue nggak terlalu ingat lagi detail cerita di novelnya.
Hal yang pasti dilakukan kalau gue menonton film adaptasi buku adalah membandingkan keduanya. Ya, masa bodoh sih buat orang yang protes, “Buku dan film itu dua media yang beda! Nggak bisa dibandingkan gitu aja!” Toh disadari atau nggak, diakui atau enggak, tetap aja membandingkan keduanya adalah sebuah keniscayaan.
Kabar baiknya, gue nggak perlu susah-susah membandingkan antara novel dan film Geez & Ann untuk tahu kalau versi filmnya biasa aja. Bukan berarti novelnya juga bagus banget. Tapi, bagi orang yang lebih suka membaca daripada menonton, versi buku sedikit lebih baik dibanding versi filmnya. Ada banyak hal yang membuat versi film lebih layak tayang gratisan di YouTube daripada di Netflix. Kalau mau sedikit lebih eksklusif, bisa tayang di vidio.com. Kecuali kalau standar film-film Netflix Indonesia memang “sepicisan itu”.
#1 Turbulensi waktu yang nggak masuk akal
Sebelum Geez ke Jerman, Ann sempat bilang kurang lebih begini, “Emangnya kamu sudah cek jadwal cuti bersama yang resmi dari pemerintah di tahun 2016?” Berarti senggaknya mereka ada di pertengahan atau akhir tahun 2015. Setelah peristiwa itu, satu tahun berlalu hingga tiba di tragedi ulang tahun Ann. Berarti masuk tahun 2016 dong. Lucunya, film kemudian menampilkan narasi “Empat Tahun Kemudian” sebelum akhirnya Ann diwisuda. Namun, di latar belakang wisuda seadanya itu, tertulis jelas tahun 2019. Harusnya, kan 2020. Atau gue yang salah hitung? Oh, mungkin 4 tahun kemudian setelah Geez pergi? Lalu satu tahun sebelumnya apaan?
Memang kayaknya sepele. Tapi, gap setahun yang jadi misteri ini kadang mengganjal di kepala gue. Kalau memang penonton tidak dipersilakan menghitung jarak waktu, kenapa nggak dinarasikan “Beberapa Tahun Kemudian” aja sih?
#2 Penampilan dan tata rias nggak meyakinkan
Film dimulai waktu Ann masih SMA kelas tiga, diakhiri dengan Ann yang wisuda S-1 yang menghabiskan waktu 5 tahun (menurut perhitungan gue sebelumnya). Anehnya, wajah semua pemain gitu-gitu aja. Postur dan bentuk tubuh juga sama. Gaya rambut hampir nggak ada bedanya. Kecuali teman Ann di FK yang berubah dari yang tadinya “culun” jadi anggun. Gue aja kalau membandingkan foto SMA sama pas wisuda S-1 perbedaannya lumayan kentara. Di film ini mah nggak! Penata riasnya niat nggk ya?
Soal gap waktu, oke deh, gue mungkin bisa memaklumi sedikit. Tapi, kalau gap waktu nggak dibarengi dengan perubahan yang signifikan sama penampilan aktor-aktornya, harus maklum gimana lagi, Mylov?
#3 Dunia Kampus I: Ospek UI kok nggak mutu?
Waktu kuliah, gue selalu takjub sama metode ospek UI. Tiap tahun selalu wah. Namun, di film Geez & Ann yang gue lihat justru seadanya banget. Bahkan panitia ospek sama sekali nggak ada yang pakai jakun (jaket kuning). Panitia yang pakai nametag aja bisa kehitung jari. Malah gue lihat ada panitia yang pakai kaus bebas, kemeja, hingga jaket “gaul”. Awalnya gue nggak terlalu ambil pusing, nggak tahu juga kalau si Ann kuliah di UI. Pas wisuda baru deh nama UI tercetak jelas. Akhirnya bikin tambah “apa sih” film ini. Gue rasa seharusnya film yang kelasnya ditayangkan di Netflix, hal detail semacam ini nggak diabaikan. Ya masa nggak riset dulu ospek UI itu kayak apa.
#4 Dunia Kampus II: Wisuda UI kayak kelulusan SMP
Dari mulai jumlah wisudawan sedikit banget, pakai toga seragam semua (toga FK), jumlah keluarga wisudawan yang hadir di auditorium mencapai empat orang, hingga Geez yang bisa seenaknya keluar masuk ruangan. Padahal Fapsi juga ada tulisannya lagi wisuda, lo. Ke mana mereka? Jajaran rektor dan guru besar di atas panggung juga sedikit sekali. Set wisuda ini mirip kayak di film Habibie Ainun 3 yang jadul banget. Ini UI balik lagi ke masa orde baru? Nggak ada calo fotografer yang buka lapak juga di sekitaran tempat wisuda, ya. Haha. Mungkin perayaan wisuda di UI memang beda sama Unpad (Universitas Pangkalan Damri), kali?
#5 Terlalu banyak tokoh figuran nggak guna
Jumlah teman Ann buanyak banget, tapi yang bersinar paling satu dua. Yang punya konflik hampir nggak ada. Jadi, kalaupun hanya ada dua atau tiga teman, enggak bakal berpengaruh. Gue menghargai usaha penulis skenario kalau memang mau dibuat persis kayak novelnya. Tapi, kalau digarapnya asal-asalan ya buat apa? Gue aja nggak hafal satu per satu nama mereka. Harusnya, film Dilan yang memangkas jumlah teman Milea dan film Dear Nathan yang memangkas jumlah teman Salma bisa jadi contoh agar Geez & Ann juga nggak ragu-ragu memangkas tokoh figuran nggak guna.
#6 Geez dan Ann itu seumuran nnggak, sih?
Geez itu senior Ann. Terbukti bahwa Geez sudah jadi alumnus waktu Ann kelas 3 SMA. Namun, di tahun yang sama Geez masih bisa mengikuti SNMPTN. Bukannya udah basi, ya? Daftar ulang SNMPTN juga biasanya bulan Mei sampai Juli. Lah, terus malah Geez masuk kuliah satu angkatan sama Ann. Dia gap year atau bagaimana? Nunda kuliahnya berapa tahun? Gue taksir sih Geez dan Ann nggak pernah ketemu di SMA. Soalnya Ann juga nggak kenal Geez pas pertama lihat. Jadi mungkin Ann masuk SMA, Gezz lulus. Eh, malah lulus kuliah dan wisudanya duluan Ann. Ini gue yang nggak paham atau filmnya yang nggak beres, sih?
Kalau di novel (oke, gue mulai membandingkan), Ann masih SMP waktu Geez SMA. Lalu, Ann SMA di Yogya, Geez kuliah di Jerman. Masih masuk akal, lah ya. Ini di film malah mereka LDR waktu sama-sama kuliah. Kan katanya Geez seniornya Ann.
#7 Suara dalam hati dan lipsync ala FTV
Gue yakin suara hati Ann yang dinarasikan itu milik Tsana atau Rintik Sedu. Nggak jelas banget, jir. Itu penulis novelnya mau ikutan main film tapi porsinya tanggung amat. Coba kayak Rentang Kisah yang penulis novelnya jadi cameo di filmnya. Ini mah malah penulisnya jadi cameo dalam bentuk suara hati tokoh utama yang jelas-jelas berbeda sama suara pemeran aslinya. Ditambah peran Geez pas lagi nyanyi di awal-awal film, sumpah mirip FTV banget lipsync-nya. Sekalipun gerakan mulut “hampir sama” dengan suara, perbedaan antara Geez saat lagi ngomong biasa dan “nyanyi bohongan” kentara banget.
Alhasil, gue hanya berani kasih skor 6,1 dari 10 untuk film Geez & Ann. Maaf, ya. Itu juga kayaknya udah baik banget gue.
Sumber gambar: Trailer Film Indonesia
BACA JUGA Rekomendasi Judul yang Bisa Digunakan untuk FTV Kisah Nyata: Insyaallah Viral!