Konon, di Kalimantan, mobil Fortuner dan Pajero itu hanya dipakai untuk mengangkut pupuk dan pestisida. Bayangin, mobil yang dianggap cerminan maskulin dan kaum alpha itu hanya dipakai untuk main ke kebun bawa pupuk dan obat membunuh hama. Namun, di kota besar, dua SUV ladder frame itu menjadi simbol arogansi pengendara.
Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan lebih lanjut ya perihal kasus kebodohan di jalan raya. Kalau sudah muncul nama Fortuner dan Pajero, di kepala kalian pasti muncul kasus-kasus yang bikin geleng kepala dan gregetan. Masing-masing dari kita pasti sudah menemukan kasus goblok seperti itu. Baik mengalaminya langsung atau menemukannya di media sosial.
Kejengkelan dari netizen itu mewujud menjadi caci maki dan opini pedas. Untuk hal ini, saya juga nggak perlu menjelaskan seperti apa caci maki dan opini pedas tersebut. Tinggal ketik kata kunci “Fortuner dan Pajero” di kolom pencarian Twitter dan kamu akan menemukan semuanya. Coba, deh. Seru banget komen julid netizen.
Lalu, kalau jeli mencari pemberitaan soal Fortuner dan Pajero, sudah ada yang membuat analisis untuk menjawab pertanyaan: kenapa. Iya, kenapa, sih, orang kalau naik Fortuner dan Pajero itu auto jadi arogan? Nah, kalau soal hal ini, saya merasa perlu ikut menjelaskan ulang.
Baca halaman selanjutnya….
Kenapa pengendara Fortuner dan Pajero itu arogan?
Menurut penuturan Yannes Martinus Pasaribu, ada batasan tipis antara arogan dan sifat percaya diri. Saya sih, percaya sama penjelasan Yannes. Bahwa kadang orang nggak merasa mereka tuh arogan, karena terlalu percaya diri. Oiya, Yannes adalah pengamat otomotif, sekaligus akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Ada garis tipis antara percaya diri dan arogan. Penting untuk percaya diri dengan apa yang kita lakukan dan apa yang kita ketahui, tetapi pada saat kita berada di sebuah lingkungan sosial, kita tetap perlu mematuhi seluruh aturan tertulis maupun konvensi sosial yang ada,” ujar Yannes seperti dikutip detikcom.
“Siapa pun yang benar-benar percaya pada dirinya sendiri cenderung akan dijuluki arogan oleh lingkungannya. Karena ia membangun ego yang semakin besar seiring dengan semakin menihilkan berbagai aturan yang ada di lingkungan tempat ia berada,” lanjut Yannes.
Masalahnya, kalau sudah kadung masuk ke konteks arogan, pengendara Fortuner dan Pajero merasa lebih tinggi ketimbang pengendara lain. Apalagi desain Fortuner dan Pajero yang bulky ikut mempengaruhi.
“Desain yang ekspansif cenderung membangun citra power yang semakin dominan dan “alpha”. Semua itu dihasilkan dari citra non-verbal melalui dimensi, visual, audio, dan merek yang merepresentasikan citra eksklusif. Menjadi berbeda dan menjadi di atas yang lainnya,” kata Yannes.
Jangan dimusnahkan
Yah, sekali lagi, saya sih setuju sama pendapat Yannes. Namun, kalau mau kita pikirkan lagi, Fortuner dan Pajero itu nggak punya dosa. Mau gimana, keduanya kan sebatas “alat”, dalam hal ini “kendaraan”. Tetap saja manusia yang ada di belakang setir yang perlu digampar bibirnya.
Apalah perlu, kalau orang beli Fortuner dan Pajero itu harus melewati yang namanya tes kejiwaan? Kalau menghadapi pertanyaan seperti itu, kayaknya sih perlu. Namun, perlu diingat, sebetulnya yang arogan itu bukan hanya pengendara SUV saja. Banyak juga pengendara Brio, Avanza, Jazz, dan segala mobil lainnya, yang arogan. Cuma, mereka nggak viral saja.
Oleh sebab itu, saya nggak setuju kalau Fortuner dan Pajero dimusnahkan. Meski terlihat “mengintimidasi”, dua SUV ini tetap ada gunanya. Lho, apalagi kalau bukan untuk mengangkut pupuk dan pestisida ke kebun. Bukankah itu sangat mulia?
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Warganet Jangan Marah, Memang Sudah Kewajiban Pengendara Pajero untuk Berlaku Arogan!