Tahun kemarin adalah tahun yang aneh buat saya. Tidak ada panas tidak ada hujan tiba-tiba saya jadi mblenger sama Surya 12, yang hingga saat itu sudah lebih kurang 10 tahun saya sedot. Sepanjang karier ngudut saya, tentu sudah berkali-kali saya bosan dan cari yang lain. Biasanya penyelewengan ini tidak lama; akhirnya ya kembali lagi ke Surya. Tapi, entah kenapa kali ini berbeda.
Semakin lama rasa mblenger ini tambah parah. Belum habis setengah batang sudah mual-mual ingin muntah. Maka dengan berat hati saya putuskan untuk move on. Daripada muntah-muntah di warung pas nongkrong, kan malu-maluin.
Setelah berpisah dengan Surya, saya sempat terombang-ambing kehilangan arah. Saya coba beralih ke saudara-saudaranya kayak GG International, Surya Pro, Surya Professional Mild, dll. Tapi berhubung masih satu trah, ya rasanya memper-memper Surya alias bikin mual. Djarum Super sang rival abadi Surya jelas tidak masuk daftar kandidat, lha wong sejak dulu saya mencium aromanya saja sudah tidak selera.
Loncat kapal ke produk-produk Sampoerna hampir membuahkan hasil. Sempat memaksakan diri menyedot A Mild, saya akhirnya coba-coba Sampoerna A Splash. Rokok rasa-rasa ini cukup bisa saya nikmati, meski sensasinya itu lho, seperti menyedot parfum pengharum ruangan. Pun kalau kapsulnya tidak dipites, throat hit-nya bikin batuk-batuk alias serik. Tapi, berhubung saya mulai open minded sama rokok rasa-rasa, saya pun mempersempit wilayah pencarian ke segmen tadi.
Sampai akhirnya saya beli Esse Honey Pop, gegara penasaran sama embel-embel “honey”-nya. Pertama kali saya sedot Esse Honey Pop ini, saya langsung merem-melek sambil bilang “waow”. Yo iki. Segar, manis, dengan sedikit notes madu artifisial. Sebuah sensasi cita rasa yang belum pernah saya dapat sebelumnya. Bahkan pacar saya yang notabene bukan perokok pun nyeletuk kalau dia suka bau asapnya yang manis.
Waktu saya nyangu Esse Honey Pop ke kantor, para kolega cukup terheran-heran melihat saya murtad dari rokok “lakik” ke rokok beginian. Maklum, saya kan selama ini terkenal sebagai penyedot Surya garis keras. Namun, semua sikap skeptis dan sinis itu menguap ketika mereka mulai icip-icip Esse Honey Pop saya. Ndilalah, mereka malah jadi keranjingan Honey Pop. Beberapa yang saya tahu penghisap setia rokok-rokok standar seperti A Mild, Surya, atau International jadi ikut sesekali eteng-eteng Esse Honey Pop ke tongkrongan.
Terkait rasa, Honey Pop memiliki satu hal yang tidak saya temukan di rokok-rokok tadi: unsur fun. Rokok ini punya rasa dan aroma yang lebih kompleks dari sekedar rasa tembakau dan sensasi adem mint/menthol. Berhubung rokok ini pakai kapsul, rasa madunya juga cukup berani, tidak malu-malu seperti Djarum 76 Madu Hitam. Yang paling saya suka, setelah ngudut bibir dan lidah jadi berasa habis ngemil Madurasa. Makanya tidak kaget juga kalau kemudian rokok ini jadi pilihan para ABG iseng.
Satu-satunya nilai minus dari Esse Honey Pop hanya harganya yang sekarang sudah melambung cukup jauh dari harga ketika pertama rilis dulu (Rp25.500 di minimarket, dari awalnya Rp20.000). Tapi, saya pikir hal ini wajar saja, toh rokok ini memang tidak ditujukan buat pasar perokok “ekonomis”. Dengan saingan seperti Sampoerna A Splash yang notabene lebih mahal dengan rasa yang (menurut saya) kurang sip, Esse Honey Pop adalah pilihan tepat untuk memulai perjalanan ke dunia rokok rasa-rasa.
Penulis: Basith Ardimasqi
Editor: Rizky Prasetya