Gaya Hidup Sehat Adalah Sesuatu yang Aneh di Masyarakat Kita

diet gaya hidup sehat mojok

diet gaya hidup sehat mojok

Beberapa tahun belakangan ini saya mulai mencoba menerapkan gaya hidup sehat sedikit demi sedikit. Yaitu dengan menyempatkan berolahraga ringan beberapa kali dalam seminggu atau sekedar mulai menghindari makanan yang berkalori tinggi, junk food, serta makanan yang diolah secara berlebihan (highly processed). Semuanya bermula ketika saya masih berada di tahun terakhir kuliah. Awalnya saya mulai menyempatkan untuk berolahraga di akhir pekan, sekedar jogging di sekitar kampus, jogging di car free day, atau jika paginya sibuk saya menyempatkan untuk jogging sore hari di alun-alun kota. Semuanya lebih sering saya lakukan sendirian, dan beberapa kali bersama teman kampus.

Setelah perlahan menerapkan gaya hidup sehat, saya sedikit lebih tahu ternyata masyarakat kita banyak yang belum tahu apa esensi dari gaya hidup sehat dan bahkan memandang aneh gaya hidup itu sendiri. Saat masih skripsi saya kerap mengajak teman-teman saya untuk jogging di pagi hari, dan tanggapan mereka malah seperti ini.

“Lho kamu gendutan ya kok mau olahraga?”

“Aku kan kurus, kalau ikut olahraga nanti tinggal tulang dan kulit dong.”

“Ikut senam zumba gitu lo, El, kalau mau kurus lebih cepat, kalau jogging turun beratnya lama.”

Okelah, posisi saya saat itu memang sedikit gemuk. Akan tetapi dari jawaban tersebut saya sedikit paham bahwa banyak orang yang beranggapan olahraga itu hanya diperuntukkan untuk orang yang gemuk saja. “Kalau kurus ya buat apa olahraga, lha wong nggak ada yang mau diturunin beratnya”. Kalo emang gitu prinsipnya, kenapa dulu di SD, SMP, SMA ada pelajaran olahraga? Dan kenapa semuanya wajib ikut jika olahraga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang gemuk saja?

Salah satu teman saya juga pernah nyeletuk ketika chatting dengan saya, dan saat itu posisi saya adalah setelah senam pagi. Dia bilang, “Kamu ngapain senam segala?” Saya diam, kemudian berpikir, masak iya nih anak nggak ngerti gunanya senam itu apa, kok rasanya itu nggak mungkin. Atau mungkin dia penganut ajaran “olahraga=sedang menurunkan berat badan”. Dan ternyata benar, dia beranggapan bahwa saya sedang diet.

Banyak sekali orang-orang yang mengesampingkan kegiatan berolahraga, alasan tidak punya waktu lah, sibuk lah, dan bahkan ada teman saya yang bilang jika dia malu jika harus jogging di jalan, malu dilihat orang-orang katanya. Pokoknya banyak banget jawaban-jawaban yang saya terima jika saya mengajak teman dan bahkan ibu saya sendiri untuk berolahraga.

Padahal kan sejatinya olahraga itu memang diperlukan bagi tubuh kita, untuk menjaga kebugaran tubuh, untuk menjaga kesehatan jantung, memperlancar aliran darah, melemaskan otot-otot tubuh dan memperlancar proses metabolisme di dalam tubuh. Ya memang sih olahraga merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan berat badan, tapi esensi olahraga itu sendiri nyatanya tidak demikian.

Pemikiran yang sedikit melenceng itulah yang membuat kegiatan olahraga minim peminat. Orang-orang yang menganggap dirinya sehat, bugar, dan ditambah tidak gemuk cenderung kurang berminat untuk berolahraga. Belum lagi ditambah alasan males, mager, capek, dan lain sebagainya. Musnah sudah kata olahraga di dalam kamusnya.

Itu baru terkait olahraga, beberapa saat yang lalu saya update story di WA, yaitu gambar salad buah yang saya buat di rumah. Dan kemudian salah satu teman saya membalas story tersebut, “Wah gaya, Rek.” Dan kemudian saya berpikir, apanya yang gaya coba, itu lo cuma buah-buahan pisang, mangga, semangka, buah naga, dan jeruk yang dicampur mayonais, susu, dan keju. Saya lo lagi nggak makan di All You Can Eat, McD, Burger King,  KFC apalagi Pizza Hut. Saya benar-benar kurang paham letak gayanya di mana. Apakah makan healthy food itu bergengsi? Kok rasa-rasanya biasa saja.

Belum lagi, saya juga sering mendengar respon kata “gaya kamu ya” ketika ada orang bilang “saya nggak makan mi instan”, “saya nggak makan junk food“, “saya nggak makan gorengan“, “saya nggak makan saos tomat”, “saya nggak makan nasi banyak-banyak”, “saya nggak makan fast food”, “saya nggak makan daging merah”, dan pernyataan-pernyataan lainnya yang sebenarnya hanya untuk menyatakan bahwa ia sedang menjalani pola hidup sehat. Lah, malah dikatain gaya, gaya apanya coba.

Respon “gaya kamu ya” juga dilontarkan ketika ada orang yang bicara “aku sekarang makan sayur organik“, “aku lagi diet“, “aku mau olahraga“, “aku sekarang ikut gym lo, dan lain sebagainya. Dan lagi-lagi hal ini menunjukkan bahwa banyak yang beranggapan bahwa hidup sehat itu bukanlah hal yang lumrah, seperti jauh dari kebiasaan kita, sehingga masyarakat memandang bahwa jika hal tersebut dilakukan maka nampak “waw” atau mungkin terkesan aneh.

Kurangnya kesadaran dan kesalahpahaman itulah yang sebenarnya harus diperbaiki. Gaya hidup sehat itu kan memang wajib harus kita terapkan di dalam hidup kita, semua hal yang kita lakukan untuk tubuh maupun yang kita makan tentunya sangat berpengaruh bagi stamina, kesehatan, kebugaran, serta daya tahan tubuh kita sendiri. Jika fisik kita mengalami gangguan, misal sakit, tentunya kita tidak akan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan lancar bukan?

Gaya hidup sehat bukanlah sesuatu yang aneh ataupun kurang umum. Gaya hidup sehat adalah pilihan, dan pilihan tersebut sudah selayaknya dijadikan kebiasaan. Bukan dijadikan bahan omongan atau picingan sebelah mata, karena kesehatan kita adalah tanggung jawab kita sendiri.

BACA JUGA Membandingkan Jenis-jenis Jas Hujan: Mana yang Terbaik? dan artikel Elisa Erni lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version